Seperti biasa, setelah menurunkan Ni-Ki di pinggir jalan, Jo diam sebentar, lalu mengayuh sepedanya untuk masuk ke area sekolah.
Sepeda Jo melaju cepat melewati kerumunan orang di gerbang, juga melewati Ni-Ki yang berjalan lesu dengan beberapa siswa yang ikut berjalan di sebelahnya.
Jo sampai di tempat parkir. Ia memarkirkan sepedanya di ujung, kemudian berjalan santai menuju kelas.
Setengah perjalanan, Jo memberhentikan langkahnya. Matanya menangkap eksistensi Harua yang terduduk di kursi lorong sembari menunduk menatap sebuah kertas.
Lantas Jo berlari kecil menghampiri Harua lalu duduk di sebelahnya.Jo yang duduk dengan tiba-tiba membuat Harua di sebelahnya tentu terkejut. "Kak Jo? Gak masuk?" Tanya Harua saat menyadari Jo yang masih menggendong tas hitamnya.
Jo menggeleng pelan. "Kenapa disini sendirian?" Jo bertanya balik. Matanya berpindah dari menatap Harua menjadi ke barang yang di pegang Harua. Ditangan Harua, terdapat selembar kertas berisi iklan klub voli.
Harua meremat kertas tersebut, bibirnya melengkung ke bawah.
"Kenapa?" Jo bertanya kembali."Poster yang aku buat ditolak lagi.." Harua menjelaskan dengan nada sedih. Jo mengangguk mengerti, tidak heran karena Yuma, temannya sekaligus si ketua OSIS memang ketat apalagi mengenai apa-apa yang akan dipajang di mading.
"Udah tiga kali di tolak. Aku bingung bikin desain poster yang harus mana biar di terima!" Harua menghentakkan kakinya pelan ke lantai, menandakan bahwa dirinya tengah kesal sekarang.
Jo mengambil alih poster di tangan Harua. Menatapnya lamat-lamat melihat apa yang kurang di poster ini.
Tapi, entah bagaimana, sepertinya Jo tidak melihat kesalahan di dalam poster milik Harua sehingga Yuma menolak poster ini.
"Udah bagus kok, kenapa ditolak, ya?" Bingung Jo. Harua mengangguk setuju dengan semangat. Tentu dirinya juga bingung, apalagi poster yang satu ini dibuat dengan bantuan Hikaru, yang notabene-nya adalah wakil ketua OSIS.
Padahal dengan meminta bantuan Hikaru, Harua sudah berharap kalau posternya kali ini akan diterima."Capek aku mikir desain poster.." keluh Harua lesu, kembali menundukkan kepalanya.
"Gausah bikin poster kali ya.. promosi lewat mulut ke mulut aja.." gumam Harua menyerah.
Jo mengulum bibirnya. Bingung apa yang harus ia lakukan sekarang agar Harua-nya tidak merasa sedih.
Mereka berdua diam, sampai akhirnya muncul ide di kepala Jo."Ru, mau bikin poster bareng?" ajak Jo. Harua sedikit menoleh, ia merasa ragu untuk menerima ajakan Jo. Sudah terlanjur menyerah akan poster.
"Kali ini, aku yakin pasti bakal di terima" Jo meyakini. Harua menegakkan badannya sembari menatap Jo. Dengan pelan, Harua mengangguk.
Tidak ada salahnya mencoba, kan?Lagipula, memang keinginan Harua sebagai ketua untuk mempromosikan klubnya di mading. Setidaknya, Harua akan mencoba sekali lagi.
"Kakak gak keberatan?" Tanya Harua. Jo menggeleng cepat sambil mengibaskan tangannya, "Enggak! Gak keberatan sama sekali! Besok kita mulai bikin juga bisa" Ujar Jo.
Harua tersenyum, ia merogoh saku celananya, terlihat Harua mengutak-atik ponsel, lalu menyodorkan ponselnya ke arah Jo.
"Aku boleh minta nomor? Biar bisa kasih info untuk bikin poster nanti" izin Harua.Jo melotot tidak percaya, mulutnya sedikit menganga. Baru kemarin ia menginginkan nomor Harua, dan sekarang si pemilik nomor malah meminta nomornya balik.
Dengan cepat Jo mengangguk. Ia ikut mengeluarkan ponsel, kemudian mulai menekan nomor yang tertera di layar ponsel milik Harua.
Jo tersenyum tipis, menggoyangkan ponselnya kemudian berdiri.
"Nanti aku chat ya, Rua"Harua mengiyakan perkataan Jo semangat, bibirnya melengkung ke atas. "Makasih kak!"
Jo akhirnya kembali berjalan ke arah kelas, dengan wajah yang masih menoleh ke arah Harua. Sedang Harua di tempat, melambaikan tangannya ke Jo.
Jo memasuki kelas dengan wajah berseri-seri. Gaku, serta Jungwon yang sedang duduk di kursi kosong belakang Gaku menatap Jo aneh.
"Masih pagi Jo, kenapa sih?" Jungwon bertanya. Jo mengabaikan pertanyaan Jungwon, lebih memilih untuk langsung duduk di kursinya lalu merogoh ponsel miliknya.
"Nih, liat" Jo pamer, menunjukkan layar ponselnya dengan kontak yang dinamakan ‘Harua’. Jungwon dan Gaku saling bertatapan, "ko bisa dapet nomor si Rua?" Kali ini Gaku yang bertanya.
Jo tersenyum tengil, ia memasukkan kembali ponselnya. "Dia yang minta" jelas Jo singkat, menambah keterkejutan dua orang di sebelahnya.
"Apaan? Ni ngarang pasti" tuduh Jungwon. Jo menukik alisnya tajam, tidak terima di bilang ngarang oleh Jungwon.
"Beneran! Ini tuh karna gue nawarin diri buat bantuin dia bikin poster. Jadi dia minta nomor, biar bisa nentuin tempat gitu" jelas Jo.
Gaku ber-oh ria. Sedangkan Jungwon tertawa meledek, "kirain minta in romantic way gitu, ternyata buat nugas."
"Yang penting dapet nomor Rua gue" kesal Jo. Gaku dan Jungwon kompak tertawa, merasa senang setelah meledek Jo.
"Emang rencana bakal bikin dimana?"
Jo menahan senyumnya, "dirumah, ntar si Ni-Ki biar gue suruh maen keluar"
Sedang asyik mengobrol, bel berbunyi. Semua siswa, termasuk Jungwon memasuki kelas masing-masing. Pun dengan Gaku yang mulai menata buku di atas mejanya.
Jo masih diam di tempat memerhatikan layar ponselnya. Ia meng-scroll aplikasi chat untuk menghubungi salah satu kontak.
Kak Sunghoon
Kak, besok jangan|
pulang ya|Emang gapulang
|Tumben banget
|Kenapa?
|Mau ada yang main?Iya|
Temen||Jngan berantakan ya
|Lusa pulang mau
dibawain apaMacaron|
Selesai menghubungi kakaknya, Sunghoon, Jo menutup ponsel. Memerhatikan guru yang baru saja masuk dan memulai absen.
Senyum tidak luntur dari wajah Jo, saat ini, ia tengah membayangkan apa yang akan terjadi besok dengan dirinya dan Harua.
-tbc
Senin ke Sabtu tuh kek berasa cepet banget ya, apa perasaanku aja?:')
KAMU SEDANG MEMBACA
Macaron || Jorua
FanfictionMacaron, makanan manis yang menurut Jo adalah makanan yang paling enak di dunia. Gak ada yang bisa ngalahin manisnya macaron, kecuali si adek manis yang baru Jo temuin di kedai kopi sekolah. _________________________________________ ›Start: 10 Augu...