15. Canggung

283 46 7
                                    

5 menit...

10 menit....

15 menit.....

Hening.

Ni-Ki menggerakkan kakinya gusar. Berada di depan Taki membuatnya gugup setengah mati, walaupun Taki sendiri terlihat tidak tertarik dengan atensi dirinya di depan.

"Sekarang, Ki. Tanya ke Taki udah makan atau belum!" Suara Harua mulai terdengar dari headphone di telinganya. Ni-Ki menatap wajah Taki, terlihat tenang dan kalem.

Ni-ki benar-benar ingin berbicara, tapi bibirnya kelu. Ingin mengucapkan sepatah kata saja mental Ni-Ki sudah ciut.

"Taki udah makan?" setelah berfikir cukup lama, akhirnya Ni-Ki membuka percakapan.

Taki yang sedang menatap jauh entah kemana, reflek menoleh saat mendengar suara Ni-ki. Kepalanya menggeleng kecil menjawab pertanyaan.

"Tuh belom makan anaknya, pesen makan sono" kali ini suara Jo. Ni-Ki mengangguk sekilas, ia mengedarkan pandangannya ke segala arah.

Sedikit tersenyum, Ni-Ki berdiri dari duduknya. Ia izin kepada Taki terlebih dahulu sebelum pergi ke tempat pemesanan.

Diam-diam, Ni-Ki memelankan jalannya, mulai berbicara kecil ke sambungan telepon.
"Ini gue harus gimana lagi?" Tanya Ni-Ki, terdengar panik.

Yang diluar memutar otak, jujur saja melihat Ni-Ki dan Taki yang sekarang malah membuat mereka ikut bingung. Sedikit di luar ekspektasi, Harua pikir ia bisa mencairkan suasana diantara dua temannya itu.

Ni-Ki mendecak pelan kala dirinya tak mendapat balasan apapun. Ia membuka headphone di telinganya kasar.

Jo dan Harua tentu melihat, entah kenapa Harua merasa sedikit tidak enak. Kemudian, sebuah notifikasi yang berasal dari Ni-Ki masuk ke handphone Jo.

Dengan suara pelan, Jo membaca pesan tersebut agar Harua juga dapat mengetahui isinya.
"Gue sendiri aja, makasih ya" baca Jo. Harua dan Jo saling bertatapan, kemudian dengan bersamaan menatap Ni-Ki yang kebetulan sedang memerhatikan mereka dari tempat pemesanan.

"Marah ga ya dia?" Tanya Harua cemas. Jo menggeleng saja, dengan melihat raut wajah Ni-Ki yang menatap mereka ia juga sudah mengetahui kalau adiknya tidak marah.

"Ga marah itu, keliatan kok"

"Beneran?"

Jo hanya mengangguk kali ini, ia kembali fokus pada layar ponsel yang masih menampilkan room chat dirinya dengan Ni-Ki. Percakapan antara Jo dan Ni-Ki, selalu Jo baca agar Harua juga dapat mengetahui. Namun, pesan yang dikirimkan Ni-Ki setelahnya membuat pipi Jo bersemu merah. Dengan cepat, Jo mematikan ponselnya.

"Kenapa?" Kaget Harua. Gugup, Jo hanya menggeleng cepat, ia sedikit menarik tangan Harua menjauhi kedai kopi.
"Disuruh Ni-Ki pergi, yuk, Ru?"

Harua manut, segera berdiri dari jongkoknya dan mengikuti kemana Jo menarik tangannya.
Jo di depan, masih sedikit memikirkan pesan yang di kirim Ni-Ki,

'Kalian pergi aja, berdua, nge date sekalian dah'.

^
^
^
^
^
^

Acara makan pagi Ni-ki dan Taki berlangsung hening. Keduanya, benar-benar hanya fokus makan dan tidak berbicara.

Sejenak Ni-Ki merasa menyesal telah menyuruh si kakak dan temannya pergi. Sekarang malah Ni-Ki yang benar-benar bingung harus bagaimana.

Sebenarnya, Ni-Ki sudah berusaha mencarikan suasana dengan mencoba mengobrol hal-hal kecil seperti membicarakan Harua, voli, kegiatan Taki, bahkan pokemon.

Macaron || JoruaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang