9. Salah Paham

427 82 8
                                    

Bel pertanda pulang berbunyi.

Tanpa berkata apapun, Jo bangkit dari kursinya dan meninggalkan Gaku yang saat ini masih berkemas, juga melewati Jungwon yang sedaritadi menunggu di depan kelas.

Jungwon berdecak sebal, ia menarik kerah belakang seragam olahraga Jo kuat, sehingga si empunya mau tidak mau berhenti agar tidak tercekik.

Jo menoleh menatap tajam Jungwon.
"Apa?"

Jungwon kembali berdecak, ia melepaskan tangannya dari kerah Jo.
"Lo kenapa si?" Tanya Jungwon, alisnya menukik tajam, emosi melihat sikap Jo saat ini.

Jo tidak peduli, ia kembali berjalan meninggalkan Jungwon. Jungwon menarik rambutnya sendiri karena kepalang emosi.

Sedangkan Gaku, ia menatap bingung dari dalam kelas ke arah pintu sambil memeluk tas. Ia tidak tau pasti, tapi ia yakin kalau kedua temannya tadi seperti memiliki aura akan berkelahi.

Gaku berlari kecil ke arah Jungwon yang saat ini dengan sengaja menghentakkan kakinya keras ke lantai, membuat siapapun yang melihat tau kalau orang yang berdiri di depan pintu kelas itu sedang emosi.

"Ayo" ajak Jungwon ketus sesaat setelah Gaku berdiri di sebelahnya. Gaku yang paham temannya sedang emosi, tidak bicara apa-apa dan mengikutinya dari belakang.

Sedangkan di sisi lain, tidak berbeda jauh dengan Jungwon, Jo juga sedang dalam keadaan emosi. Mood nya benar-benar hancur saat ini, bahkan saat Jo tidak sengaja melihat Harua, Jo lebih memilih mengambil jalan lain dan tidak bertemu si pujaan hati.

Apalagi saat melihat Harua yang sedang berjalan bersama Ni-Ki sambil bersenda gurau, tentu membuat mood Jo menjadi tambah berantakan. Lebih baik ia berjalan lebih jauh lagi daripada melihat dengan jelas keseruan hubungan Harua dan adiknya itu.

Iya, Jo itu iri, dan Jo mengakuinya. Ingin rasanya Jo bertukar jiwa dengan Ni-Ki.

Tap—

Jo menoleh saat merasa pundaknya di tepuk seseorang, ia kemudian menatap tajam si pelaku penepuk pundak.

"Gausah deket-deket" Jo berujar ketus.
Ni-Ki yang di tatap tajam seperti itu, secara reflek mengangkat tangannya, ia mulai berjalan sedikit menjauhi Jo.

"Abang, sebelum pulang mampir ke tokonya bi sakura, ya" bisik Ni-Ki pelan. Jo mendecak keras, mulai berjalan lebih cepat sehingga sang adik tertinggal jauh beberapa langkah darinya.

Sedangkan Ni-Ki di belakang nampak santai. Ia hanya berfikir kalau kakaknya bersikap seperti ini karena Ni-Ki secara tidak sengaja melakukan interaksi dengannya.

Ni-Ki terus mengikuti Jo dari belakang hingga ke parkiran. Secara tiba-tiba, Jo berhenti, membuat Ni-Ki yang juga sedang mengikutinya berhenti.

Jo menatap sekitar, lalu mulai mendekati Ni-Ki.

"Lo lagi suka sama orang?" Tanya Jo to the point. Ni-Ki yang diberikan pertanyaan secara mendadak, tentu saja terkejut.

Ni-Ki menatap Jo aneh.
"Tiba-tiba banget?" Tanya Ni-Ki dengan nada yang terdengar ogah-ogahan.

Jo merotasikan matanya, merasa kesal atas jawaban yang ia dapat.
"Kenapa sih? Beneran suka? Tinggal jawab iya atau enggak aja susah!" tanpa sadar Jo bicara dengan nada yang meninggi.

Ni-Ki tentu terkejut, saat ini Jo benar-benar terlihat sangat aneh. Lagipula, jika Ni-Ki sedang menyukai seseorang apa tidak boleh? Kenapa kakaknya sampai marah?

"Gue nguping pas lo ditembak tadi" ucap Jo, Ni-Ki secara otomatis kembali menatap sang kakak.

"Siapa?" Jo kembali bertanya, kali ini dengan nada menekan.

Macaron || JoruaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang