14. Rencana

377 62 5
                                    

Jo berjalan menghampiri Ni-Ki, menepuk pundaknya pelan.
Ni-Ki yang sedang melamun terkejut di tempat, membuat Jo sedikit tertawa.

"Kenapa?" Tanya Ni-Ki. Jo mendudukkan dirinya di sebelah Ni-Ki, "besok Rua mau dateng, lo keluar rumah ya?" Pinta Jo dengan nada memohon. Ni-Ki memutar bola matanya malas, mengalihkan pandangan ke televisi yang sedang menyiarkan acara musik.

"Ribet, gamau" tolak Ni-Ki langsung. Sekarang Jo yang memutar bola matanya, merasa kesal karena si adik menolak permintaannya. Padahal besok Jo benar-benar ingin berduaan dengan Harua.

"Bang, ngapain Harua kesini?" Ni-Ki bertanya setelah sadar untuk apa temannya datang ke rumah, sebelumnya bahkan Jo maupun Ni-Ki tidak pernah mengajak teman datang. Dan lalu saat ini, Harua yang notabene-nya adalah teman dekat Ni-Ki diundang ke rumah oleh Jo.

Ni-Ki bingung, sebenarnya hubungan Jo dengan Harua sudah sejauh apa?

"Tau kan kalo poster Harua sering di tolak? Nah, mau bantuin gue"

"Harus banget di rumah?"

"Ga juga sih, pengen aja" Jo menjawab dengan enteng. Ni-Ki abai saja, menghiraukan kemungkinan yang mungkin saja akan terjadi kalau Jo mengajak Harua ke rumah.

Karena Ni-Ki yang kembali bermain ponsel, keadaan rumah kembali hening, hanya diisi oleh suara televisi yang bahkan tidak mereka tonton. Jo merogoh bawah meja guna mencari ponsel miliknya, kemudian membuka aplikasi chat, mencari kontak, lalu menunjukkan layar ponsel ke depan muka Ni-Ki.

Ni-Ki mengernyit heran, namun tetap fokus pada apa yang ingin ditunjukkan Jo.

"Lah, nomor Harua itu? Ko bisa dapet?" Kaget Ni-Ki. Jo tertawa kemenangan, kemudian menarik kembali ponselnya sebelum diambil alih Ni-Ki.

"Elah bang ah, cepet amat lu sama Rua. Gue sama Taki kapan coba?" Ni-Ki menenggelamkan kepalanya di sofa. Lagi-lagi merasa minder karena pesatnya hubungan si kakak dengan temannya.

Mulai dari sering mengobrol berdua di sekolah, melakukan skinship saat makan bersama, mengajak kerumah, dan sekarang Jo memiliki nomor ponsel Harua.
Apa Ni-Ki harus berguru ke kakaknya agar ia dan Taki memiliki perkembangan dalam hubungan?

"Salah lo sendiri cemen, ga berani ngajak ngomong duluan kan pasti? Liatin aja terus dari jauh, sampe lulus, gabisa digapai lagi dah tu si Taki" ujar Jo, terdengar meledek dengan menyisipkan sedikit nada menakut-nakuti dalam bicaranya. Ni-Ki yang mendengar jadi merinding sendiri, jujur.

"Terus gimana, bang? Lo sama Rua baru seminggu udah sedeket ini, gue sama Taki gapernah deket padahal gue udah setahun suka Taki.."

Jo geleng-geleng kepala. Kebetulan dirinya sudah mengetahui tentang Jo yang bertepuk sebelah tangan selama satu tahun berkat Harua, untuk itu, terimakasih Harua.

Jo terlihat berfikir. Ia sedang memikirkan cara bagaimana agar Taki dan adiknya bisa dekat. Jika menjabarkan cerita yang ia dengar dari Harua, yang tidak tegas adalah Ni-Ki. Sulit untuknya memberi saran karena mereka berdua adalah tipe yang berbeda dalam mengambil jalan.

Jo lebih suka jalan cepat, mengajak kenalan secara langsung lalu berteman.
Sedangkan Ni-Ki, iya mereka berteman, tapi Ni-Ki tidak pernah mengobrol secara pribadi dengan Taki.
Dengan kata lain, Ni-Ki benar-benar berbeda seperti Jo.

"Sat set sat set, Ki. Lo jangan cemen deh sesekali. Ajakin Taki ke kedai, ngobrol berdua, pdkt gitu. Daripada setahun cuma liatin dari jauh" Jo mulai memberi saran. Ni-Ki merasa keberatan dengan saran Jo, duduk bersebelahan dengan Taki saja sudah membuat jantung Jo berdebar, apalagi berduaan di kedai!
Lagipula, Ni-Ki tidak memiliki topik mengobrol dengan Taki.

Macaron || JoruaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang