67. | Tekad Samantha

209 63 5
                                    

HAPPY READING
🥰🥰🥰

HAPPY READING🥰🥰🥰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

"DYAH Rinjani, bangunlah. Kita sudah berada di depan rumahmu asal kau tahu. Kalau kau masih mengantuk juga aku akan meminta izin pada Raden Cakradhara Kertawardhana agar kau tidak perlu pergi ke sekolah hari ini. Aku tahu bersekolah itu rasanya melelahkan, terlebih-lebih jika harus mempelajari bahasa. Rasanya aku ingin lari saja saat ayahanda memaksaku belajar bahasa dahulu."


Samantha terbangun mendengar suara seorang laki-laki yang paling ia benci. Pagi harinya menjadi rusak begitu melihat sosok laki-laki yang sialnya adalah raja kedua kerajaan Hindu terbesar di nusantara.

"Daripada nyerocos sendiri di sini, keluar aja sana lo. Gue tetap harus sekolah, tapi sebelum itu gue mau tidur, capek," ujar Samantha kesal. Tangannya ia gunakan sebagai alas kepala yang bersandar pada pintu. Gadis itu bernapas lega saat tidak lagi mendengar suara Jayanegara. Ia bahkan sempat memejamkan mata hingga pergerakan tiba-tiba Jayanegara membuat gadis itu memekik.

"Anjir. Lo ngapain sih Maharajaaaa! Lepasin gue gak?!" Netra Samantha membola begitu melihat Jayanegara menggendongnya ala bridal style keluar mobil. Bukannya menurut, Jayanegara justru berjalan dengan teramat santai menyusuri pekarangan rumah Samantha yang lumayan luas.

"Gue bilang lepasin Bajaaay! Gue aduin ke Hayam Wuruk tau rasa lo!" Samantha berusaha melepaskan diri dari dekapan Jayanegara tetapi usahanya ini sama sekali tidak membuahkan hasil. Lengan kekar Jayanegara memiliki tenaga yang begitu kuat, Samantha yang sedikit malas berolahraga ini sama sekali tidak bisa menandingi kekuatan raja kedua Majapahit itu. Bahkan kedua kakinya yang sedari tadi mengayun-ayun sedikit pun tidak mempengaruhi Jayanegara.

Jayanegara menatap Samantha dengan tatapan yang membuat gadis itu sedikit gugup. "Lebih baik kau diam, gadis ayuku." Kakinya terus melangkah menuju kamar Samantha saat pandangannya kembali terarah ke depan. "Kau tidak perlu menyebut nama keturunanku saat sedang bersamaku. Aku sama sekali tidak menyukainya," sambung Jayanegara setelahnya.

Samantha masih saja mematung. Perkataan Jayanegara benar-benar membuatnya tidak dapat berkata-kata. Bahkan saat Jayanegara membuka pintu kamarnya, gadis itu masih saja memikirkan sesuatu. "Dari mana Jayanegara tau kalau Hayam Wuruk itu keturunannya? Bodo amat deh. Jayanegara di sini aja udah bikin pusing, ngapain aku repot-repot mikirin dia?"

"Kau tidak perlu memikirkan dari mana aku mengetahui jika Hayam Wuruk adalah keturunanku. Dyah Rinjani, aku hanya ingin kau mengetahui satu hal; aku adalah raja kedua Majapahit yang menginginkan kebahagiaan gadis ayu yang berhasil merebut hatiku saat pertama kali bertemu. Kau adalah gadis ayu itu, Dyah Rinjani."

Jayanegara mendaratkan tubuh Samantha dengan hati-hati. Ia menatap dalam manik mata Samantha. "Aku mungkin tidak sebaik keturunanku dalam memerintah kerajaan. Aku bahkan tidak dapat dibandingkan dengan Hayam Wuruk yang dapat membawa kerajaanku pada zaman kejayaan. Aku tahu, banyak pemberontakan yang harus aku hadapi di masa pemerintahanku. Aku mendapatkan banyak kebencian dari setiap mata keluarga istana dan bahkan rakyat yang aku perintah. Namun, haruskah aku melihat kebencian serupa di mata seorang gadis yang membuatku jatuh hati? Katakan, Dyah Rinjani. Apa salahku sampai harus melihat kebencian itu di matamu?"

Samantha tidak dapat mengucapkan sepatah kata saat Jayanegara mengungkapkan isi hatinya. Entah mengapa gadis itu merasa jika Jayanegara benar-benar terluka menghadapi segala hal buruk yang menimpanya sepanjang menjadi raja Majapahit. Tersirat kepedihan yang mendalam di setiap perkataan Jayanegara. Namun, sebuah pertanyaan turut terlintas di benak Samantha. Haruskah ia mempercayai Jayanegara sementara dalam sejarah laki-laki itu sama sekali tidak dapat dipercaya? Salahkah jika suatu hari Samantha menaruh hati pada Jayanegara yang mana pada sejarah jelas-jelas tertulis Jayanegara bukanlah seorang raja yang setia dengan wanita?

"Sudahlah, kau ingin bersekolah bukan? Sebaiknya kau bersiap mulai dari sekarang. Aku akan menunggumu di luar setelah membersihkan diri. Sang Hyang Widhi pasti tahu, tubuhku benar-benar terasa gerah sedari semalam." Jayanegara kembali bersuara. Dua sudut bibirnya terangkat ke atas saat melihat anggukan dari Samantha.

Pintu kamar Samantha tertutup saat Jayanegara sudah berada di luar kamar. Sebelum laki-laki itu benar-benar menghilang di balik pintu, seulas senyum di wajah Jayanegara berhasil mempengaruhi degup jantung Samantha. Sebuah senyuman tulus itu berhasil membuat Samantha tiba-tiba saja merasa gugup.

"Nggak, kamu nggak boleh terpengaruh sama omongan Bajay, Dyah! Pokoknya nggak boleh!" Samantha mencoba meyakinkan dirinya. Ia mengambil napas beberapa kali hingga perkataan Jayanegara kembali terngiang di telinganya.

"Haruskah aku melihat kebencian serupa di mata seorang gadis yang membuatku jatuh hati? Katakan, Dyah Rinjani. Apa salahku sampai harus melihat kebencian itu di matamu?"

"Arrkh, Jayanegara nyebelin! Dari sekian banyaknya kesatria kenapa harus Jayanegara sih yang datang ke sini hihhh. Tuhan, seenggaknya kirimin cowok kayak Bung Tomo gitu kalau nggak bisa seperti Kapten Pierre Tendean. Noureen beruntung banget deh, pasti sekarang dia lagi senang-senang bareng Bang Supriyadi huhu."

Samantha menghentakkan kakinya. Pagi harinya ini benar-benar rusak. Perkataan Jayanegara sukses membuatnya merasa sebal bercampur sesak. Tidak ingin ambil pusing, gadis itu beranjak membuka lemari dan mengambil seragam untuk bersiap sebelum berangkat ke sekolah. Langkahnya terhenti setelah ia berada di depan wastafel kamar mandi.

"Udah cukup Jayanegara bikin hidupku menjadi berantakan. Hari ini juga aku harus cari tau cara bikin Jayanegara pergi dari sini. Jayanegara harus kembali ke zamannya. Aku nggak mau terus menerus berurusan sama Baginda Kalagemet itu. Apa lagi sampai berurusan dengan hati." Samantha berucap mantap. Saat berkunjung ke TMP semalam, ia benar-benar yakin jika Jayanegara harus meninggalkan zaman ini.

"Lo harus pergi Jayanegara, harus."

•••

Noureen terbangun saat cahaya lampu menyilaukan mata. Mengucek-kucek matanya beberapa kali, gadis itu mendapati foto kekasihnya berada di atas tubuhnya. Sekarang ia baru ingat, semalam setelah makan bersama keluarganya, ia tertidur dalam kondisi memeluk foto Supriyadi.

Batin Noureen mencelos. Biasanya sepagi ini, Supriyadi selalu berada di luar kamarnya dan bersiap untuk lari pagi. Pemuda itu selalu saja mengajak Noureen berlari sebelum bersiap untuk ke sekolah. Meski pada akhirnya Noureen selalu menolak dengan berbagai alasan, Supriyadi tetap tidak gentar. "Ingin berlari bersamaku, Nona?" Selalu kalimat itu yang terdengar di pagi hari setiap kali Noureen berpapasan dengan Supriyadi di depan kamarnya.

Seulas senyum getir terbit di wajah Noureen. Meraih foto Supriyadi, ia turun dari ranjang. Kaki gadis itu melangkah menuju salah satu sisi ruangan, membuka gorden yang menutupi ruang kecil itu lantas meletakkan foto Supriyadi ke tempat yang seharusnya.

Jemari Noureen terulur mengelus foto kekasihnya. Ia kembali tersenyum. Matanya berkaca-kaca.

"Semoga kau baik-baik saja di sana, Priyambodo. Ini hari pertama kita terpisahkan oleh jarak dan waktu yang begitu jauh. Di hari ini pula aku akan menentukan langkah awal perjalananku. Doakan aku ya, Priyambodo? Aku akan berusaha membuat keluargaku, dan kau tersenyum bangga suatu hari. Aku mencintaimu. Aku akan selalu merindukanmu, Priyambodo."

Noureen menarik kembali tangannya. Ia menghela napas. Keluar dari ruangan kecil di kamarnya, tangan Noureen kembali menutup tirai putih yang menyelimuti. Meski sedikit lemas karena semalaman menangis, ia beranjak mempersiapkan diri. Apa pun yang terjadi, Noureen harus tetap ke sekolah. Ia tidak boleh bermain-main dalam pendidikannya. Orang tuanya menaruh harapan yang begitu besar untuk dirinya, begitu pula Supriyadi.

•••
Bersambung...

Haiii aku balikkkk heheheh
Waduh gimana tuh Samantha kayaknya bener bener nggak bisa terima kalau Jayanegara ada di hidupnya.
Kira-kira usaha Samantha bakal berhasil nggak yaaa? Hmm jangan lupa tulis di komentar yaa.
Berhubung nggak ada fakta sejarah di sini jadiii kalian bisa langsung vote comment and shareee yaaa.
Okee segini aja
See youuuuu 🥰🥰🥰

Mojokerto, 16 November 2022

Dek Uti.

CLANDESTINE ( SELESAI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang