90. | Saran Seorang Pierre Zayn Allie

301 58 3
                                    

HAPPY READING
🥰🥰🥰

HAPPY READING🥰🥰🥰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

SUPRIYADI menatap lurus lapangan SMA Anumerta yang kini dipenuhi pegawai dekorasi yang membongkar tenda beserta panggung. Setelah mengantar Noureen pulang atas persetujuan Jenderal Harris, pemuda itu tampak memikirkan sesuatu.

"Hoi, mengapa kau sendirian di sini?" Pierre menyenggol lengan Supriyadi. Ia lantas duduk di samping rekannya yang tidak merespons. "Aku dengar dari Jenderal Harris, kau akan berangkat ke Sentul Minggu besok. Rekan-rekan bilang kau dipilih langsung oleh presiden untuk mengikuti pelatihan Kontingen Garuda. Apa itu benar?"

Supriyadi mengangguk perlahan. Sesaat kemudian pandangannya kembali terjatuh ke lantai.

Pierre tampak sumringah. "Wah, selamat Teman!" Ia menepuk pundak Supriyadi beberapa kali. Namun saat melihat Supriyadi yang masih diam, pemuda itu menarik tangannya. "Lalu mengapa kau malah bersedih seperti ini? Bukankah ini kabar yang baik? Seharusnya kau merasa bahagia, Teman. Orang-orang terdekatmu pasti bangga kepadamu."

Supriyadi menggeleng. "Entahlah, Pierre. Saya hanya merasa sedikit bingung. Saya dengar dari rekan-rekan, Konga ditugaskan ke wilayah konflik di luar negeri dalam durasi paling singkat satu tahun dan paling lambat dua tahun. Saya sebenarnya tidak masalah, tetapi..." Supriyadi tidak melanjutkan kalimatnya.

"Tapi apa?"

Supriyadi menggeleng. "Tidak ada."

Pierre sempat terdiam. "Kau pasti memikirkan Noureen, bukan? Kau tidak bisa meninggalkannya begitu saja selama dua tahun lamanya," tebalnya tepat sasaran. Meski demikian Supriyadi masih enggan bersuara.

"Kalau kau ingin Noureen masih menunggumu selama kau bertugas di Lebanon nantinya, aku punya satu saran untukmu."

Supriyadi menoleh. "Apa?"

Pierre tersenyum jahil. "Sekarang juga, kau datang ke rumah Noureen dan kau lamar dia. Aku yakin setelah ini, Noureen akan selalu menjadi milikmu," ujarnya mendapat sebuah pukulan kecil mendarat di punggungnya.

"Sembarangan saja kau kalau berbicara," kesal Supriyadi.

Pierre terkekeh. "Apa salahku, Teman? Saranku ini sangat bagus, bukan?"

"Saranmu sangat buruk. Noureen itu baru lulus sekolah hari ini. Dia masih memiliki cita-cita. Saya tidak ingin menjadi penghalang untuk Noureen menggapai impiannya."

Pierre lagi-lagi terkekeh. "Kau ini lucu sekali." Ia mencondongkan tubuhnya. "Teman, dengarkan aku. Kau bisa melamar Noureen hari ini, hanya melamar bukan menikah. Nanti setelah kau pulang dari tugas negara barulah kau bisa menikahi dia. Dengan begini kau dan Noureen sama-sama tidak dirugikan. Noureen dapat melanjutkan pendidikannya sedangkan kau dapat bertugas dengan tenang. Gadismu itu sangat pandai aku yakin dia dapat lulus S1 dalam kurun waktu yang singkat."

CLANDESTINE ( SELESAI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang