Alina pasti suka 'kan, Hareksa?Sialan, Mahesa. Lo benar-benar pantas di juluki bajingan tak berotak, rutuk Mahesa begitu mengingat kembali percakapannya dengan Hareksa.
Sungguh, ia tak bermaksud mengatakan itu pada pemuda yang lebih muda. Apalagi ketika melihat Hareksa yang menunjukkan raut wajah terluka setelah pertanyaan yang di lontarkannya, rasanya Mahesa ingin menghajar kepalanya sendiri untuk mengembalikan semua kewarasannya.
Mahesa sudah banyak membuat luka di hati Hareksa, pemuda yang lebih muda pantas mendapat kebahagiaan. Tapi, lagi-lagi dia kembali menorehkan luka, sengaja menabur garam di atas lukanya yang menganga.
Padahal ia pernah berjanji untuk melindungi Hareksa. Untuk itu, Mahesa membenci dirinya yang tak bisa berbuat apa-apa.
Sebentar lagi, hanya tinggal sebentar lagi. Mahesa merapalkan kalimat itu berulang kali dalam kepalanya. Guna mengingatkan bahwa ini semua demi kebaikan Hareksa.
Setelah selesai mengunjungi toko perhiasan, Papa memutuskan untuk pulang yang mana di setujui semua orang. Dan ketika mobil yang di tumpangi mereka berhenti di pekarangan rumah keluarga Dharmaputra, Mahesa yang sudah tak tahan melihat Hareksa menjadi lebih pendiam dari sebelumnya segera beranjak. Ia dengan tergesa berjalan mendekati sepeda motornya, lalu menaiki kuda besi kesayangannya itu.
"Mahesa mau kemana kamu?!"
Pertanyaan Papa tak Mahesa hiraukan, sebab perasaannya sekarang sedang tidak karuan. Rasa bersalah kian menggerogotinya ketika melihat Hareksa yang memalingkan wajah begitu Mahesa menatapnya.
Mahesa ucap kata maaf dalam hati, berharap Hareksa dapat mengerti karena ini semua Mahesa lakukan untuk kebaikan mereka nanti.
"Mahesa!"
Mahesa menancap gas, segera melaju dengan kecepatan tinggi meninggalkan kediaman Dharmaputra. Sengaja menulikan telinga dari teriakan Papa yang di balut amarah. Tolong, biarkan Mahesa bebas barang sejenak saja.
Kuda besi yang melesat di jalanan membawa Mahesa terasa terbang, sedikitnya membantu meringankan beban yang bersarang.
Ketika Mahesa mencoba menyalip kendaraan lain dengan ugal-ugalan, beberapa umpatan mulai berdatangan dari pengendara lain membuat Mahesa menyeringai. Ia menyukai sensasi bagaimana hidup dan matinya di pertaruhkan. Maka dari itu, ia semakin menambah kecepatan laju kendaraannya. Tak ia hiraukan teriakan marah di sertai caci maki itu, Mahesa hanya merasa dia bebas.
Pada saat belokan di pertigaan, Mahesa tak sadar bahwa ada sebuah mobil sedan yang melaju ke arahnya dengan kecepatan tinggi sama sepertinya. Karena ingin menghindari mobil tersebut, maka dengan cepat Mahesa membelokkan sepeda motornya membuatnya terjatuh keras dan terseret beberapa meter hingga mengakibatkan lengan kanannya tergores aspal, juga kepalanya yang sedikit terbentur pembatas jalan sebab tak mengenakan helm.
Beberapa pengendara berhenti untuk menanyakan keadaannya, yang mana di balas oleh Mahesa bahwa dia baik-baik saja. Tenang saja, nyeri di bagian belakang kepala dan luka gores di sepanjang lengan kanannya tak akan merenggut nyawanya.
Mungkin, ini karma atas semua perbuatannya.
Mahesa ucapkan terima kasih pada beberapa pengendara yang membantunya. Setelahnya, Mahesa menghembuskan napas berat melihat motor kesayangannya banyak mendapat goresan. Sialan! Mengetahui ini, Papa pasti menghajarnya habis-habisan.
________
Jendral sangat terkejut begitu membuka pintu dan mendapati Mahesa berdiri di hadapannya yang terlihat berantakan. Rambut acak-acakan, baju dan celananya yang robek di beberapa bagian, juga bercak darah di kemeja putih yang di kenakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly [MarkHyuck]
RandomHareksa Dinata menyukai kupu-kupu. Itu fakta yang tidak bisa di sangkal orang lain. Sebab, dari hewan indah tersebut Hareksa banyak belajar tentang kehidupan. Seekor kupu-kupu mengingatkan kita bahwa akan selalu ada keindahan di pengujung semua rasa...