Apa lo udah siap kehilangan semuanya?
Hareksa menghembuskan napas berat ketika mengingat ucapan Mahesa pada saat itu. Ia menatap langit kamarnya dengan pikiran yang berkecamuk.
Seharusnya pertanyaan itu lebih tepat di tanyakan pada diri Mahesa sendiri. Apa pemuda itu sudah siap jika kehilangan semuanya?
Karena jika pertanyaan tersebut di ajukan pada Hareksa, jelas saja ia sudah siap. Hareksa sudah pernah merasakan kehilangan. Jadi, kehilangan untuk kedua kalinya bukan masalah besar baginya.
Mahesa hanya belum tahu, bagaimana rasanya merasa terpuruk ketika sudah tak memiliki orang tua. Itu terasa amat menyakitkan. Dan, Hareksa tak ingin Mahesa merasakan apa yang di rasakannya dulu.
Hareksa hanya tak ingin menjadi egois dengan merebut seorang anak dari orang tuanya. Jika saja Hareksa mau, ia tak perlu terdiam begitu lama pada saat Mahesa bertanya. Hareksa akan segera menjawab dengan tegas bahwa ia siap untuk kehilangan segalanya. Tapi, Hareksa sungguh tak bisa.
Apalagi ketika mengingat percakapannya dengan Ayah pada saat Mahesa sehari tidak pulang ke rumah, semakin membuat Hareksa menyadari segala batasannya.
"Hareksa."
Suara Ayah terdengar amat lelah kala itu di telinga Hareksa. Pemuda yang lebih muda meremat jemarinya menunggu setiap kata yang akan di ucapkan kepala keluarga Dharmaputra dengan seksama. Sudah di pastikan jika Hareksa akan kembali terluka oleh kata-kata Ayah yang sebelumnya sudah ia duga.
"Boleh saya minta sesuatu dari kamu?"
"Apa?" Keringat dingin di dahi Hareksa menunjukkan bahwa dia ketakutan dengan apapun yang akan di minta oleh Tama Dharmaputra.
"Tolong lepaskan Mahesa." Kata Ayah dengan nada memohon yang mana membuat sudut hati Hareksa kembali tergores. Tolong, jangan pernah memohon seperti itu padanya. Sebab, Hareksa juga tengah mengusahakannya. "Saya sudah tahu hubungan seperti apa yang terjadi di antara kalian."
Hareksa memejamkan mata, karena sudah menduga.
"Ayah," panggil Hareksa bergetar, "apa aku boleh egois sekali aja?"
"Tidak!" Sentak Ayah tajam. Bisa Hareksa lihat sorot ketakutan terpancar dari manik matanya. "Jangan pernah melewati batas kamu Hareksa!"
"Ayah... "
"Dengar ... kamu boleh meminta apapun, tapi tidak dengan putra saya." Ucap Ayah sembari menatap Hareksa.
Mendengar itu, senyum miris terpatri di wajah tampan Hareksa. Putra? Bukankah Hareksa juga putra dari Tama Dharmaputra?
"Aku cuma mau Mahesa." Hareksa membalas tatapan Ayah dengan sendu.
"HAREKSA!"
Hareksa kembali tampilkan senyum sendu, "Ayah tau? Aku ... udah berusaha. Tapi, aku nggak bisa."
"Apa yang akan Istri saya rasakan, jika tahu kedua putranya menyalahi aturan? Apa kamu tega melihat orang yang tulus menyayangi kamu terluka dan kecewa?"
Selalu seperti ini. Ayah selalu berhasil menemukan titik lemah Hareksa. Karena Ayah tahu, ia tak akan pernah bisa melihat Ibu terluka.
"Aku paham." Hareksa sematkan senyum sarat akan kekalahan, lalu setelahnya kembali berujar, "Ayah tenang aja, semua sesuai keinginan Ayah."
Dan pada akhirnya, Hareksa kembali menyerah untuk kesekian kalinya.
Tenang saja, Hareksa sudah terbiasa.
![](https://img.wattpad.com/cover/326182654-288-k530399.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly [MarkHyuck]
De TodoHareksa Dinata menyukai kupu-kupu. Itu fakta yang tidak bisa di sangkal orang lain. Sebab, dari hewan indah tersebut Hareksa banyak belajar tentang kehidupan. Seekor kupu-kupu mengingatkan kita bahwa akan selalu ada keindahan di pengujung semua rasa...