TIGA BELAS

786 91 27
                                    

__________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

__________

Bagaimana keadaan Hareksa sekarang?

Mahesa ingin berlari pada Hareksa, dan mengatakan pada pemuda itu bahwa semuanya akan baik-baik saja. Walaupun ia tahu, kata-kata itu lebih terdengar seperti omong kosong sekarang.

Sejak kejadian di toko perhiasan satu minggu yang lalu, ia kembali menghindari pemuda yang lebih muda. Alasannya, ketika melihat wajah terluka Hareksa, perasaan bersalah terus menghantuinya tanpa henti membuat Mahesa memilih menjaga jarak darinya.

Bahkan, ketika ia pulang waktu itu dalam keadaan yang terlihat berantakan dengan tangan yang terluka dan kaki sedikit pincang. Mahesa mengabaikan Hareksa yang bertanya apa yang terjadi padanya, ia memilih melewati pemuda itu untuk langsung pergi ke kamarnya.

Yang tidak Mahesa sangka adalah Hareksa mengikutinya. Pemuda yang lebih muda tetap bersikeras melontarkan pertanyaan-pertanyaan dengan nada khawatir yang mana semakin membuat perasaan bersalah di hati Mahesa kian menjadi.

Sungguh, Mahesa merasa tak pantas mendapat perhatian sebesar seperti itu dari Hareksa.

Karena, semakin Hareksa menunjukkan kepeduliannya, semakin Mahesa berat untuk melepaskan pemuda itu.

"Mahesa?"

Mahesa yang tengah melamun terkesiap begitu mendengar suara Mama yang memanggilnya. Ia menoleh ke samping sebelum akhirnya senyum tipis tersemat di wajah tampannya, Mahesa segera menggenggam jemari Mama yang sedang menatapnya khawatir.

"Kamu baik-baik aja?" tanya Dilara begitu melihat putranya terlihat tidak bahagia.

Ketika ada orang yang menanyakan pertanyaan seperti itu padanya, memangnya apalagi yang bisa Mahesa ucapkan selain mengatakan bahwa dia baik-baik saja.

"Aku baik, Ma," jawab Mahesa pelan, ia mengelus jemari Mama yang terasa hangat, "Mama nggak perlu khawatir, aku cuma kurang fokus tadi."

"Kamu gugup?"

Mahesa terpaksa mengangguk.

Dilara tertawa pelan sembari mengelus pipi putra sulungnya, ia amat sangat menyayangi Mahesa. "Mama masih nggak nyangka kalau hari ini anak nakal Mama bertunangan."

"Aku nggak nakal!" Protes Mahesa yang langsung di hadiahi cubitan pelan oleh Dilara.

"Mama ingat dulu kamu masih sekecil ini, masih sering Mama gendong, masih suka nangis kalau keinginannya nggak di turuti," Dilara mengangkat tangan kanannya sebatas pinggang, lalu setelahnya menepuk pelan bahu Mahesa yang terlapisi jas berwarna putih gading, pandangannya melembut, "dan sekarang udah sebesar ini, bahkan tingginya udah melewati Mama. Enggak terasa waktu cepat banget berlalu."

Mahesa mengangguk membenarkan.

"Mahes, Mama dan Papa bahagia," Dilara menatap Mahesa yang juga tengah menatapnya, "tapi Mama lupa bertanya, apa kamu juga bahagia?"

Butterfly [MarkHyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang