Sudah hampir seminggu sejak kejadian di gudang sekolah yang mana berakhir dengan dirinya di tinggalkan oleh Mahesa dalam keadaan tidak baik-baik saja.
Setelah Mahesa mengatakan perihal pertunangannya dengan Alina, pada malam harinya Ayah mengajak mereka bertemu dengan keluarga besar Gautama guna membahas lebih lanjut perihal pertunangan mereka.
Pada saat itu, Ibu yang paling antusias membicarakan pertunangan anaknya. Sorot matanya tak menyembunyikan kebahagiaan yang terpancar, dan Hareksa merasa ia sudah melakukan hal benar dengan tidak bertindak egois.
Dan, Hareksa juga menyadari bahwa Mahesa menjaga jarak darinya. Begitu pun Alina, sebenarnya tak ada yang berubah pada gadis itu. Hanya saja Hareksa merasa setiap kali ia berbicara dengan Alina, gadis itu selalu membalasnya dengan singkat.
Semua tak lagi sama.
Tapi, di balik semua perubahan yang terasa menyesakkan untuk Hareksa, selalu ada hal tak terduga yang menghampirinya. Ia menjadi dekat dengan Jesika, gadis mungil yang pernah ia tolak pernyataan cintanya. Dekat dalam artian ia dan Jesika berteman sekarang.
Satu minggu ia dekat dengan Jesika, Hareksa merasa gadis itu adalah teman asik di ajak bercerita.
Seperti saat ini, gadis itu rela duduk di bawah pohon menemaninya melihat siswa kelas duabelas yang tengah bermain basket.
Fokus Hareksa tertuju pada pemuda yang mengenakan kaus hitam di padu dengan celana sekolah abu-abu. Ia menghela napas pelan, sudah seminggu dirinya dan Mahesa tak bertegur sapa. Di rumah pun, pemuda yang lebih tua sering kali menghindarinya.
Akan tetapi, mungkin begini lebih baik. Ini memudahkannya untuk melepaskan Mahesa.
Jesika menyadari Hareksa yang di sebelahnya seperti tengah memiliki masalah segera menepuk pelan bahu pemuda itu, lalu ia sematkan senyum tipis di bibirnya, "Kak Reksa jangan sedih. Semua bakal baik-baik aja."
Hareksa terkesiap mendapat tepukan ringan di bahunya, lebih terkejut lagi ketika mendengar ucapan gadis di sebelahnya. "Gue nggak lagi sedih 'kok."
"Oh, ya?" Jesika memiringkan sedikit kepalanya, menatap Hareksa geli, "mau aku kasih tau satu rahasia?"
"Apa?"
"Aku pernah lihat Kak Reksa sama Kak Mahesa ciuman di perpus." kata Jesika setengah berbisik, dan ketika mengatakannya wajah gadis itu terlihat biasa saja. "Tapi, Kakak tenang aja, aku nggak bakal bilang siapa-siapa," lanjutnya sembari membuat gerakan mengunci mulut.
Manik Hareksa membelalak, ia mengingatnya. Memang saat itu ia tengah mencari buku untuk di baca, lalu tiba-tiba seseorang menariknya ke bagian rak buku paling ujung yang jarang di lewati orang-orang. Hareksa yang pada saat itu ingin berteriak meminta tolong, lebih dulu di bungkam oleh Mahesa dengan cara menciumnya.
Ia tidak mengira seseorang memergokinya tengah berbuat mesum di lingkungan sekolah.
Hareksa tatap gadis di sebelahnya yang tak menunjukkan ekspresi apapun, "lo nggak jijik?" tanyanya.
Jesika menggeleng.
"Lo nggak mau menghakimi gue?"
Alis Jesika mengerut mendengar pertanyaan itu, "menghakimi?" Ia berpikir sejenak sebelum akhirnya menggeleng, "aku nggak berhak menghakimi seseorang hanya karena orang itu menyimpang. Itu pilihan Kakak, jadi Kak Reksa pasti udah tau konsekuensi apa dari pilihan yang Kakak buat."
Manik Hareksa terlihat sendu, lalu ia dengan berani bertanya, "Je, apa gue salah suka Kakak angkat gue sendiri?"
"Nggak ada yang salah dari suka seseorang, Kak." Jesika menatap ke depan, pada seseorang yang ternyata lebih dulu memenangkan hati pemuda di sampingnya. Pantas saja pernyataan cintanya di tolak, Jesika tak akan pernah bisa menang melawan seorang seperti Mahesa Dharmaputra. "Setiap orang punya hak untuk jatuh cinta. Tapi, mungkin aja Kakak jatuh cinta pada saat yang nggak tepat, dan orang yang salah."
Ah, Jesika mengerti sekarang, Hareksa menolaknya karena ia adalah perempuan.
"Tapi ... aku nggak membenarkan perselingkuhan." lanjut gadis itu membuat Hareksa diam-diam tersenyum miris. Sebab, ia tahu gadis itu tanpa sadar tengah menyindirnya yang memiliki hubungan aneh dengan Mahesa di saat satu sekolah tahu bahwa pemuda yang lebih tua dan Alina sudah di jodohkan.
"Satu minggu dari sekarang mereka bakal tunangan." Ucap Hareksa pelan. Entah mengapa ia ingin memberitahu Jesika, sebab Hareksa mempercayai gadis yang duduk di sebelahnya ini.
Begitu permainan basket di depan sana terhenti karena tengah beristirahat, dan pemuda bernama Mahesa juga ikut menepi bersama teman-temannya di sisi lapangan. Jesika segera menoleh ke arah Hareksa, "Apa Kak Reksa siap?"
"Menurut lo?"
"Apa alasan Kakak suka Kak Mahesa?" Pertanyaan dari Hareksa di balas dengan pertanyaan lain oleh Jesika.
Bibir Hareksa sudah membuka, tapi kemudian kembali menutup. Maniknya perlahan membelalak ketika menyadari sesuatu.
Benar, apa alasan ia menyukai Mahesa?
_______
Mahesa yang tengah duduk di sebelah Jendral tiba-tiba saja meremukkan botol yang airnya sudah tandas dengan kasar. Sebab, maniknya tanpa sengaja melihat seseorang yang sangat di rindukannya selama satu minggu ini tengah asik mengobrol dengan seorang gadis.
Mahesa memincingkan matanya ketika menyadari bahwa gadis yang tengah berbicara dengan Hareksa adalah gadis yang sebelumnya pernah menyatakan perasaannya pada pemuda yang lebih muda.
Ia semakin meremas kasar botol kosong di tangannya, membuat Jendral yang melihatnya mengernyitkan dahi bingung. Akan tetapi, begitu melihat arah pandang Mahesa, ia jadi mengerti alasan mengapa temannya terlihat kesal.
Ternyata, milik Mahesa sedang dekat dengan seorang gadis.
"Ingat seminggu lagi lo mau tunangan." Ujar Jendral dengan nada setengah meledek.
Mahesa mendegus dingin, lalu memukul lengan Jendral keras, "banyak bacot!"
Jendral terbahak keras, sebelum akhirnya ekspresi pemuda sipit itu menjadi serius, "lo yakin sama keputusan lo, Sa?"
Mendapat pertanyaan seperti itu diam-diam Mahesa menghembuskan napas berat. Lalu, maniknya menatap pada Hareksa yang tengah tersenyum bersama gadis di sebelahnya. Ia sangat ingin memeluk pemuda itu, menghujaninya dengan kasih sayang. Tapi Mahesa tahu, ia tidak bisa.
Mahesa tak ingin senyum di wajah pemuda penyuka teddy bear itu hilang karena tindakan gegabahnya.
Maka Mahesa menatap Jendral tak kalah serius, sebelum akhirnya menjawab, "lo tau gue nggak di beri pilihan."
__________
Bingung banget sama sikap Mahesa, ya?
Sama aku juga😂

KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly [MarkHyuck]
AcakHareksa Dinata menyukai kupu-kupu. Itu fakta yang tidak bisa di sangkal orang lain. Sebab, dari hewan indah tersebut Hareksa banyak belajar tentang kehidupan. Seekor kupu-kupu mengingatkan kita bahwa akan selalu ada keindahan di pengujung semua rasa...