LIMA

1K 111 19
                                        

Tes...

Oke, sebelumnya aku cuma mau bilang. Terima kasih buat yang udah vote dan komen.

Gak nyangka ternyata ada yang baca ceritaku yang masih amatiran ini.

Trims💚

_______

"Kak Reksa, aku suka Kakak."

Demi Tuhan, ini masih terlalu pagi untuk sebuah pernyataan cinta.

Mendapat pengakuan cinta dari seseorang rasanya seperti beban bagi Hareksa. Beberapa orang terkadang tidak terima bila perasaan sukanya mendapat penolakan, sebagian lagi ada yang memaksa dengan mengatakan omong kosong bahwa cinta hadir karena terbiasa.

Dan jangan lupakan bahwa Hareksa tak suka ketika menjadi pusat perhatian. Apalagi ketika manik nya bertemu tatap dengan Mahesa yang tengah berkumpul bersama teman-temannya di dekat koridor kelas sebelas, pemuda itu menatapnya tajam. Sedangkan di sebelah pemuda itu, terlihat Alina yang juga menatap dengan mengangkat sebelah alisnya.

Hareksa hanya menggeleng, lalu mendengus kasar.

"Minggir."

Ketika ia akan melewati gadis itu, lengan hoodie nya di tarik pelan membuat Hareksa menghela napas, "tapi, Kak Reksa belum jawab."

Hareksa menatap gadis itu dari bawah hingga atas, mungkin kelakuannya sangat tidak sopan. Hanya saja, Hareksa tengah menilai, "gue nggak suka lo."

"Kenapa?"

Karena lo perempuan. Kata itu hanya bisa Hareksa ucapkan dalam hati.

"Lo bukan tipe gue!"

Tanpa Hareksa duga, gadis itu malah tertawa. Ia mengerutkan dahi tanda bingung, tidak mungkin gadis di hadapannya ini terkena saraf karena penolakannya bukan?

"Lo ... baik-baik aja?" Tanya Hareksa ragu.

Di sela tawanya, gadis itu menggumamkan kata maaf. Tak lama kemudian tersenyum tulus menatapnya, "aku baik. Makasih udah ngasih aku kesempatan buat nyatain perasaan. Kakak tau? Aku ngerasa lega."

"Gue pikir lo bakal marah-marah nggak jelas setelah gue tolak." Sarkas Hareksa.

Gadis di hadapannya mengerutkan dahi, "kenapa aku harus marah? Aku emang suka sama Kak Reksa, tapi bukan berarti Kakak berkewajiban buat balas perasaan aku."

Hareksa mendengus, ia pikir gadis ini akan menjadi gadis kesekian yang akan memaksa ia menerima cintanya. Atau yang lebih parah, memakinya dengan kata kasar dan berakhir membencinya.

"Nama lo?"

"Huh?" Sedikit lucu di mata Hareksa, apalagi wajah kebingungannya. Hareksa sampai harus menahan kedutan di sudut bibirnya.

"Lo punya nama 'kan? Nama lo siapa?"

"OH! Nama aku Jesika." Ucapnya dengan semangat.

Hareksa terkekeh. Sepetinya berteman dengan gadis ini tak ada salahnya. Maka dari itu, Hareksa mengambil sesuatu di saku celananya, sebuah gantungan kupu-kupu berwarna biru. Untung saja satu sekolah sudah tahu bahwa dia maniak kupu-kupu, segala pernak-pernik yang berkaitan dengan hewan cantik itu ia menyukainya. Jadi, ia tak perlu merasa malu karena terlihat girly.

Dan sekarang, ia berikan gantungan itu pada Jesika.

"Anggap aja itu hadiah buat pertemanan kita?" Hareksa ragu ketika mengatakannya, sebab ia tak yakin gadis itu mau berteman dengan seseorang yang jelas-jelas sudah menolak perasaannya.

"Teman? Sebenarnya aku nggak yakin ada pertemanan antara laki-laki dan perempuan yang nggak melibatkan perasaan. Apalagi Kak Reksa tau, aku suka Kakak." Kata Jesika dengan pelan, "tapi, aku berterima kasih buat gantungan kuncinya, Kak Reksa." Lanjutnya dengan semangat.

Butterfly [MarkHyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang