Bagian 5

17.5K 1.5K 97
                                    

Segala kebaikan datangnya dari Allah SWT, sedangkan segala keburukan datang karena kesalahan manusia. Cerita ini murni sebagai hiburan tidak ada unsur menjelekkan suatu ajaran agama.

—————

"Oh itu. Dia ngajak taruhan, yang pertama jatuh cinta dia yang jadi boti. Padahal kalau ana yang kalah pun dia tetap jadi botinya." Jawab ustadz Amri dengan santai.

Ale dan Abi saling tatap dengan kedua mata yang membulat sempurna. Seketika Ale memasang wajah penuh arti lalu tertawa geli, dia memukul bahu ustadz Amri beberapa kali merasa semangat kemudian kembali berlari menghampiri Hasbi.

Hasbi sedari tadi hanya menatap tajam ke arah mereka bertiga, dia penasaran dengan apa yang dibicarakan oleh mereka. Dia memasang wajah masam saat melihat Ale menghampirinya.

"Asek asek! Calon boti uhuy!" Ale berbisik ke telinga Hasbi.

Hasbi berdecak kesal sembari memukul leher Ale dengan kencang hingga sang empu batuk karena tersedak.

"Bacot lu ah! Dia yang jadi boti bukan gue." Ketus Hasbi sembari menatap sengit ke arah Amri.

Namun ustadz Amri justru tersenyum tipis sembari mengerutkan kedua alisnya dengan tatapan nakal. Seketika Hasbi gelagapan dibuatnya, dia mengalihkan pandangannya dengan cepat karena merasa malu tiba-tiba.

Dia berdehem pelan dan kembali menatap kolam ikan, walau sebenarnya dia masih mencuri pandang ke arah ustadz Amri melalui ekor matanya.

"Emangnya lu sial suka beneran sama dia Sat?" Tanya Ale sembari menyenggol kaki Hasbi.

Hasbi terdiam sebentar memikirkan pertanyaan Ale, dia mengerjap dengan pelan merasa pertanyaan Ale sungguh sulit dan membuatnya sadar akan sesuatu.

"Lah iya anjir. Kalo kita bikin tantangan gini kan tandanya gue kudu siap yak suka ama dia soalnya ada dua kemungkinan yang suka duluan." Gumam Hasbi dengan wajah melongo.

Dia menoleh ke arah ustadz Amri dengan cepat yang ternyata masih menatapnya dengan tatapan menggoda. Hasbi mendengus kasar, dia berjalan menghampiri ustadz Amri.

Saat dia berjalan ke arah ustadz Amri, pria tampan itu justru semakin melebarkan senyumannya yang membuat mata Hasbi silau.

"Kenapa? Kangen?" Tanya ustadz Amri saat dia sudah berdiri di depan pria itu.

Hasbi mendengus geli mendengar pertanyaan ustadz Amri yang sangat percaya diri. Dia melirik ke arah Abi yang sedang menahan senyuman gelinya melihat interaksi mereka berdua.

Hasbi meradang melihat wajah Abi yang terkesan mengejeknya. Dia pun menendang pelan kaki Abi memberi tanda agar pergi dari sana.

"Sono pergi dah. Lu ngerusuh ae kayak boti lu." Geram Hasbi sembari mendorong kasar tubuh Abi.

Abi tertawa pelan sembari mengangguk kecil, dia pun menghampiri Ale yang sedang berbincang dengan santri lainnya.

Hasbi duduk di bawah sembari menumpukan kepalanya di tempat duduk yang digunakan oleh ustadz Amri.

"Kenapa hm?" Tanya ustadz Amri sembari merendahkan kepalanya ke arah Hasbi.

Bulu kuduk Hasbi meremang sepenuhnya mendengar suara lembut ustadz Amri, dia tak pernah mendengar suara lembut itu sebelumnya. Ustadz Amri akan selalu menggunakan suara nada tingginya saja karena marah-marah kepadanya.

"Bisa biasa aja ga suaranya? Gosah sok gentle deh ah Tadz. Geli." Gerutu Hasbi sembari meninju pelan bahu ustadz Amri.

Ustadz Amri mengendikkan bahunya acuh, dia tahu jika Hasbi merasa salah tingkah dengan suaranya namun berusaha menutupinya seolah dia tak suka.

AMRI-HASBI (21+) BL ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang