Bagian 53

8.7K 980 441
                                    

Jika kalian suka dan menikmati cerita ini. Jangan lupa berikan dukungan melalui vote dan komen ya 💜

—————

Amri telah selesai menjalani kewajibannya di pondok sebagai santri pengabdian yang mendapatkan panggilan 'ustadz'. Tepat 2,5 tahun dia mengabdi di sana dan kewajibannya selesai, dia mendapatkan ijazah setara S1.

"Gue ikut keluar deh Yang." Ujar Hasbi sembari merengek.

Sejak dimana tahu sang kekasih akan keluar dari pondok karena sudah lulus, Hasbi menjadi galau karena akan ditinggal sang kekasih. Walau hanya berbeda tempat dan jarak saja namun hal tersebut tetap membuatnya sedih.

Dia akan menjadi duda sementara sama seperti Ale. Lubangnya akan kering kerontang karena tidak mendapatkan asupan sperma dan genjotan dari penis besar sang dominan.

"Jangan lah. Selesein 4 bulan lagi aja deh biar genap akhir semester kenaikan kelas." Bujuk Amri sembari mengelus kepala Hasbi.

Hasbi berdecak kesal, dia tak mengangguk ucapan sang kekasih. Dia berpikir sejenak, yang membuatnya semangat belajar di pondok ini adalah karena keberadaan sang kekasih.

Jujur saja, jika tidak ada Amri sebagai kekasihnya maka dia pasti sudah kabur dari pondok sejak lama tak peduli walau dia akan mendapatkan sumpah serapah atau bahkan pukulan dari kedua orang tuanya.

"Tapi lu janji jangan main serong ya? Cuma gue pacar lu." Pinta Hasbi sembari memeluk manja tubuh Amri.

Amri mengangguk dengan cepat, dia membalas pelukan sang kekasih dengan erat. Dia sudah selesai berpamitan dengan santri lainnya, dan sekarang tersisa kekasihnya saja.

"Iya janji deh. Udah buruan sana balik ke kelas, ana pergi dulu. Waktu kunjungan cuma sebulan sekali, insyaaAllah bakal rutin jenguk." Ujar Amri sembari melepaskan pelukannya.

Hasbi mengangguk kecil dan melepaskan pelukan sang kekasih dengan tidak rela. Mereka sedang berada di ruang tamu yang sepi, jadi tak perlu khawatir ada yang melihat.

Dan Amri pun benar-benar pergi dari pondok setelah memberikan ciuman lembut kepada Hasbi.

—————

Hasbi keluar dari minimarket sembari membawa sebotol kaleng kopi dingin. Dia menghampiri Ale yang sedang sibuk menghafal sepertinya di halaman masjid.

"Nyet." Hasbi duduk di samping Ale dan menyenderkan kepalanya di bahu Ale.

Ale hanya melirik sekilas ke arah sahabatnya, dia mengambil kaleng kopi milik Hasbi dan meminumnya tanpa sungkan.

"Gini ya rasanya jadi duda. Sekarang gue tau kenapa lu sedih banget ditinggal si Abi." Hasbi menghela napasnya panjang.

Ale tertawa mendengarnya, setengah tahun sudah dia ditinggal oleh Abi ke luar negeri dan dia sedikit banyaknya sudah dapat beradaptasi walau tak dipungkiri rasa sedih dan rindu sangat menggebu.

"Nah tau rasa lu tai. Belom lagi ntar bool lu kelaperan ga bisa ngapa-ngapain." Ejek Ale sembari mendorong kasar kepala Hasbi.

Hasbi merengut mendengar ejekan sang kekasih, baru juga 2 minggu dia ditinggal sang kekasih namun rasanya seperti bertahun-tahun. Jadwal telpon santri seminggu ada 3 kali selama 30 menit/sesi dan Hasbi telah menghabiskan semuanya.

Dia mendengar kabar dari sang kekasih jika dia sedang sibuk melamar pekerjaan di beberapa tempat.

"Gapapa deh gue ga diewe Amri, asalkan dia di depan mata gue aja lah." Ujar Hasbi seakan bernegosiasi.

Ale hanya dapat tertawa mendengar rengekan sang sahabat. Namun Hasbi menegakkan tubuhnya dan tersenyum lebar ke arah Ale membuat sang empu kebingungan.

"Yeee sekarang mah hari kunjungan. Gue bentar lagi dikunjungi ayang, nah elu? Makan tuh luar negeri." Hasbi terbahak membuat Ale seketika memasang wajah datar.

Teeeeet teeeet teeeet

"Panggilan kepada Akhii Hasbi, untuk Segera ke ruang tamu karena mendapatkan kunjungan teman."

Suara dari speaker terdengar jelas, Hasbi segera berdiri dan berlari kencang menuju ruang tamu. Ini adalah pertama kali baginya mendapatkan kunjungan setelah 1,5 tahun di pondok.

Dan itu adalah Amri, keluarga Hasbi tak pernah mengunjunginya walau sekalipun. Hasbi masuk kedalam dengan semangat, dan beruntunglah Amri memilih waktu yang pas sehingga semua tamu kunjungan telah pulang. Amri mengambil waktu 1 jam sebelum berakhir jadwal kunjungan.

"Assalaamualaikum." Amri tersenyum saat melihat kehadiran sang kekasih.

Mereka pun berpelukan erat sekilas, tak dapat terlalu lama karena takut ada santri lain masuk.

Mereka pun duduk di sofa dan Hasbi tak dapat menyembunyikan raut bahagianya melihat wajah tampan sang kekasih lagi.

"Waalaikumussalaam. Makin ganteng aja nih laki aing." Hasbi mencolek dagu Amri membuat sang empu terkekeh geli.

Amri mengelus sayang kepala Hasbi dan dia menggenggam erat telapak tangan sang kekasih. Mereka hanya saling pandang untuk mengobati rasa rindu satu sama lain.

"Gimana kabarnya? Sehat?" Tanya Amri sembari mengelus punggung tangan Hasbi.

Tatapan Amri penuh dengan kerinduan yang sangat dalam, dia tersenyum tipis karena dia bersyukur dapat menatap wajah Hasbi secara langsung.

"Alhamdulillah gue sehat secara fisik. Tapi hati dan pikiran gue ga sehat soalnya sumpek mikirin lu terus Yang. Kangen banget sumpah." Hasbi mencebikkan bibirnya sedih.

Amri terkekeh pelan, dia mengangguk mengerti sembari mengelus pipi Hasbi.

"Aku juga kangen banget sama kamu." Ujar Amri sembari mengecup sekilas punggung tangan Hasbi.

Hasbi mengelus rahang tegas Amri, dia mengecup singkat bilah bibir sang kekasih lalu tersenyum lebar.

Mereka berbincang ringan menanyakan kehidupan masing-masing setelah terpisah oleh jarak selama 2 Minggu ini. Amri berdiri dan menarik Hasbi masuk kedalam salah satu bilik kamar.

Amri segera menghimpit Hasbi ke dinding lalu mencium rakus bibir sang kekasih. Hasbi memeluk erat leher Amri dan membalas ciuman sang dominan dengan penuh gairah.

"Eunghh mmhh hnghh.." Hasbi mengerang nikmat sembari menikmati pelukan erat sang kekasih.

Bibir mereka saling melumat dengan dalam, Amri menyesap bibir Hasbi begitu kuat seakan tak ingin melepaskannya. Tangannya yang besar meraba tubuh Hasbi dengan seduktif.

Lidahnya memaksa masuk kedalam mulut Hasbi, menggigit lidah sang submisive kemudian menyedotnya dengan rakus.

"Eunghk!" Hasbi memekik terkejut hingga meremas kuat surai belakang Amri.

Hasbi menggerayangi tubuh atletis sang dominan, dan dia menyadari sesuatu jika tubuh pria itu sedikit kurus dari terakhir kali.

Cpk!

Mereka melepaskan ciuman sejenak untuk mengambil napas, dahi mereka saling menempel dengan deru napas yang berantakan.

Cup cup cup

"Aku sayang banget sama kamu. Cinta banget sama kamu Hasbiku." Bisik Amri sembari mengecupi lembut bibir Hasbi.

Hasbi tersenyum dan mengangguk pelan, mereka pun duduk di lantai saling berhadapan dan menggenggam tangan dengan erat.

Amri menatap serius wajah Hasbi tanpa berkedip, dan Hasbi sadar jika wajah sang kekasih sedikit tirus.

"Lu kok kurusan sih Yang? Lagi stres ya gegara nyari kerjaan?" Tanya Hasbi dengan khawatir.

Amri pun tersenyum dan menunduk, dia dalam posisi seperti itu cukup lama membuat Hasbi kebingungan. Hingga Amri melepaskan genggamannya dari tangan Hasbi.

Amri kembali mengangkat kepalanya, hati Hasbi mencelos saat melihat kedua mata Amri berkaca-kaca hingga sangat merah.

"Maaf Hasbi. Kayaknya aku ga bisa nerusin hubungan kita." Ujar Amri dengan suara tercetat.

Bersambung

200+ komen double update 🥴

Konflik utama bakal mulai, semakin rajin kalian voment semakin cepat badai berlalu 🤗

AMRI-HASBI (21+) BL ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang