Bagian 62

9.6K 964 381
                                    

Update ke 5 dalam sehari lunas 🥱 cape cuy

—————

Amri dan Hasbi lagi duduk berdampingan di halaman belakang rumah Amri sembari menatap langit malam. Hida memberi waktu mereka untuk berbicara lebih dalam.

"Aku ga bilang apa adanya ke kamu saat itu, salah satunya karena akupun berniatan ga bakal berharap balik sama kamu. Kalo aku cerita di awal, udah jelas kamu ngelarang aku. Udah jelas juga kamu bakal makin tersakiti soalnya aku akan tetep milih nyelametin keluarga aku. Tapi siapa sangka, kalo Hida ternyata mbak kamu. Ini bener-bener di luar dugaanku." Gumam Amri sembari menghela napasnya panjang.

Tak pernah sedikitpun Amri merasa bahagia dalam mengambil keputusan berat tersebut. Dia harus rela berpisah dengan seseorang yang ia cintai.

Di saat dia masih berduka atas kehilangan kakak kandung satu-satunya, dia justru seakan tak diberi waktu untuk berduka atas kepergian sang kakak. Dia justru diberikan sebuah beban yang sangat berat dan menyakitkan.

Dia sempat berpikir untuk melakukan pernikahan secara sembunyi-sembunyi di belakang Hasbi. Namun dia tak tega hati melakukannya, itu sama saja dia menduakan Hasbi. Dia tak ingin mengotori cinta tulusnya untuk Hasbi dengan hal seperti itu.

"Aku jadiin hidayah Allah sebagai alasan karena aku tau, kamu bakal ikhlas nerima keputusan aku walau susah. Tapi lagi-lagi di luar dugaan, Hida ternyata mbak kamu. Semua pilihan dan rencana yang aku susun berantakan, kamu justru makin tersakiti." Lanjut Amri sembari tertawa miris.

Hasbi melirik ke arah Amri, dia sedikit terkejut dengan ucapan Amri. Karena benar apa yang diucapkan pria itu, Hasbi akan ikhlas jika Amri mengatas namakan hidayah Allah.

Namun dia menjadi sangat sulit menerima semuanya saat dia tahu jika Amri menikahi sang kakak, dimana sang kakak adalah salah satu sumber lukanya. Dia seketika menjadi tidak terima dan tidak ikhlas jika Amri bahagia dengan sang kakak.

Dia menjadi hancur karena tahu perempuan yang dipilih Amri adalah sang kakak. Dia tersenyum lembut, dia sadar jika Amri adalah sosok pria yang begitu dewasa karena telah memikirkan hal kedepannya.

Dia melihat guratan sedih di wajah Amri. Dia tak tahu bagaimana perasaan Amri menghadapi sesuatu yang mengharuskan dia membuat keputusan yang dari segala sisi akan menyakitkan baginya.

"Pas tau kamu adiknya Hida, demi Allah. Aku pengen ngebatalin pernikahan itu, tapi aku tetep ga bisa soalnya mbak Lilis dan keponakanku ada di belakangku sambil tersenyum bahagia liat om gagahnya lagi nikah." Amri tersenyum kecut.

Hasbi melihat sebuah titik kebahagiaan ketika Amri menyebut keluarganya.

"Awalnya, sebelum tau Hida mbak kamu. Aku berniat ga bakal muncul di kehidupan kamu lagi, aku ga ada niat buat masuk ke kehidupan kamu lagi. Karena aku tau, pasti berat banget buat kamu tiba-tiba harus nerima keputusan sebelah pihak aku dengan alasan hidayah Allah. Tapi aku yakin, kamu bakal ikhlas kalo tau alasanku karena Allah. Di saat kamu udah ikhlas, jahat banget kalo aku muncul lagi." Amri menatap bersalah ke arah Hasbi.

Hasbi menunduk, dia tak tega melihat tatapan Amri yang seperti itu. Siapapun yang melihat wajah Amri maka semua orang akan tahu, pria itu menyimpan rasa bersalah luar biasa besar.

"Ternyata kamu adik dari cewe yang terpaksa harus aku nikahin, setelah ijab qabul seketika aku punya niatan untuk nyeritain semuanya setelah perjanjianku sama Hida selesai. Keluarga aku udah aman dari ancaman Hida, dan aku juga punya kewajiban ngejelasin ke kamu semuanya. Karena ini menyangkut sodara kamu juga yang ga sengaja terlibat sama aku. Aku tau, kamu makin sakit hati pas tau aku nikah sama mbak kamu. Makanya aku mau ngelurusin semuanya pas udah selesai, mungkin bisa sedikit ngurangin rasa sakit hati kamu." Amri memetik sebuah bunga kecil di depannya.

AMRI-HASBI (21+) BL ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang