Part 22

600 78 39
                                    

Sudah tiga hari mereka pergi, namun krist seakan tak mempunyai waktu untuk berdua dengan singto. Jessie selalu berada di dekat mereka, padahal krist sudah membawa serta pengasuh dan dua bodyguard jessie untuk menjaga anaknya itu.

"Jessie, apa kamu tak ingin bermain bersama nanny? Banyak tempat permainan yang seru di sini" ucap krist, mencoba untuk mengusir anaknya dengan perlahan.

"Kenapa tak bersama daddy?"

"Bukankah biasanya kamu bermain bersama nanny?"

"Sekarang aku ingin bersama daddy" ucap jessie sembari mengeratkan pelukannya di tubuh krist.

Saat ini mereka tengah duduk bersandar di kepala ranjang dengan jessie yang berada di tengah-tengah dirinya dan singto.

Krist menatap frustasi pada jessie, ini bukan honey moon jika jessie selalu mengganggu mereka. Ternyata mengajak jessie ikut dengan mereka bukan pilihan yang tepat. Krist hanya tak mau jika jessie tak di ajak nanti jessie akan menganggap jika dirinya sudah tak menyayangi anaknya lagi.

"Setelah kita pulang aku akan tetap berkerja di cafe" ucap singto.

"Tidak" jawab krist singkat.

"Kenapa?"

"Cukup berada di rumah dan sambut suami mu pulang berkerja setiap hari itu sudah lebih dari cukup untuk ku, karna itu juga tujuan ku menikah, sing. Aku ingin ada seseorang yang menunggu ku di kamar di saat aku lelah berkerja"

"Aku bosan berada di rumah, phi"

"Hmm... Bagaimana jika mengajari jessie belajar?" Ucap krist.

"Aku tak mau belajar dengan om sing" ucap jessie.

"Papa, sayang!"

"Tidak akan pernah!"

"Jangan di paksa, phi" ucap singto, ia hanya tak mau jika jessie mengamuk nanti.

"Apa kamu ingin membeli es krim di bawah? Aku bisa mengantar mu" ucap singto, pada jessie.

"Tidak" jawab jessie singkat.

"Apa phi membawa buku cerita favorit jessie? Aku ingin membacakan untuknya" ucap singto.

"Sebentar" ucap krist sembari melepas pelukan jessie di perutnya kemudian beranjak dari ranjang dan mengambil buku cerita yang di maksud.

"Jessie, Sekarang  waktunya tidur siang, aku akan membacakan cerita ini untuk mu" ucap singto.

Krist membenahi posisi jessie, meletakan kepalanya di bantal dan menaikan selimut sebatas dada jessie kemudian mengusap pelan rambut panjang anaknya sedangkan singto mulai bercerita, beberapa menit kemudian jessie terlelap tidur membuat krist tersenyum senang.

"Ayo...." Ucap krist.

"Kemana?" Tanya singto.

"Kamar sebelah"

Krist turun dari ranjang dengan perlahan begitu juga dengan singto, krist menggendong tubuh singto ala bridal style keluar dari kamar itu dan masuk ke kamar sebelah.

"Kapan phi menyewa kamar ini?" Tanya singto.

"Tadi siang, jika tak seperti ini kita tak akan bisa menghabiskan waktu berdua" ucap krist sembari mengukung tubuh singto.

Seperkian detik kemudian bibir keduanya sudah menyatu, saling melumat dengan lembut dan berperang lidah di dalam sana, singto mengeratkan pelukannya di leher krist dan memperdalam ciuman mereka, banyak saliva mulai mengalir ke dagu namun itu tak membuat mereka menghentikan kegiatan mereka.

Puas menyesap di bibir, krist menurunkan ciumannya ke leher singto, menghisapnya dengan pelan tanpa meninggalkan bekas di sana, satu persatu tangannya mulai membuka kancing kemeja singto hingga dada mulusnya terlihat, krist meremas dada datar tersebut sesekali memberikan cubitan kecil di sana hingga membuat singto melenguh nikmat.

Singto hanya pasrah berada di bawah kendali krist, meremas apa yang dapat di remas untuk menyalurkan nikmat yang di rasanya.

Entah sejak kapan krist berhasil membuang semua pakaian yang menempel di tubuhnya sekarang, krist tengah mengulum penisnya dan sesekali memberikan kocokan di sana hingga membuat singto mendesah nikmat.

"Phi... Aahhh..."

Singto menggerakan pinggangnya maju mundur di dalam mulut krist, sedangkan jari krist berusaha untuk masuk ke dalam lubangnya sekarang, mempersiapkan lubang tersebut agar terbuka lebar.

Krist menghisap penis singto dengan jarinya yang bergerak keluar masuk di dalam lubang singto, hingga beberapa menit kemudian singto mengeluarkan cairannya untuk pertama kalinya.

Krist tersenyum menatap itu dan memberi waktu untuk singto beristirahat sejenak, krist mengambil kondom yang berada di atas nakas kemudian memasangnya ke penis miliknya.

"Kenapa menggunakan itu?" Tanya singto.

"Aku hanya tak mau mengganggu anak ku di dalam sana" ucap krist sembari memposisikan tubuhnya berada di celah paha singto.

Krist memegang dua kaki singto agar terbuka lebar kemudian memasukan miliknya dengan perlahan ke dalam lubang singto hingga membuat singto mendesis perih.

Krist mendiamkannya sejenak, kemudian melumat bibir singto berusaha untuk mengalihkan rasa sakit singto melalui ciuman lembut itu, hingga singto terbuai dan perlahan pinggangnya mulai bergerak maju mundur dengan perlahan.

Desahan mulai terdengar mengalun indah di dalam kamar itu di sertai dengan suara kulit keduanya yang terbentur keras, singto merintih nikmat, ia benar-benar menggila karna permainan krist semakin panas.

Tubuhnya seakan patuh berada di bawah suaminya, berganti-ganti posisi mencari posisi yang nikmat, erangan krist di telinganya membuat singto menggila dan terus memohon agar krist menyetubuhinya dengan keras hingga menit demi menit berlalu, tak terasa sudah hampir tiga jam mereka bermain, krist menggerakan pinggangnya semakin cepat sembari meremas pinggang singto hingga beberapa menit kemudian singto memuntahkan cairannya untuk kesekian kalinya begitu juga dengan krist yang menusukan miliknya dengan sangat dalam dan mengeluarkan cairannya.

Krist mencabut miliknya perlahan dan melepas kondom yang berisi cairan kental miliknya kemudian membuangnya begitu saja ke lantai.

Itu entah kondom ke berapa yang di gunakannya namun yang pasti persediaan kondomnya sudah habis sekarang sehingga membuat dirinya terpaksa harus menghentikan permainan dan membawa singto masuk ke dalam pelukannya kemudian mereka memejamkan mata dan terlelap.












Tbc.

Our love ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang