Part 26

648 83 27
                                    

Beberapa bulan telah berlalu, sekarang jason sudah membesar, pipinya bulat membuat jessie suka menciumnya, ya.. walau pun Jessie seperti belum menerima singto tapi jessie suka menghampiri adiknya di kamar.

"Daddy ingin kemana?" Tanya jessie, saat melihat krist membereskan beberapa pakaiannya.

"Daddy ada beberapa perkerjaan di luar kota" ucap krist.

Jessie hanya mengangguk kemudian kembali mengajak adiknya berbicara, Tak lama pintu kamar terbuka, ada singto yang baru saja masuk dengan membawa sebotol susu untuk jason.

"Biar aku yang memberinya susu om" ucap jessie.

Singto memberikan susunya kepada jessie kemudian jessie memberikannya pada adiknya, sedangkan singto membantu krist mengemasi pakaiannya.

"Jangan terlalu lama, nanti aku rindu" ucap singto dengan cemberut.

"Aku tak janji, kamu tahu sendiri perkerjaan ku sangat menumpuk" ucap krist.

Terhitung enam bulan sejak singto melahirkan, krist memang jarang ke kantor dan terus menemani singto di rumah, itu sebabnya sekarang perkerjaannya jadi sangat menumpuk.

"Jaga diri dan jaga hati! aku tahu phi pergi bersama fah" ucap singto.

"Aku bukan pria seperti itu, apa semuanya belum membuat mu percaya?"

Krist melihat jessie masih fokus memberi adiknya susu, kemudian mencuri satu ciuman di bibir singto.

"Aku berjanji akan menjaga diri dengan baik nanti, persiapkan diri mu karna setelah perkerjaan ku selesai aku akan meminta jatah pertama ku" bisik krist.

Singto mendorong tubuh krist dan kembali melanjutkan kegiatannya melipat baju krist dan memasukannya ke dalam koper.

"Jessie, daddy titip adik dan papa, bersikap baiklah" ucap krist.

"Ya dad" jawab jessie singkat.

"Ayo kita antar daddy ke depan" ucap singto sembari menggendong jason.
.
.
.
Ini bukan kali pertama krist meninggalkan mereka ke luar kota. Bukankah itu memang resiko menikah dengan pria yang sibuk?

Mereka tak menyewa baby sitter untuk membantu mengurus jason, karna singto juga tak mempunyai kegiatan lain jadi singto memilih untuk mengasuhnya sendiri, sesekali di Bantu oleh pengasuh jessie.

Saat ini singto tengah berada di kamar jessie membantu jessie mengerjakan tugas sekolahnya sedangkan jason bersama pengasuh jessie di kamar mereka di lantai atas.

"Setelah ini makan malam" ucap singto.

"Kepala ku pusing, aku ingin langsung tidur saja" ucap jessie.

Singto merasa jika kening jessie benar-benar hangat, sepertinya dia demam.

"Setidaknya makan sedikit, setelah itu minum obat" ucap singto.

"Tidak" ucap jessie sembari beranjak dari tempatnya dan merebahkan tubuhnya di kasur.

Ini kali pertama singto melihat jessie demam seperti ini, singto pergi ke dapur dan meminta maid memasak bubur untuk jessie, kemudian membawa mangkok bubur itu ke kamar jessie.

"Makan dulu, sayang" ucap singto lembut.

Singto merasa tubuh jessie semakin hangat dari tadi, singto memencet alat komunikasi yang ada di samping kasur jessie yang tersambung ke kamar mereka di atas dan menyuruh pengasuh jessie ke kamar jessie.

Tak lama pintu kamar terbuka, pengasuh jessie masuk bersama dengan jason.

"Tubuhnya hangat, obat apa yang biasa di berikan padanya jika demam?" Tanya singto.

"Sebentar tuan" ucap pengasuh jessie sembari memberikan jason pada singto.

Singto merebahkan jason di samping jessie kemudian mulai menyuapi jessie dengan sedikit paksaan dan akhirnya tiga suapan bubur masuk ke dalam perut jessie.

Pintu kamar terbuka, pengasuh jessie masuk dengan membawa sebotol obat.

"Minum obat dulu" ucap singto.

Singto menemani jessie tidur dengan ikut merebahkan tubuhnya di samping jessie sedangkan jason juga berada di sampingnya. Posisi singto berada di tengah-tengah jason dan jessie sekarang.

Beberapa menit setelah tidur jessie mengigau membuat singto membangunkan jessie dan merasa tubuh jessie semakin hangat.

"Ayo ke rumah sakit" ucap singto.

"Tidak! Aku tak mau ke rumah sakit, om" Ucap jessie, kemudian ia merebahkan tubuhnya lagi dan kembali tidur.

Tak lama pengasuh jessie masuk ke kamar dengan membawa kompres untuk jessie.

"Nona jessie memang tak pernah mau ke rumah sakit, tuan" ucap pengasuhnya.

Singto mengangguk petanda mengerti kemudian mengompres kening jessie. Singto mengambil ponselnya kemudian menghubungi krist.

"Phi, jessie demam, tapi dia tak mau ke rumah sakit" ucap singto.

"Pengasuhnya tau obat apa yang sering di minumnya jika dia demam" ucap krist di sebrang sana.

"Apa tak bisa di paksa di bawa ke rumah sakit?"

"Jangan, biarkan saja atau dia akan mengamuk nanti, jessie memang membenci rumah sakit, jika besok panasnya tak mau turun, suruh kepala pelayan menghubungi dokternya"

"Baiklah, kapan phi pulang? Sudah satu minggu phi pergi! Aku merindukan phi!"

"Sebentar lagi, sayang"

"Dimana phi sekarang?"

"Penginapan"

"Wanita itu?"

"Tentu saja di kamarnya"

"Baiklah" ucap singto kemudian ia mematikan panggilannya.

Singto mengganti kompres jessie saat kompresnya mulai hangat, kemudian menatap jason yang masih terlelap di sampingnya.

Singto merebahkan tubuhnya lagi dan memejamkan matanya terlelap ke alam mimpi.
.
.
.

Pagi harinya jessie bangun lebih dulu, ia melihat singto dan jason yang ikut tidur di ranjangnya, karna ada jason membuat jessie tak mengeluarkan suaranya dan lebih memilih untuk diam.

Beberapa menit setelahnya singto juga bangun dari tidurnya, singto merasa tubuh jessie sudah lebih baik dari semalam.

"Apa kamu membutuhkan sesuatu?" Tanya singto.

"Aku lapar dan ingin buah" ucap jessie.

Baru saja singto hendak beranjak, pintu kamar terbuka lebih dulu, ada pengasuhnya masuk dengan membawa buah.

"Nona jessie jika sedang demam pasti ingin memakan buah, tuan" ucapnya.

Mungkin karna sudah berkerja menjadi pengasuh jessie sejak jessie masih berada di dalam kandungan itu sebabnya pengasuhnya tahu semua tentang jessie.

Pengasuhnya menyimpan buahnya di atas nakas, kemudian keluar lagi dari kamar Jessie sedangkan singto mulai mengupas satu persatu buah itu dan memberikannya pada jessie.

Jessie memakan buahnya dengan lahap, singto bahkan tak menyangka jika jessie bisa menghabiskan tiga apel, dua jeruk dan lima stroberi sekaligus, setelah itu jessie merebahkan tubuhnya lagi dan kembali tidur.

Jason terbangun dari tidurnya dan menangis, singto menggendongnya dan membawanya keluar dari kamar jessie karena ia takut tangisan jason akan membangunkan jessie nanti.















Tbc.

Our love ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang