part 1

97 73 19
                                    

Bulan telah berganti menjadi matahari. Malam yang gelap kini telah berubah menjadi pagi dengan cahaya matahari yang cerah. Udara terasa sangat segar.

Di tambah aroma tanah yang khas membuat kesan pagi hari yang cerah.

Rintik-rintik air yang berjatuhan dari daun daun yang menjadi sasaran jatuhnya air hujan semalam membuat pagi ini terasa berbeda dari pagi pagi sebelumnya.

Seorang gadis yang menjadi korban atas cuaca yang buruk semalam masih terbaring di atas brankar rumah sakit dengan wajah yang tenang.

Di sebelah nya ada seorang pemuda yang tengah tertidur dengan tangan yang menjadi tumpuan untuk kepalanya.

Pintu kamar rumah sakit itu terbuka menimbulkan suara decitan pintu yang tidak terlalu terdengar.

Lelaki yang berpakaian formal tersebut memasuki ruangan yang penuh dengan aroma obat dengan beberapa kantong kresek yang berada di tangan nya.

Dia meletakan kantong itu di atas sebuah meja yang tersedia di kamar rumah sakit . Ia berjalan mendekat ke arah sang adik dan seorang gadis yang dia dan adiknya tolong semalam.

Tanganya bergerak menepuk pelan pundak sang adik dengan niat ingin membangunkan nya.

"Bangun Rain..." ucapnya dengan suara yang tidak terlalu kuat.

Dengan sekali berucap saja pemuda yang bernama Rain tersebut langsung terbangun.

Pertama kali dia bangun dia di sambut dengan rasa pegal di bagian punggung, leher dan tangan nya.

Dia merenggangkan setiap otot Otot badannya yang terasa kaku.

"Saya akan berangkat ke sekolah sebentar lagi. Jadi bersiap siap lah." kata lelaki itu the point saat Rain membuka matanya.

"Baiklah... Aku akan bersiap siap.." jawab Rain dengan suara serak dan muka bantalnya.

Dia mengucek matanya yang terasa gatal, Ia bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah kamar mandi.

Sementara lelaki yang berstatus sebagai abang nya ini menatap sosok gadis yang ntah tengah tidur atau pingsan tersebut

"Dia tidur atau pingsan? Aku akan menyuruh dokter untuk memeriksanya nanti." gumam lelaki tersebut.

Ia berjalan ke arah kantong infus yang terletak di sisi brankar dan memeriksanya agar air dari kantong infus tersebut tetap mengalir dengan lancar.

Setelah itu ia menekan tombol khusus yang ada di dekat brankar dan tak lama datang dua orang suster.

"Saya minta kalian periksa dia setiap satu jam sekali dan pastikan kondisi nya sudah membaik. Dan juga, pastikan dia sudah bangun atau belum. saya minta sebelum saya kembali lagi dia sudah bangun." kata lelaki tersebut dengan tegas.

Kedua suster itu menganggukan kepalanya."baik tuan... Kami akan melakukan yang terbaik untuk pasien kami." kata salah satu suster.

"Saya harap anda tidak hanya berbicara, Lakukan yang terbaik atau saya beri rumah sakit ini rating yang terburuk." ancam lelaki tersebut.

Sontak kedua suster itu menunduk dan menganggukan kepalanya."b-baik lah tuan. Saya berjanji akan melakukan yang terbaik." kata suster itu sama seperti yang tadi.

"Baiklah, kalian boleh pergi. Ingat! Satu jam sekali kalian periksa dia."

Kedua suster itu mengangguk lalu pergi dengan langkah yang cepat.

Lelaki tersebut menghela nafas seraya mengusap wajah nya.

"Kenapa bang? Berisik banget tadi." Rain tiba tiba menyahut setelah keluar dari kamar mandi.

Lelaki tersebut memutar badanya menghadap ke arah Rain."tidak, saya hanya menyuruh mereka melakukan yang terbaik untuk gadis ini." kata nya.

Rain mengangguk."bisa kita berangkat sekarang," tanya Rain karena ia sudah siap dengan seragam sekolah nya. Tas? Dia tidak perlu membawa itu karena semua kebutuhan nya ia simpan di dalam loker sekolah.

"Tentu." kata lelaki tersebut. Lalu melangkah keluar dari kamar di ikuti oleh Rain.

............

Rain dan abang nya itu telah berada di dalam mobil dengan abang nya yang menyetir.

Mereka tidak pergi langsung ke sekolah namun mereka pergi ke tempat semalam.

"Bensin motornya habis, saya sudah beli. Kamu bisa ambil satu drigen yang ada di bagasi mobil untuk mengisi bensin nya." kata abang nya Rain setelah tiba di tempat yang tak jauh dari halte.

"Makasih bang." kata Rain memberi senyuman khas nya kepada sang abang lalu ia pergi menuju bagasi mobil.

Ia mengambil 1 jerigen dan satu corong khusus untuk mengisi bensin.

Ia mulai memasukan bensin itu ke tangki bensin motornya.

Setelah semua bensin telah masuk Rain pun menutup tangki minyak motornya dan mulai menyalakan motornya.

Dan ya! Motornya kembali menyala. Ia tersenyum bahagia."makasih banget bang, gak tau deh kalo gak ada abang disini.. Hehe." katanya di akhiri dengan tawa cengir nya.

"No problem, kamu adik saya memang sudah seharusnya saya membantu kamu. Ayo, kita harus berangkat sekarang. Kita beriringan saja." kata lelaki tersebut.

Rain mengangguk."kuy gaskeun." kata Rain. Ia meraih helm fullface nya lalu menggunakan nya.

Abang nya Rain pergi memasuki mobilnya dan mulai menjalankan mobil sport hitam tersebut.

Rain pun sama. Ia menjalankan motornya dengan kecepatan sedang. Tidak baik jika harus ngebut ngebut menurutnya. Selain bisa masuk angin bisa kecelakaan juga.

Kedua abang beradik itu berkendara beriringan. Abang nya menggunakan mobil dan adik nya menggunakan motor. Itu cukup adil karena kedua kendaraan mereka memiliki harga yang lumayan fantastik.

Sesampainya di gerbang sekolah mereka di sambut hangat oleh security sekolah yang langsung membuka gerbang itu lebar lebar agar kedua saudara yang tidak di ketahui oleh seluruh masyarakat sekolah itu bisa memasuki lingkungan sekolah.

Keduanya memakirkan kendaraan mereka di tempat yang berbeda. Dan beginilah kehidupan mereka di sekolah, mereka di sekolah layaknya orang yang tak saling kenal namun di luar sekolah mereka sangat dekat.

Rain turun dari motornya dan melepas helm fullface nya. Ia menghirup udara pagi yang terasa segar. Terus terusan berada di dalam ruangan RS yang di penuhi bau obat membuatnya tak nyaman.

Seketika ia teringat akan gadis yang memiliki imun rendah semalam."get well soon gadis manis." gumam nya.

Ia melangkah memasuki gedung sekolah yang menjulang tinggi. Dengan senyuman khas nya ia menyapa orang orang asing yang ada di sekitarnya dengan senyuman.

Karena wajah tampan nya banyak siswi siswi yang langsung salah tingkah karena nya.

Sudah biasa bagi Rain mendapati hal seperti itu. Namun tak jarang ia merasa muak karena mereka. Ya bagaimana tidak muak? Saat melihat cowok ganteng mereka langsung jatuh hati dan bersikap malu malu namun saat sebaliknya mereka malah terlihat tak tau malu untuk melontarkan cacian dan hinaan.

"Dasar mandang fisik." gumam Rain seraya tersenyum kecut saat mendengar bisikan bisikan para siswi yang memujinya.

Strong Man [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang