"Katanya liptint bisa nyamarkan bibir pucat..." gumam Rain saat membaca sebuah artikel yang mengatakan bahwa sebuah liptin bisa menyamarkan bibir pucat.
"Kalo pake liptin kelihatan menor gak ya? bisa bisa nanti di bilang banci lagi..."
Rain tampak berpikir, ia menatap lamat lamat pantulan wajah nya di cermin.
Ia menghela nafas panjang lalu kembali menatap layar handphone nya.
"Gak apa deh, usaha dulu..." katanya, ia meraih kunci motornya beserta dompet milik nya.
Rain berjalan menuju ruang utama, ia menuruni tangga dan di saat perjalanan menuju pintu keluar Rain bertemu dengan sang kakek.
"Kamu mau kemana." tanya kakek nya dengan nada lembut.
Senyuman hangat terbit di sudut bibir Rain, ia menyalimi tangan sang kakek."Rain mau keluar dulu kek, ada yang mau di belik. Gak lama kok."katanya berharap mendapat izin dari sang kakek.
"Kamu mau beli apa sih cu?"
"Itu kek... Rain mau beli buku..." bohong Rain, ntah berapa banyak ia berbohong hari ini.
Kakek nya Rain mengangguk pelan lalu sang kakek mengeluarkan beberapa lembar uang dari saku celana nya.
"Ini untuk nambah nambah belik bukunya, di Terima ya cu." kakek menyodorkan selembar uang 50rb dan selembar uang 100rb.
Rain tersentak."t-tapi kek, itu kebanyakan. Gak apa apa kok, uang jajan yang kakek kasih waktu itu masih ada."ujar Rain.
Tangan sang kakek bergerak meraih tangan Rain dan ia meletakan uang itu di telapak tangan sang cucu."sudah Terima saja... Uang jajan sama uang ini beda... Uang jajan untuk jajan kamu dan ini untuk belik buku kamu..." ucap sang kakek.
Mau tak mau Rain menerima nya, Rain sedikit membungkukkan badanya."makasih kek... Rain pergi sekarang ya, takutnya nanti tokoh nya tutup." kata Rain, sang kakek menganggukkan kepalanya. Mendapat jawaban dari sang kakek membuat senyuman Rain merekah, ia pergi meninggalkan sang kakek.
Rain berjalan menuju parkiran motornya, disana terdapat motornya yang sudah terpakir rapi.
Rain menaiki motornya dan menyalakan nya.
Setelah beberapa detik memanaskan motornya ia mulai menjalankan nya.
Sesampainya di tokok kosmetik Rain turun dari motornya. ia melangkah kan kakinya memasuki toko kosmetik yang mulai sepi itu.
Dirinya melihat kiri kanan dan mencari dimana tempat liptint.
Karena tidak menemukanya ia menghampiri salah satu pegawai di toko kosmetik tersebut dan bertanya.
"Permisi kak... Aku boleh tanya, ada liptint?" tanya Rain seraya memperagakan gerakan memakai liptin menggunakan arinya.
"Oh... Ada kak, ayo ikuti saya." ujar pegawai kosmetik tersebut dan ia berjalan di ikuti oleh Rain dari belakang.
Sesampainya di tempat dimana liptint di letakan mata Rain terus bergerak mencari mana yang cocok untuk dirinya.
"Mau yang warna apa kak?" tanya pegawai tersebut.
"Hm... Yang cocok untuk nutupi kulit yang pucat terus warna nya gak terlalu menor ada tidak? Untuk nyamarkan kulit pucat saja." jelas Rain, pegawai tersebut mengangguk paham.
Pegawai wanita itu mengambil salah satu kotak liptin dan memberikan nya pada rain.
"Yang seperti ini kak?" tanya pegawai tersebut
Senyum Rain merekah saat melihat warna nya yang terlihat bagus dan tidak menor.
"Berapa kak?" tanya Rain.
"20 ribu kak."
"Bungkus satu kak." kata Rain lalu ia mengeluarkan selembar uang 50 ribu
Ia memberikan uang itu kepada pegawai tersebut."ini uang nya kak, bisa tolong bayarin ke kasir nya? Kembalian nya ambil saja untuk kakak, saya pergi dulu." ujar Rain membuat pegawai tersebut tersenyum senang.
"Makasih kak... Semoga kakak sehat selalu ya." kata pegawai tersebut membuat Rain tersenyum tipis namun hatinya terasa sesak.
"Saya pergi dulu ya... Makasih." lalu Rain pergi meninggalkan pegawai kasir tersebut.
Melihat kepergian rain pegawai tersebut menatapnya dengan tatapan iba."enggak sekali dua kali ada pelanggan kayak dia... Mereka kira dengan menutupi bibir pucat mereka akan membuat mereka sembuh? Semoga saja dia cepat sembuh." kata pegawai tersebut, ia menghela nafas.
Rain menatap liptint yang berada di tangan nya, ia tersenyum masam."kira kira bakal ketutup gak ya?" tanya Rain pada dirinya sendiri.
Sesampainya di parkiran motornya ia menatap pantulan dirinya dari cermin.
Ia membuka tutup liptint tersebut dan memaikanya pada bibirnya.
"Gak salah nih? Lo pake liptint? Kek banci." ujar seorang pemuda dari arah belakang Rain membuat Rain tersentak kaget.
Rain menoleh ke belakang, ia menatap pemuda tersebut dengan mata yang memicing tajam."apa urusan nya dengan kau?" tanya Rain dengan nada tak suka.
Pemuda tersebut tersenyum remeh, ia menatap bibir Rain yang terpoles liptint dengan tatapan seakan merendahkan."emang gak ada urusan nya di gue tapi gue kaget aja sosok Rain merias diri." nada bicaranya terdengar seakan mengejek.
"Mau aku merias diri aku ke salon atau apalah itu bukan urusan kau."
"Udah berani aja lo ngomong ketus kayak gitu ke gue, bukanya lo itu paling takut sama gue?" pemuda itu tersenyum remeh.
"Itu dulu, sekarang gak ada yang perlu aku takuti dari kamu, emang kamu siapa sampai aku harus takut sama kamu?" tanya Rain dengan raut wajah menantang.
"Ck, di ajari siapa lo? Bentar lagi paling lo ngomong nya gue lo, tapi gak apa apa dari pada aku kamu. Jijik gue dengar nya."
"Aku masih punya sopan santun ya, aku gak bakal ngomong kasar kalo gak ada yang ganggu aku."
"Yaudah gue bakal sering sering ganggu lo biar lo ngomong kasar dan pada akhirnya lo di cap sebagai cowo yang gak punya sopan santun."
"Your dream! Ngomong sama kamu cuman buang buang waktu." kata Rain, ia menaiki motornya dan menjalankan nya meninggalkan pemuda tersebut.
Pemuda tersebut berdecak saat melihat kepergian Rain."cih, kayak ngomong sama uke aja." gumam nya.
Di jalan Rain menjalankan motornya dengan raut wajah kesal, jalanan terlihat sangat sepi saat ini. Hanya ada beberapa kendaraan saja yang berlalu lalang.
Saat tengah mengendarai motornya Rain memicingkan matanya saat melihat segerombolan pemuda yang tampak tak asing oleh nya.
Ia mendekati segerombolan pemuda tersebut dan ia tersenyum saat mengetahui siapa yang ia temui.
Rain menyalakan Klakson nya membuat atensi mereka tertuju pada dirinya.
"Oy Rain! Woah... Kok lo bisa disini?." tanya keenan dengan raut wajah kaget.
Rain turun dari motornya, ia melangkahkan kakinya mendekati mereka.
"Tadi ada yang di beli, kalian ngapain ngumpul disini?" tanya Rain dengan sebelah alis terangkat.
"Gini, kami semua mau ikut balapan. Lo mau ikut?" tanya ravindra berhasil membuat Rain kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strong Man [End]
Teen Fiction[Part lengkap] "Aku mungkin memang kuat tapi kali ini aku lebih milih buat nyerah." -Rain Alaska ambrata-