Pagi ini matahari telah terbit dari arah timur. cahayanya menembus tirai putih yang sedikit transparan yang berada di kamar milik gadis cantik bernama Axel.
Cahaya itu menganggu tidur nyenyak sang gadis. bukan hanya cahayanya saja, bahkan suara alarm juga ikut menyertai.
Axel berdecak sebal lalu mematikan jam alarm miliknya, ia duduk dengan rambut yang menutupi wajahnya.
Ceklek
"ANJIR! KUNTILANAK!." teriak Bama saat membuka pintu dan mendapati seorang perempuan dengan rambut panjang yang menutupi wajah sedang duduk di atas kasur.Axel sedikit tersentak saat mendengar teriakan Bama. ia menguap lalu mulai menyingkirkan rambutnya yang menutupi wajah.
Matanya perlahan terbuka lalu dapat ia lihat Bama yang menatapnya dengan raut wajah kaget.
Ia berdecak kesal lalu melempar sang abang menggunakan boneka beruang kecil miliknya.
"Berisik lo!" sinis Axel.
"Lo nya ngangetin! Lagian ngapain tuh rambut nutupi wajah lo? Mau cosplay jadi setan lo? Tanpa lo cosplay juga lo udah mirip sama setan." kata Bama.
Tatapan penuh kesal axel berikan untuk bama. ia memasang wajah julid di wajah nya yang terlihat masih mengantuk.
"Mama suruh ke bawah! Cepat lo siap siap, dasar kebo!" ujar Bama lalu ia pergi meninggalkan Axel di kamarnya.
Axel memukul kasurnya kesal, namun ia tak urung untuk bangkit dari posisi duduknya dan berjalan menuju kamar mandi.
Di sisi lain
Byurr
"BANGUN ANAK SIALAN!" sentak Gissela.Ia menyiram Rain dengan air dingin tepat saat Rain tengah tertidur di kasurnya. Rain tersentak saat merasa ada air dingin yang menimpanya.
Ia mengusap wajahnya yang basah lalu menatap sang mama tiri dengan tatapan kaget dan tak percaya.
"Apa maksud anda!" tanya Rain dengan suara yang masih stabil.
"APA MAKSUD SAYA? APA KAU BUTA? LIHAT INI SUDAH JAM BERAPA! APA KAU TAK INGIN SEKOLAH HAH?!"
"Tapi tidak begini juga cara anda membangunkan saya." Rain bangkit dari tidurnya dan langsung berdiri.
Kasurnya jadi basah karena ulah Gissela.
"KAMU ITU TIDAK AKAN MAU MENDENGAR JIKA SAYA LEMBUTIN! KAMU ITU MEMANG PANTASNYA DI KASARIN!"
"Apa apaan ini, masih pagi saja anda sudah membuat keributan nyonya Gissela." ujar Varo yang baru saja masuk ke dalam kamar Rain dan mendapati adiknya mendapat perlakuan yang tak menggenakan.
"Kau lihat adik kau itu! Kenapa kalian sangat sangat menyusahkan? Henyalah kalian! Saya muak melihat wajah kalian!" kata Gissela. Membuat Reina memutar bola matanya jengah.
"Yaudah kalo kau tak mau melihat wajah kami butakan saja matamu itu. dengan itu kau tak akan bisa melihat wajah kami lagi." sahut Reina yang sudah berdiri di belakang Varo.
Gissela menjambak rambutnya layaknya orang frustasi."kalian benar benar! Akan saya buat kalian di usir oleh kakek kalian dari sini." ancam Gissela lalu ia pergi meninggalkan ketiga bersaudara itu.
"Sinting." guman Reina ia melipat kedua tanganya di depan dada.
Wajah julid serta tatapan sinis nya menatap kepergian Gissela.
"Rain, bersihkan tubuhmu. jangan dengar kan perkataan wanita itu." ucap Varo lembut dengan tatapan iba melihat sang adik yang sudah basah kuyup.
Rain melangkah menuju kamar mandi dan memasukinya.
Varo menghela nafas, tak ada selesai selesai nya masalah mereka.
"Reina masuk ke kamar mu dan bersiaplah kita akan berangkat sebentar lagi. kalian sarapan di sekolah saja, uang jajan kalian akan saya lebihkan... Jika sarapan disini yang ada akan menimbulkan keributan."
"Iya bang." Reina patuh dengan ucapan sang abang lalu ia pergi menuju kamarnya.
Kedua kaki Varo melangkah menuju lemari yang tak jauh dari kasur, ia membuka lemari itu dan mulai mengeluarkan beberapa baju mulai dari seragam milik Rain dan beberapa di antara lainya.
Ia menyusun baju baju itu di atas sebuah meja lalu ia pergi keluar dari kamar sang adik.
.......
"BANG BAMA! ITU AYAM NYA AXEL!" teriak Axel saat melihat sang abang mengambil jatah ayam miliknya dengan tampang tak berdosa.Bama sendiri menatap sang adik julid."kau itu sudah gendut jangan makan banyak banyak! Nanti kau tambah gendut!" sinis Bama.
Bola mata Axel membola dengan raut wajah tak terima."Apa kau bilang! AKU GAK GENDUT YA! KAU ITU YANG GENDUT! MAMAA BANG BAMA MAA!" Axel mengadu ke sang mama yang tampak tersenyum melihat pertengkaran kecil mereka karena sebuah ayam.
"Axel, Bama... Jangan begitu, ini axel makan ayam punya mama aja." ucap Liliana, ia meletakan jatah ayam nya di piring Axel.
"T-tapi itu kan jatah mama." nada suara Axel memelan.
Liliana tersenyum hangat." tidak sayang, makanlah... Mama tidak terlalu suka dengan ayam... Dan juga sekarang ini mama sedang diet jadi habiskan lah cepat sebelum di makan lagi oleh abangmu." ujar Liliana.
"Kamu gak mau xel? Kalo ga mau untuk papa aja ya?" tanya Damian. Ia memasang wajah full senyum.
Sontak saja Axel menggelengkan kepalanya, ia pun segera memakan ayam miliknya sehingga membuat damian, Liliana terkekeh sementara Bama berusaha untuk tidak memakan wajah adiknya yang ia rasa terlalu menggemaskan, namun tak urung ia tersenyum melihat sang adik.
"Axel, kamu mau perginya sama papa, mama atau abangmu?" tanya Damian
"Sama abang aja, sekalian... Kan satu tujuan, kalo sama papa sama mama kan beda arahnya."
Damian menganggukkan kepalanya, ia melanjutkan makanya.
Acara makan keluarga pradipta berlasung dengan lancar diiringi dengan candaan dari kedua putra putri mereka.
Walaupun Damian dan Liliana selalu di sibukkan oleh pekerjaan mereka. Mereka takkan pernah melewatkan moment kebersamaan keluarga kecil mereka.
Setiap pagi dan malam disaat mereka berada di rumah mereka akan berusaha untuk memberi waktu kebersamaan bersama keluarganya.
"Kita boleh di sibukkan oleh pekerjaan kita namun kita tidak boleh di pisahkan oleh pekerjaan, sesibuk apapun mama dan papa kami akan terus berusaha untuk memberi kan kalian sebuah senyuman bahagia." ujar Liliana dulu
......
"Semuanya sudah siap?" tanya Varo yang sudah siap dengan jas formal yang melekat di tubuhnya."Sudah bang." ujar Rain, ia mengeluarkan motornya dari garasi lalu memakirkan nya tak jauh dari posisi Varo dan Reina berdiri.
Reina dan Varo melangkah memasuki mobil mereka yang masih di garasi lalu mulai mengeluarkan mobil mereka dari dalam sana.
Setelah mereka mengambil kendaraan masing masing mereka mulai pergi menuju ke tempat tujuan mereka kali ini yaitu sekolah.
...
"Cepat dikit bang, lambat kali lah... Kek siput." Axel mulai mengomel saat melihat penggerakan lambat sang abang yang tengah mengeluarkan motor miliknya dari garasi rumah."Ck, sabarlah njir! Lo kira ni motor sepeda apa?! Berat nih! Lo mah enak bisanya naik doang!" sarkas Bama dengan raut wajah kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strong Man [End]
Teen Fiction[Part lengkap] "Aku mungkin memang kuat tapi kali ini aku lebih milih buat nyerah." -Rain Alaska ambrata-