part 27

34 37 4
                                    

"Seriusan aja, balapan? Emang udah izin sama bang Bama?" tanya Rain dengan wajah heran.

Keenan menyengir kuda." udah kok, cuman sempat gak di izinin tapi ujung nya di izinin juga. Lo mau ikut gak? Taruhan nya uang dua juta, itu untuk yang gak mau rugi banyak, tapi kalo lo nekat lo bisa jadikan motor lu sebagai taruhan nya. Kalo lo menang bakal dapat motor lawan lo." jelas Keenan membuat Rain berpikir.

Tak lama pemuda itu menggelengkan kepalanya."enggak deh, aku gak bisa. Aku harus pulang sekarang kalo enggak bakal di cariin, pulang duluan ya."

Rain pergi dengan motornya meninggalkan tiga anggota vegro.

Mereka melihat kepergian Rain dengan wajah cengo.

"Motornya keren banget anjay, tapi kok nada bicaranya kayak orang cupu?" heran Reygan.

Ravindra dan Keenan serentak Mengidikan bahu mereka

"Penampilan tak menentukan bagaimana sifat nya." ujar Keenan dan Ravindra mengangguk.

"Kira kira dia kecewa gak ya?" tanya Ravindra dengan wajah seakan akan tengah berpikir.

"Kecewa karena apa maksud lo?" Reygan bertanya ia menatap Ravindra dengan sebelah alis terangkat.

"Coba lo ingat ingat, Bama pernah bilang kalo dia bikin geng ini cuman buat seneng seneng aja dan cuman geng ala ala, tapi faktanya kita balapan? Gue mikirnya dia nyesel atau enggak gabung ke kita." jelas Ravindra.

Keenan dan Reygan mengangguk paham, mereka tak berpikir sampai ke sana.

"Harusnya lo Keenan. harusnya lo gak ngajak Rain. Lo tau kan Rain itu gimana? Dia anti sama yang namanya kejahatan dan perbuatan yang ilegal, kita balap liar juga perbuatan yang ilegal kan?" ujar Ravindra.

"gue gak tau kalo bakal gini, gue kira Rain sama kayak kita." kata Keenan, ia mendadak tidak enak dengan kedua teman nya.

"Goblok lo, tadi kita nahan dia pas di bujuk Bama lo harusnya paham kalo dia tipe cowok cupu yang tersembunyi di balik penampilan nya." kata Reygan.

"Maaf... Gue gak tau." cicit Keenan .

Reygan dan Ravindra sama sama memijit pangkal hidung mereka.

Ravindra melihat jam tangan yang berada di tangan nya."udah setengah satu, gas aja lah ke sana. Soal Rain besok aja pikirin nya, kalo dia cuek sama kita berarti dia nyesel tapi kalo dia biasa biasa aja berarti dia gak masalahin itu." kata Ravindra. pemuda berjaket kulit itu menaiki motor ninja nya dan menjalankan nya meninggalkan dua pemuda yang tampak diam saja.

Reygan yang tak mau berlama lama memikirkan Rain pun menaiki motornya dan mengendarainya menyusul Ravindra begitu pula Keenan.
.....
"Aku gak nyangka mereka bakal balapan, kalo cuman balapan.. Yaudahlah semoga aja mereka ga tawuran." gumam Rain seraya mengendarai motor nya.

Karena jalanan yang begitu sepi dan udara yang sejuk Rain menjadi penasaran bagaimana jika ia menjalankan motornya dengan kecepatan yang lumayan cepat.

"Coba aja kali?" gumam nya.

Ia perlahan lahan mulai menambah kecepatan motornya, rasanya berbeda saat ia mengendarai motornya dengan kecepatan sedang.

Lama lama ia merasa bahwa tidak ada salah nya mengendarai motor dengan kecepatan cepat selagi jalanan itu sepi.

Namun sebuah bayangan jika dirinya kecelakaan membuat dirinya sadar dan kembali menormalkan kecepatan motornya.

"Gak gak boleh, itu bahaya." lirih nya, ia ingin seperti teman teman nya yang lain yang tak takut dengan apapun namun sayang nya ia memiliki mental yang lemah membuatnya takut dan overthinking.

Sesampainya di rumah elite milik keluarga, Rain memakirkan motornya dan berjalan memasuki rumah.

Saat dia membuka pintu yang dia lihat adalah ruang tamu yang gelap.

Dengan perlahan lahan ia memasuki rumah dan berjalan menuju kamar nya.

Setiba nya ia di depan pintu kamar nya ia membuka pintu kamar.

"Kemana aja lo malem malem gini?." tanya Reina dengan wajah bantal dan segelas air minum di tangan nya.

Rain yang mendengar pertanyaan Reina langsung gelagapan."h-hah? Aku tadi ketemu temen kok kak..." Bohong Rain. memang dirinya bertemu teman tadi, yakan?

Melihat raut wajah gugup milik Rain membuat Reina curiga, ia menatap sang adik dengan tatapan mengintimidasi.

"Lo gak lagi bohong kan? Lo tau kan kalo gue gak mudah di bohongi."

"Iya kak maaf, tadi aku keluar buat beli sesuatu. Tadi udah izin sama kakek kok." ujar Rain yang sudah nyerah untuk membohongi sang kakak.

Reina mengangguk paham, ia melihat bibir Rain yang terlihat berbeda sebelum nya."bibir lo bagus banget, kayak di kasih liptint."

Saat Reina memajukan wajah nya untuk melihat bibir milik Rain, Rain sontak memundurkan kepalanya karena tindakan Reina yang membuatnya takut jika ketahuan.

"Masak sih kak... Kakak ngaco deh, udah kakak ke kamar sana aku mau tidur." kata Rain, ia memasuki kamar nya dan menutup nya bahkan sebelum Reina menjawab pertakataan nya.

Melihat tingkah laku Rain membuat Reina menatap pintu kamar adik nya dengan tatapan julid nya."aneh banget bocah itu, kayak kepergok nyolong duit aja." gumam Reina dan gadis itu pergi memasuki kamar nya.

Rain berjalan menuju kaca besar di dekat lemari baju nya.

Ia menatap pantulan dirinya terutama di bagian bibir, ia sedikit menghela nafas lega saat melihat bibirnya tidak terlihat pucat lagi.

Namun walaupun bibir pucat nya sudah berhasil ia sembunyikan itu tak mengurangi rasa sakit di sekujur tubuh nya.

Memang dia tak terlalu pusing namun tubuh nya terasa sangat lemas terutama rasa nyeri dibagian otot otot nya.

Saat fokus memperhatikan pantulan dirinya di cermin tiba tiba saja setetes darah keluar dari hidung nya.

Bukan hanya setetes saja yang keluar namun banyak. Rain langsung meraih tisu yang berada di atas meja nya dan langsung menutupi lubang hidung nya dengan gumpalan tisu.

Ia bergegas memasuki kamar mandi dan menundukan kepalanya di atas wastafel.

Tisu yang semula berwarna putih kini berubah menjadi merah.

Ia mengatur nafas nya dan memejamkan matanya untuk menelisir rasa pusing di kepalanya.

Tangan nya bergerak meraih sebuah obat yang berada di dalam kotak di dekat wastafel.

Ia mengambil beberapa pil dan meminum nya tanpa bantuan air.

Darah nya terus keluar tanpa menunjukkan tanda akan berhenti.

Beberapa menit kemudian darah yang keluar dari hidung Rain berhenti, ia menghela nafas nya panjang dan mengatur pernapasan nya.

Ia tersenyum miris menatap pantulan dirinya di depan cermin."kalo gini bagaimana aku bisa bahagiain orang orang di sekitar aku sementara kondisi aku kayak gini? Tapi kalo memang ada kesempatan aku bakal coba." gumam nya terdengar miris.

Strong Man [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang