part 25

36 35 2
                                    

"Kangker otak stadium tiga? K-kamu serius? Ini hasil test kesehatan kamu?" tanya pria tersebut menatap Rain dengan tatapan tak percaya, walaupun ia tak mengenali pemuda tersebut tapi ia tau bagaimana perasaan pemuda tersebut saat mengetahui bahwa dirinya mengidam penyakit mematikan.

"I-iya om..." kata Rain membuat pria tersebut menatap langit malam dengan tangan yang memijat pangkal hidung nya.

"Ya tuhan..." lirih pria tersebut."rumah kamu dimana nak? Mau om antar?" tanya nya dan Rain menggelengkan kepalanya.

"Tidak perlu om... Saya bawa motor. "ujar Rain.

Pria tersebut tampak bingung." mau om iringi saja? Biar kalo terjadi apa apa om bisa langsung bantu kamu."

Rain bangkit dari duduk nya, tubuh nya sedikit lemas namun tak selemas tadi."tidak usah om, saya tidak ingin merepotkan om... Lagi pula saya sudah meminum obat dan saya sudah mulai merasa membaik... Rumah saya juga dekat kok dari sini."kata Rain dengan senyuman hangat nya.

Pria tersebut menatap Rain dengan tatapan haru."kamu kuat sekali nak... Saya kagum dengan mu. Walau dirimu mengidam penyakit mematikan kamu masih bisa tersenyum... Kamu pemuda yang kuat, saya akan terus mendoakan agar dirimu segera pulih." ujar pria tersebut membuat hati Rain sedikit menghangat.

"Terimakasih om... Tapi saya tidak sekuat itu, om saya pulang sekarang ya... Saya takut jika orang tua dan keluarga saya menunggu saya." kata Rain dan pria tersebut menganggukan kepalanya.

"Hati hati nak..." kata pria tersebut dan Rain mengangguk.

Rain menaiki motornya. Kertas hasil kesehatan tadi ia masuki ke dalam tas nya dan ia mulai menjalan kan motornya, tak lupa ia menyalakan Klaksonya.

Pria tersebut menghela nafas panjang."saya tau. Kamu pemuda yang kuat."gumam nya dan ia pergi meninggalkan tempat ia berdiri tadi.

......
Sesampai nya di kediaman ambrata Rain memasuki rumah nya.

Baru saja memasuki kediaman nya tamparan keras lagi lagi Rain Terima dari Gissela.

"LAGI LAGI KAMU PULANG LARUT MALAM! KAMU KEMANA SAJA! KAMU TAU? KARENA KAMU PULANG LARUT MALAM SAYA KENAK MARAH OLEH KAKEK KAMU! DASAR ANAK SIALAN!" bentak Gisella tepat di wajah Rain, Rain memejamkan matanya menelisir rasa perih di pipi nya.

Varo yang mendengar bentakan Gissela pun langsung berlari menuju keduanya.

Raut wajah Varo terlihat marah, ia menatap Gissela dengan tatapan tajam."apa apaan anda, apa hak anda menampar adik saya?!" Varo berucap dengan nada yang tertahan.

"Saya punya hak karena saya orang tua nya!" ujar Gissela tak mau kalah.

"Anda bukan orang tuanya dan tak akan pernah menjadi orang tuanya! Saya tak sudi jika adik saya mempunyai orang tua seorang pembunuh seperti mu!" ujar Varo.

Rain yang sudah merasa lelah dengan pertengkaran ini melangkah pergi tampa mengucapkan sepatah kata pun membuat Varo menatap kepergian nya dengan raut wajah bingung.

Tak biasanya adik nya seperti itu.

"Dengar ya nyonya, jika sampai anda melewati batas anda saya tidak akan segan segan melaporkan anda ke polisi atas dasar kekerasan." ancam Varo, ia berjalan memasuki kamar nya.

Gissela sendiri menatap Varo tajam, tangan nya mengepal kuat. Dirinya geram dengan dua bersaudara itu, sangat ingin ia membunuh anak anak dari kakak tirinya itu.

Rain memasuki kamar nya dan tak lupa ia menutup pintu nya, ia membanting tas nya di atas sofa dan ia membaringkan tubuh nya di atas kasur dengan posisi telentang.

Sorot matanya mengisyaratkan bahwa dirinya benar benar lelah.

Ia memejamkan matanya sejenak menelisir rasa sesak di dadanya."sesingkat ini hidup aku? Apa mungkin aku bisa sembuh?" tanya Rain pelan, ia merasa ragu jika dirinya akan sembuh.

Suara dering dari handphone nya membuatnya menghela nafas panjang, ia meraih handphone nya yang berada di saku celana dan melihat layar handphone nya.

Terdapat nama Fernando di layar handphone. ia mengangkat panggilan dari teman barunya itu.

"RAIN! LO DIMANA? DI RUMAH ATAU MASIH DI LUAR?." suara Fernando yang berkesan nyaring membuat Rain sedikit menjauhkan handphone nya dari telinga nya.

"Aku di rumah... kenapa?" tanya Rain dengan suara yang serak.

"Suara lo kok serak? Lo habis nangis?" tanya Fernand.

Rain memejamkan matanya sejenak."enggak, aku baru bangun tidur." bohong Rain.

Hening sejenak, Fernando diam sejenak."Rain... Are you okay? Kalo lo punya masalah sini cerita sama gue..." kata Fernando membuat Rain menghela nafas pelan.

"Aku gak apa apa Fernando, kenapa nelpon malam malam?" tanya Rain

Fernando berdehem." gue mau nanya dong, kalo misalnya gue pergi lo sedih gak?" tanya Fernando membuat Rain memasang wajah bingung.

"Kamu ngomong apa sih? Jangan ngaco deh..." kata Rain dengan nada tak suka.

"Hehehe... Gue cuman bercanda, lo kok kek takut gitu gue pergi?" nada suara Fernando berubah jahil membuat Rain memutar bola matanya jengah.

"Kamu gak ngantuk emang?" tanya Rain

"Gak... Gue gak ngantuk, lo ngantuk banget ya? Yaudah lo tidur aja duluan. Maaf gue ganggu."

"Kamu gak ganggu kok, aku matiin ya." kata Rain dan tak ada jawaban dari sebrang sana.

Tak menunggu waktu lama lagi Rain mematikan sambungan telepon nya.

Rain membuka aplikasi khusus berkirim pesan nya dan melihat banyak pesan yang ia dapatkan.

Axel
:malam Rain, makasih ya untuk hari ini. Kue dari mama jangan lupa dimakan! Semoga mimpi indah.

Fernando
:malam me bestie... 🤭 maaf ya gue udah ganggu lo tadi, semangat terus ya💪 besok sepulang latihan kita mabar okey? Bye.

Bang bama
:dek, jaket lo udah siap. Besok gue kasih di sekolah, btw gue dengar dari Axel kalo lo kecapean. Jangan terlalu maksain diri, jaga kesehatan lo. Jangan sampai sakit, jangan gadang lo masih kecil gak baik.

Rain tersenyum tipis membaca chattan dari mereka, setelah di pikir pikir banyak orang yang menyayangi nya. Banyak yang harus ia lakukan serta banyak janji janji yang belum ia tepati seperti membahagiakan Axel dan mengajari Reina beladiri.

"Setidaknya sebelum aku benar benar pergi aku bisa membahagiakan mereka. Tuhan masih sayang sama aku... Contoh nya Tuhan beri aku orang orang yang peduli sama aku, aku gak boleh buat mereka kecewa. Setidaknya aku harus balas budi sebelum pergi." ujar Rain dengan senyuman tipis di bibirnya.

Ia mengubah posisi tidur nya menjadi duduk, ia bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati cermin.

"Gilak pucat banget wajah aku..." gumam Rain lirih saat melihat pantulan dirinya dari cermin

Rain mengambil handphone nya dan mengotak atik handphone nya tersebut.

Strong Man [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang