part 3

67 60 11
                                    

"rumah kamu di mana xel?" tanya Rain yang sudah berdiri di sebelah motornya.

"Gue gak tau nama jalan nya... Tapi gue tau nama perumahan nya... Nama perumahan nya, Perumahan citra indah lestari."

Rain menganggukan kepalanya."aku tau dimana perumahan itu. Ayo naik, nanti keburu malam." ujar Rain setelah naik ke atas motornya.

"Okey..." Axel pun naik ke atas motor milik Rain. Ia sedikit berpegangan pada pundak milik Rain berhati hati agar tidak jatuh. Motor Rain sangat besar menurutnya. Bahaya jika ia tak berpegangan bisa bisa ia jatuh nanti.

Kekehan kecil keluar dari mulut Rain." jangan pegang pundak, pegang aja pinggang atau perut aku ... Nanti kamu jatuh kalo pegangan sama pundak."

"Lo gila ya? Gue gak mau... Nanti di kira apa apa lagi." kata Axel dengan wajah sedikit memerah.

"Kamu yang gila... Nanti kamu jatuh aku yang di salahin. Tapi kalo kamu gak mau juga gak apa apa, paling nanti kamu jatuh." kata Rain, sontak saja Axel langsung memegang jaket rain di bagian pinggang.

Rain tersenyum saat Axel langsung memegang jaket nya.

"Udah? Bisa kita pergi sekarang?" tanya Rain. Axel mengangguk, walau begitu Rain tau jika Axel baru saja mengangguk terlihat dari kaca spion motornya.

Rain mulai menjalankan motornya dan membawanya membelah jalanan. Memang langit sudah menggelap namun jalanan masih ramai oleh kendaraan roda dua maupun roda empat.

Lampu lampu jalan menerangi jalanan sehingga membuat setiap pengendara merasa nyaman saat melihat berkendara.

Selama di perjalanan Rain dan Axel hanya diam. Percuma juga mereka berbicara yang ada juga suara mereka akan hilang di bawa angin.

Sesampainya di gerbang perumahan rumah yang Axel sebutkan tadi, Axel langsung menepuk pundak rain berniat menyuruh Rain untuk berhenti.

Rain yang peka pun langsung menghentikan laju motornya. Ia membuka kaca helm nya dan bertanya."kenapa?"

"Gue turun di sini aja, nanti kalo lo ikut masuk yang ada gue jadi bahan gosip tetangga."

"Lah kenapa? Aku gak setega itu biarin kamu jalan kaki. Apa lagi kamu baru sembuh." ujar Rain.

"Gak apa apa... Gue udah sembuh, gue turun di sini aja. Gue gak mau jadi bahan gosip." Axel mulai berancang ancang turun dari motor Rain.

"Aku masih punya hati xel. Aku gak setega itu... Kalo pun mereka minta di jelasin aku bakal jelasin. Kalo mereka gak percaya aku punya banyak saksi." kata Rain.

Axel menggulum bibir bawahnya. Sebenarnya ia mau aja menerima tawarin Rain namun ia takut jika mereka di tuduh tidak tidak oleh keluarganya.

"Udah... Percaya sama aku. Sebut nomor blok rumah kamu."

"Hm... Blok c no sembilan..." ujar Axel. Akhirnya ia menerima tawaran Rain.

Rain pun menganggukan kepalanya. Ia menjalankan motornya dengan pelan agar ia tak salah gang nantinya.

Setibanya di depan rumah Axel, Rain langsung menghentikan motornya dan turun di ikuti oleh Axel.

Rain membuka helm fullface nya dan menyugar rambutnya ke belakang. Hal itu membuat Axel sedikit tertegun dengan apa yang Rain lakukan. Menurut Axel, Rain cukup tampan.

"Hm Rain... Gue langsung masuk ya..." ujar Axel dengan sedikit canggung.

Rain tersenyum tipis lalu mengangguk."iya kamu langsung masuk aja sana. Nanti kamu masuk angin lagi kalo di luar terus." ujar Rain.

"AXEL!" teriak seorang pemuda dari dalam rumah.

Tampak nya ia sedang kesal, terlihat dari rahang nya yang mengeras.

Axel langsung membelalakan matanya saat melihat sang abang yang baru saja keluar dari rumah.

Abang nya axel langsung berjalan mendekati Axel dan Rain."LO DARI MANA AJA! SEMALAM GUE TELPON GA LO ANGKAT! LO TAU GAK? GUE CEMAS SAMA LO! GUE JUGA TAKUT KALO MAMA SAMA PAPA TAU, MEREKA BAKAL MARAH BESAR KE GUE." amarah abangnya Axel tak tertahan lagi ia langsung membentak sang adik di depan Rain.

Rain yang memang tak suka akan kekerasan terutama terhadap perempuan langsung berucap."maaf bang tapi aku yang bawak dia."

Abang nya Axel langsung menatap rain tajam."lo siapa? Kenapa adik gue bisa di lo?" tanya abang Axel.

"Santai bang. Jangan ngegas. Gini ya, Semalam aku ketemu sama adek kamu itu halte. Kami berdua sama sama kejebak hujan! Karena adek kamu demam jadinya dia pingsan, Untungnya ada abang aku yang datang dan bantu kami berdua jadinya adek kamu bisa di bawak ke rumah sakit! gak seharusnya kamu bentak bentak dia gitu aja."

"Apasih lo! Gosah sok kalem lo ngomong pake aku kamu. Jijik gue." kata abang nya Axel.

"Gini ya bang.. Aku itu udah kebiasa pakai kata aku dan kamu. Selagi itu gak ngerugiin kamu gak masalah kan?" kata Rain dengan sebelah alis terangkat.

"Bisa aja lo jawab nya. Udah berapa biaya pengobatan adek gue biar gue ganti." tanyanya.

"Gak perlu, aku ikhlas bantu adek kamu. Sana bawa adek kamu masuk. Dia belum sembuh total. Aku mau pulang dulu." kata Rain, ia kembali memasang helm fullface nya lalu Ia menaiki motor miliknya lalu melesat begitu saja.

Saat melihat kepergian Rain abang nya axel sedikit tertegun dengan motor Rain yang sangat sangat wah."apa bener yang dia bilang barusan?" tanya abang nya Axel kepada Axel.

Axel menganggukan kepalanya."iya bang, Dia udah bantuin gue semalam. Kalo gak ada dia mungkin gue mati malam itu."

Ctas
"Aw!!" Axel meringis saat mulutnya di jentik oleh abangnya.

"Gosah ngomong yang enggak enggak, ayo masuk. Untung mama sama papa belum pulang dari semalam. Kalo mama sama papa tau mungkin habis lo." ujar abangnya.

Axel mengerucutkan bibirnya lalu pergi memasuki rumah meninggalkan abangnya yang masih berdiri di tempat yang sama.

Merasa di acuhkan abangnya Axel menghela nafas kasar lalu menyusul sang adik kedalam rumah.
.....
"Abang nya galak banget gilak." gumam Rain seraya berkendara di atas jalanan yang lumayan sepi.

Ia melewati jalan yang berbeda saat mengantar Axel pulang tadi. Ia kini ingin pulang kerumah mama dan papanya.

Sesampainya di gerbang rumahnya Rain menghela nafas panjang. Ia berucap."gak apa apa." sebelum akhirnya ia menyalakan Klakson motornya.

Tak lama kemudian pintu gerbang terbuka lebar karena di buka oleh security yang bertugas menjaga keamanan rumahnya.

Rain kembali menjalankan motornya.  Saat melewati gerbang Rain sempat menekan klakson nya sebagai tanda terimakasih untuk pak security.

Ia memakirkan motornya tepat di sebelah mobil sang abang yang sudah terpakir rapi. Ia melangkah memasuki rumah milik orang tuanya yaitu kediaman keluarga ambrata.

Strong Man [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang