"Gue denger ya bangsat!."
"Gue kira lo gak denger soalnya lo kan pekak!." sarkas Bama, ia berjalan menuju salah satu bangku kosong di dekat meja Rain dan Axel.
Rain dan Axel duduk di bangku mereka dan kedua human yang bertengkar tadi juga duduk di bangku yang mereka pilih.
Pemilik bangku tersebut tengah berada di luar kelas dan tak tau kemana jadi mereka bisa duduk di sana, sebentar tapi.
"Rain, lo serius nih cewek kakak lo?." tanya Bama dengan suara pelan, ia duduk di dekat Rain jadi Rain dapat mendengar suaranya.
"Iya, dia kembaran aku." jawab Rain apa adanya.
Hal itu membuat Bama memasang expresi terkejut."what the... Lo serius? Dia kembaran lo? Anjir. Gak percaya gue."
"Lo gak percaya dia adek dan kembaran gue? Gue pijak lo ya! Mata lo buta apa? wajah gue sama Rain itu mirip ya, dan itu bukti kuat gue itu kembaran nya!." Reina menjawab perkataan Bama.
"Gak, sifat lo gak mirip sama Rain. Rain dia baik kek malaikat lo kek iblis."
"Bang Bama udah... Malu di lihatin orang." Axel berucap lirih, ia sudah dapat menebak hal ini. Hal seperti inilah yang akan terjadi jika abang dan kakak dari Rain di pertemukan.
"siapa yang lo bilang iblis hah! Lo mau gue perlihatkan siapa iblis sesungguhnya?."
"Udah kak... Jangan bikin ribut di kelas." ujar Rain, ia juga lelah seperti Axel.
"Ekhem, gue kesini mau nganterin makanan buat Axel dan Rain. Gue juga mo nanya nanya sama Rain." ujar Bama, ia mengalihkan topik nya dan meletakan beberapa makanan seperti kue dan bubur ayam di atas meja belajar milik Rain dan Axel.
"Lo gak ngasih racun ke dalam makanan nya kan?." Reina menatap Bama dengan tatapan intimidasi.
"Gak lah anjir, paling kalo ngasih makanan ke lo baru gue kasih racun."
Reina memutar bola matanya malas mendengar perkataan Bama barusan.
"Gausah mengada ngada bang. makasih makanan nya." ujar Axel, ia tersenyum manis.
"Lo pas ada orang aja manis ke gue, pas gak ada orang pahit lo." ujar bama, ia menyindir Axel.
Axel sendiri tersenyum julid menanggapi perkataan Bama.
"Rain, gue mau nanya kok bisa lo hampir mati di tembak orang? Lo punya musuh? Atau jangan jangan lo mapiah yang punya banyak musuh makanya lo hampir mati di bunuh." Bama membolakan matanya seakan akan dia kaget dan menutup mulutnya.
"Ngomong apa sih lo bang." Axel memasang wajah andalan nya yaitu wajah julid.
Sementara Reina tampak diam dengan mata yang memicing tajam menatap Bama.
"G-gak lah! Yakali aku mafia, kalo aku mafia mungkin kamu udah aku bunuh." cicit Rain.
"Lo mau bunuh gue? Gue salah apaan sama lo Rain, gue salah apa..." nada bicara Bama berubah, ia memasang nada sedih seakan akan ia adalah orang yang paling tersakiti disini.
"Karena kamu jahat mungkin?."
"Kali ini gue setuju sama Rain." ujar Axel, ia kembali menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.
"Kok lo gitu, lo harusnya bela gue. gue ini abang lo." ucap Bama, ia tak Terima jika adiknya membela orang lain.
"Ywa hwabisnya lwo jwahat." Axel berucap kurang jelas karena ia berbicara sembari mengunyah makanan nya.
"Habisin dulu, keselek nanti." ujar Rain pelan, ia juga mulai memakan makanan nya.
"Gitu lo ya, gue sumpahin lo keselek." Bama memasang wajah kesal Namun raut wajahnya tampak di buat buat.
Axel memutar bola matanya malas." ukhuk ukhuk! Minum woy!." benar saja perkataan Bama barusan setelah Bama berbicara Axel langsung tersedak oleh makanan yang ia makan tadi.
Rain langsung meraih botol minum milik Axel dan menyodorkan nya kepada Axel, tanpa aba aba Axel mengambil botol minum itu dan meminum air yang ada di dalamnya.
Wajahnya memerah karena malu dan juga kaget. sementara bama sendiri sudah tertawa terbahak bahak karena apa yang ia katakan beneran terjadi .
"Jahat lo, adek sendiri lo gituin." Reina berucap sinis, kedua tanganya menyilang di depan dada.
"Siapa suruh bilang gue jahat, jadi jahat beneran kan gue." kata Bama, ia berbicara dengan raut wajah yang tampak tak berdosa.
Reina lagi lagi memutar bola matanya, ia menatap Axel yang masih tampak mengatur nafas dan juga wajahnya yang terlihat memerah.
"Sampai ke hidung?." tanya Reina, Axel menggeleng.
"Gak, cuman keselek biasa. Gak sampai ke hidung makanan nya."
"Makanya kalo makan hati-hati." ujar Rain, ia memasang wajah seakan akan marah namun itu malah terlihat lucu di mata axel dan Reina, bama? Jangan tanya ia sudah memasang wajah julid sejak tadi.
"Peduli amat lo sama adek gue, demen lo sama adek gue?." Bama menaiki sebelah alisnya. Ia menatap Rain dengan tatapan intimidasi.
"a-apa sih, gak lah." wajah Rain memerah.
"yakin lo? Kok wajah lo merah?." lagi lagi Bama membuat Rain salah tingkah, lelaki itu coba untuk mengacuhkan Bama dan memilih untuk memakan makanan nya
"kok jam istirahat nya lama banget ya, dari tadi gak bunyi lonceng nya." Axel membuka suara, ia menoleh ke sana kemari dan tak melihat murid lain di kelas nya.
Hanya ada dia, Rain, Reina dan juga Bama di sana.
"Iya sih, bentar gue coba telpon abang gue." ujar Reina.
Ia mengeluarkan handphon dari saku rok nya dan mulai menelpon sang abang, Varo.
Setelah di angkat ia tak lupa menyalakan spiker handphone nya dan mulai berbicara.
"Bang, kok bell masuk belum bunyi juga?." tanya Reina.
"Karena kejadian tadi saya sudah mengumumkan di grup sekolah untuk segera memulangkan para siswa dan siswi, saya sengaja tidak memberi tahu kamu karena untuk saat ini kamu Rain dan juga gadis yang bernama Axel itu untuk tetap di kelas, jangan keluar dari kelas sampai saya mengizinkan."
"Kok?... Kenapa emang nya bang? Kan sama aja bahaya nya kalo kami masih di kelas, mana tau penembak tadi masih ada di sekitar sini dan mau coba untuk bunuh kami lagi."
"Kamu salah, jika kamu Rain dan Axel pergi dari kelas itu akan sangat berbahaya. Kalian menurut saja, tetap di kelas. jika ingin sesuatu hubungi saya. Masih ada tugas yang ingin saya kerjakan dulu."
Reina hanya mengangguk, walau ia tau bahwa varo tak dapat melihatnya mengangguk pasti varo paham akan keterdiaman Reina
Tutt
Pangilan mati dalam sepihak, Reina memejamkan matanya. Ia menghela nafasnya panjang."kayaknya gue tau siapa dalang pelaku penembakan itu. "gumam Reina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strong Man [End]
Teen Fiction[Part lengkap] "Aku mungkin memang kuat tapi kali ini aku lebih milih buat nyerah." -Rain Alaska ambrata-