"Mimisan lagi." lirih Rain saat melihat pantulan cermin dimana hidung nya terus mengeluarkan cairan merah.
Dia sudah meminum obat nya sejak tadi namun tiba tiba ia mimisan.
Tidak ada tisu di toilet rumah nya jadi dia hanya bisa memanfaatkan air dari keran wastafel saja.
Kepalanya terus tertunduk, beberapa menit ia menunggu, darah nya sudah berangsur berhenti.
Suara ketukan pintu memasuki indra pendengaran Rain.
"RAIN! LO DI DALAM?" teriak Keenan dari luar.
Rain mengatur pernapasan nya sejenak."iya! Gue di dalam. Tunggu sebentar lagi."ujar Rain dengan suara yang terdengar lemah.
Tak ada lagi sahutan dari luar.
Beberapa detik kemudian Rain merasa bahwa mimisan nya telah berhenti. ia membasuh wajah nya dengan air untuk menghilangkan bercak darah yang menempel di sekitar wajah nya.
Di rasa cukup ia berjalan menuju pintu kamar mandi dan membukanya. saat pintu kamar mandi terbuka Rain melihat teman teman nya sudah duduk melingkar di atas karpet berwarna abu abu di depan televisi.
Mangkuk berisi mie tertata rapi, masing masing orang mendapat satu mangkuk berisi mie.
Dengan tubuh yang lemas Rain berusaha menyeimbangkan tubuh nya. dia duduk di sebelah keenan dan zidan.
Dia mendapat satu mangkuk berisi mie dan satu gelas minuman berisi jus jeruk.
"Lo ngapain di kamar mandi? Lama banget." tanya Ravindra yang berada di samping Bama.
"Biasa... Panggilan alam, udah lah jangan ngomong yang aneh aneh nanti pada gak selera makan." ujar Rain, ia menyuap makanan nya. Sejujurnya ia tak bernafsu makan saat ini namun demi menghargai perasaan Axel dan Reina yang sudah masak ia harus memakan nya.
"Berhubung besok minggu kita jalan jalan gimana?" tawar Ravindra.
Yang lain mengangguk setuju.
"Kalo gue mah ayok aja! Masalah nya mau kemana dan pakai apa? Gak mungkin pakai motor?" tanya Keenan.
"Sebenar nya gak masalah pakai motor selagi perjalanan nya gak terlalu jauh, kalo jauh mah enak nya pakai mobil." ujar Reygan.
"Pakai mobil gue aja." ucap Zidan membuat seluruh pasang mata tertuju padanya.
"Akhirnya lo ngomong juga..." Keenan bernafas lega namun perkataan nya berhasil membuat Zidan menatap nya dengan tatapan sinis.
Keenan langsung gelagapan melihat tatapan Zidan. dari pada berlama lama ia melihat sorot mata tajam Zidan bagus dirinya menghabiskan jatah mie nya.
"Jadi kita pakai mobil Zidan... Emang Muat untuk delapan orang?" tanya Bama dengan kening yang berkerut.
"Eh iya juga, gak mungkin muat lah... Atau gak pakai mobil bang Varo aja! Pasti di izinin, soalnya kan besok libur jadi bang Varo libur juga." kata Reina
Mendengar perkataan Reina Axel sedikit terkejut."hah? Jadi kalo hari libur kepala sekolah juga libur gitu?" tanya Axel.
Reina menyengir."enggak juga sih. tapi setau gue besok bang Varo gak ada jadwal dia free. Sekalian istirahat juga, gak apa apa lah kita pakai. Nanti coba gue bujuk." ujar Reina.
Yang lain mengangguk saja.
"Disini ada yang bisa nyetir?" tanya Bama dan membuat mereka menatap satu sama lain.
"Zidan dia bisa." ujar Keenan
"Si Reygan kayak nya bisa deh." ujar Ravindra.
Bama menatap Reygan dan Zidan, dan kedua pemuda tersebut menganggukan kepalanya.
"Okay! Kalo misalnya jadi jam enam pagi kita udah ngumpul disini, besok kalo misalnya memang pakai mobil nya pak Varo, rain lo telpon aja Reygan suruh kerumah lo. Nanti biar dia yang nyetir." ujar Bama.
Reina dan Rain kompak menganggukkan kepalanya.
"By the way ada yang perlu gue kasih tau ke kalian." kata Reina membuat seluruh atensi tertuju padanya.
"Kalo misalnya kita pakai mobil bang Varo tolong jangan ada yang muntah ya, gue takut kenak omel." kata Reina, gadis itu menyengir.
"Gilak lo?! Disini mana ada yang mabuk darat." kata Keenan dan yang lainya mengangguk setuju.
Reina menggaruk tengkuknya yang tak gatal dan sedikit tertawa hambar.
"Ayo di habisin nanti kalo udah dingin gak enak." ujar Axel saat menyadari beberapa temennya belum ada yang memakan mie nya.
Semuanya kompak memakan mie mereka bersama sama, di saat makan semuanya selalu tersenyum dan tertawa kecil saat ada yang melakukan hal lucu
"Rain! Wajah lo pucat anjir, lo sakit?" tanya Keenan saat menyadari wajah Rain yang berubah pucat.
Bukan wajah nya yang pucat namun bibirnya, liptint yang ia gunakan tadi mungkin sudah pudar karena dia memakan mie sehingga kuah mie melunturkan warna liptint nya.
Rain yang menyadari hal itu langsung berpamitan untuk ke kamar mandi.
Melihat glagat aneh Rain semuanya langsung menatap satu sama lain.
"Lo nyadar gak sih Rain aneh banget?" tanya Axel dengan suara yang sedikit pelan.
Reina mengangguk setuju."iya, dia aneh banget... Tadi juga pas sarapan dia kayak gak bernafsu gitu."
"Wajah nya juga pucat banget, ini gak beres. Nanti lo perhatiin si Rain di rumah ya Reina, gue takut kalo tuu bocah sakit tapi dia gak mau kasih tau kita." kata Bama, dan Reina mengangguk.
Beberapa menit kemudian Rain keluar dari kamar mandi wajah nya tampak lebih fresh kali ini dan hal itu berhasil membuat semua yang ada di sana merasa bingung.
"Lo... lo ngapain di kamar mandi?" tanya Reygan dengan kening berkerut.
Rain kembali duduk dimana tempat ia duduk tadi."gue tadi cuci muka doang."alasan nya.
Sebelah alis Keenan terangkat."yakin lo cuman cuci muka doang? Perasaan tadi wajah lo pucat banget, kok sekarang bisa secerah ini?" tanya nya.
"Gak tau gue, tadi gue ngerasa gak enak badan doang tapi setelah gue minum obat dah mendingan lah. Eh iya gue ada latihan bela diri." ujar Rain membuat seluruh atensi tertuju pada nya.
"Anjir... Lo serius ikut Beladiri? Keren banget lo bro, nanti gue juga mau daftarkan diri lah." kata Ravindra.
Reina menatap nya bingung, ia melihat jam tangan nya."loh dek, ini kan sabtu. Hari sabtu lo latihan juga?" tanya Reina dan Rain menganggukkan kepalanya.
"Iya, senin sampai sabtu gue latihan liburnya cuman hari minggu doang. Hari ni bebas kok jam masuk nya cuman gak di bolehkan masuk malam." ujar Rain membuat Keenan memikirkan sesuatu lalu tak lama pemuda itu bergidik ngerih.
"Yakali lo mau masuk malam, coba bayangin kalo lo masuk nya malam terus yang melatih lo bukan manusia? ih ngeri banget." kata Keenan dengan wajah sok takut.
"Mending gausah di bayangin." kata Ravindra membuat Keenan menatap nya tak suka
Rain tersenyum hangat.
Rain bangkit dari duduk nya."kalian mau disini aja atau pulang? Kalo kalian mau disini gak apa apa tapi kalo kalian pulang kunci rumah letak di pot bunga aja." ujar Rain, dia meraih tas serta kunci motornya.
"Gue disini aja. Nanti gue pulang pake taksi." kata Reina.
Rain menganggukan kepalanya."gue pamit dulu ya." pamit Rain lalu pemuda itu pergi meninggalkan teman teman nya yang lain.
"Aneh banget. Masa iya dia masuk ke kamar mandi dengan keadaan pucat pas keluar udah cerah aja." kata Keenan membuat yang lain menyetujui perkataan Keenan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strong Man [End]
Novela Juvenil[Part lengkap] "Aku mungkin memang kuat tapi kali ini aku lebih milih buat nyerah." -Rain Alaska ambrata-