part 32

29 33 0
                                    

"Kerja bagus Rain! Kamu sudah bisa menguasai teknik lain dari beladiri. Latih terus kemampuan kamu. untuk hari ini cukup sampai disini dulu. Kamu boleh pulang, kita akan bertemu lagi senin depan." kata pak pelatih.

Rain tersenyum hangat menanggapi perkataan pak pelatih. ia mengangguk."baik Pak, saya akan melatih terus kemampuan saya... Terimakasih untuk hari ini."ucap Rain, pelatih tersebut menganggukkan kepalanya lalu pergi.

Helaan nafas lelah keluar dari mulut Rain, dengan langkah kecil dan tubuh yang lemas Rain berjalan menuju kursi panjang yang tersedia dan duduk di sana.

"Keren lo, gue iri banget sama lo. Cepat banget lo hapalin nya, gue yang berbulan bulan belajar disini baru hafal beberapa teknik doang. By the way jadi mabar nya?" tanya Fernando yang baru saja datang, pemuda itu menyodorkan minuman ke Rain.

Dengan senang hati Rain menerima sodoran minuman dari Fernando. ia membuka tutup minuman tersebut, ia langsung meminum nya hingga minuman yang tadinya berisi penuh kini tinggal setengah saja.

"Mau mabar game apa?" tanya Rain membuat Fernando melongo.

"Bukan mabar game maksud gue, maksudnya makan bareng. Lo mau gak? Gue yang traktir kok." tawar Fernando.

Rain tanpak berpikir lalu tak lama pemuda itu menganggukkan kepalanya seraya tersenyum. akhir akhir ini ia sering sekali tersenyum.

"Gue mau lah kalo di traktir." ujar Rain, Fernando sedikit kaget dengan logat bicara Rain yang berbeda.

"Anjing, lo serius ngomong gue lo? Kesambet apa lo?" reaksi Fernando membuat Rain jengah. sejak tadi pagi sampai sekarang reaksi orang orang saat mendengar nya berbicara berbeda sedikit berlebihan menurutnya.

"Gue gak kesambet, reaksi lo gitu amat. Jadi gak nih? Kalo gak jadi mending gue pulang." kata Rain, dia bangkit dari duduknya.

Melihat Rain yang akan pergi membuat Fernando langsung menahan pemuda itu.

"Jadi lah! Lo bilang tadi mau di traktir, masa langsung pergi gitu aja." kesal Fernando, pemuda itu bangkit dari duduknya dan berdiri di sebelah Rain.

"Habis nya lo lama!"

Fernando menyengir kuda, pemuda itu langsung saja berjalan di ikuti Rain dari belakang.

Keduanya berjalan menuju parkiran motor, sampai disana Fernando sedikit kaget saat melihat sosok pemuda yang sangat ia tak sukai.

"Ngapain lo disini bangsat..." sarkas Fernando.

Pemuda itu tersenyum miring, dengan gaya angkuh nya ia berjalan mendekati Fernando dan Rain.

Rain sedikit tak percaya dengan apa yang dia lihat, bagaimana pemuda itu bisa ada disini?

"Udah pulang adik? Gimana latihan nya? Lancar hm?" tanya pemuda tersebut membuat Fernando geram, tangan nya terkepal kuat di sisi tubuh nya.

"Jangan pangil gue sebagai adik lo kenzo bangsat! Gue gak sudi punya abang brengsek kayak lo." sarkas Fernando.

Kenzo tertawa remeh."sudi gak sudi lo harus Terima, sekarang gue ini abang lo! Lo harus sopan sama gue."

"Cih! Sopan sama lo? Lo siapa sampai gue harus sopan sama lo! Ingat ya, lo itu bukan siapa siapa gue. Sampai suatu saat pun lo gak bakal bisa jadi abang gue."

Atensi Kenzo tertuju pada Rain yang menatap nya dengan tatapan heran namun juga kesal."lo pacaran sama banci ni?" tanya Kenzo pada Fernando.

Tatapannya seakan merendahkan Fernando dan Rain.

Rain yang tak Terima dirinya di sebut banci dan di tuduh pacaran dengan Fernando langsung maju beberapa langkah, sorot mata nya memperlihatkan dendam yang amat dalam.

"Lo gak dengar apa yang gue bilang tadi pagi? Apa lo pikun? Gue bilang jangan ganggu ketenangan gue, tapi kayak nya peringatan doang gak akan bisa buat menyadarkan lo. Harus kah gue pakai kekerasan supaya lo sadar?" tanya Rain dengan wajah datar namun tatapan nya tajam.

Kenzo tersenyum remeh, ia menatap Rain dari atas sampai bawah dengan tatapan remeh."modelan lo? Mau lakuin kekerasan ke gue? Cih, makan apa lo sampai berubah kayak gini?"

"Lo gausah banyak bacot! Gue mau pergi. Kalo lo masih juga ngalangi gue buat pergi gue bakal cap lo sebagai penganggu!" ancam Rain, namun bagi Kenzo ancaman itu bukan lah apa apa. Dirinya malah tertawa remeh.

Bugh
Bugh
Dua pukulan berhasil di layangkan  Fernando untuk Kenzo, Kenzo yang tak menyadari pergerakan dari Fernando langsung oleng dan jatuh karena pukulan nya yang lumayan kuat.

"Bangsat lo anjing! Gausah jadi benalu di hidup gue!" gertak Fernando, dia menginjak telapak tangan Kenzo dan berjalan menaiki motornya.

Rain juga sama, ia berjalan menuju motornya dan menaikinya. dia tak terkejut dengan apa yang Fernando lakukan barusan karena dia sudah menyadari apa yang akan Fernando lakukan.

"Ikuti gue." pinta Fernando dan Rain mengangguk.

Kedua pemuda itu menjalankan motornya beriringan membelah jalanan sore yang sudah mulai rame

Rain mengikuti Fernando dari belakang karena dia tak tau kemana mereka akan pergi.

Saat membawa motornya Rain sempat berpikir apa yang terjadi barusan, sebuah fakta mengejutkan. Teman barunya ternyata adek dari musuhnya.

Rain berpikir, apakah sifat Fernando akan sama dengan Kenzo? Namun saat di pikir pikir tidak akan mungkin seperti itu.

Sesampainya di sebuah restoran Fernando dan Rain memarkirkan motor mereka di tempat parkiran.

Keduanya turun dari motor masing masing."lo mau makan disini?."tanya Rain.

Fernando menggelengkan kapalnya."ayo ikut gue sebentar." ujar Fernando.

Kening Rain sedikit berkerut mendengar nya, ia tak mengerti dengan Fernando. Jika mereka tidak akan makan disini lantas untuk apa mereka kemari?

Karena kepo dengan apa yang Fernando lakukan Tain mengikuti kemana Fernando pergi.

Saat memasuki restoran tersebut Rain sedikit familiar dengan isi restoran tersebut.

Saat keduanya memasuki restoran. keduanya langsung di datangi oleh seorang wanita berusia setengah baya dengan penampilan glamor.

"FERNAN! Kamu kemana saja nak? Bunda sudah mencari mu tapi kemana saja kamu? Bahkan bunda menyuruh abang mu Kenzo untuk mencari mu." ucap wanita tersebut.

Rain tertegun melihat nya, kilatan ingatan masa lalu terlintas di benak nya.

"T-tante zora?." lirih Rain.

Mendengar namanya di pangil wanita bernama Zora itu memindahkan atensi nya kepada Rain, seketika ia terkejut saat melihat sosok pemuda yang pernah ia anggap sebagai anak nya sendiri.

"Rain... Ini Rain? Rain Alaska ambrata?" tanya wanita tersebut dengan mata yang berkaca kaca, dia berjalan mendekati Rain. Di tatap nya Rain dengan sorot mata penuh kerinduan.

"Iya tante... Ini Rain... Tante kemana aja? Rain, kak Reina sama bang Varo nyariin tante..." lirih Rain, dengan mata yang memerah.

"Rain... Ada satu hal yang ingin tante sampai kan kepadamu."

Strong Man [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang