part 29

36 36 5
                                    

Rain tersenyum hangat, dia mengusap rambut Axel."tenang, gue gak bakal sarkas ke lo kok,"katanya, Axel tersenyum tipis ia takut jika Rain berubah.

"Gue berubah juga demi sebuah kepentingan kok. Kan lo sendiri yang bilang kalo dia hina gue harus gue balas." ujar Rain dan Axel hanya mengangguk pelan.

"Lo gak usah takut gitu... Gue masih Rain yang sama kok. cuman kata kata dan kalimat yang gue lontarkan bakal berubah, lo harus terbiasa dengan perubahan gue." kata Rain lagi.

"Gue takut kalo lo berubah lo bakal jahat ke gue." gumam Axel dengan kepala yang tertunduk.

Jari telunjuk Rain bergerak mengangkat dagu Axel."jangan tundukan kepalamu noona.. Aku bukan seorang petinggi yang harus kau hormati."nada bicara Rain berubah formal membuat pipi Axel memerah.

"Jangan bicara formal, gue gak nyaman." kata Axel dan ia membuang wajah nya kesamping menyembunyikan pipi merah nya.

Rain tertawa kecil mendengar nya."aneh gak sih kalo gue ngomong nya gue lo?" tanya Rain dengan wajah seakan berpikir.

Sontak Axel menggelengkan kepalanya."ngak aneh kok. malahan menurut gue ya, lo jadi kayak keren aja terus vibes lo kayak anak geng motor." kata Axel.

"Eh iya, abang lo kemana ya?" tanya Rain dan Axel Mengidikan bahunya.

Tak lama kemudian terdengar suara lonceng pertanda masuk berbunyi membuat keduanya langsung bergegas ke kelas.

.......
Setelah melewati jam jam yang membosankan dan menyusahkan akhirnya Axel bisa bernafas lega karena bel jam istirahat telah berbunyi.

"RAIN! RAIN!! LO SERIUS NGOMONG NYA GUE LO?" tanya Bama dengan suara cempreng nya.

Ia berlari ke kelas Axel dan Rain di susul oleh teman teman geng nya.

"OMG! LO SERIUS RAIN?" pekik Keenan dengan wajah tak percaya.

"jangan jangan yang semalam kita temui itu bukan lo! Soalnya beda banget anjir!" kata Ravindra.

"Kalian kenapa sih? Gue cuman ngubah cara bicara gue doang." kata Rain membuat Bama sedikit terkejut.

"Gilak! Gue kira lo itu cupu ternyata lo bisa juga jadi suhu." kata Bama.

Axel sendiri memutar bola matanya jengah mendengar perkataan dari abang dan teman teman abang nya itu.

"Gausah alay deh, kek bocil aja." sinis Axel.

Bama menjentik kening Axel membuat gadis itu meringis dan langsung mengusap kening nya.

"Jangan di jentik bang, kasihan." kata Rain, ia mengelus kening Axel sekilas.

Keenan, Ravindra serta Reygan berdehem pelan sementara Zidan hanya diam seraya memperhatikan.

"Goblok! Main nyentuh adek gue aja." sinis Bama, ia menatap Rain dengan mata yang memicing tajam.

"Kenapa? Sebentar lagi juga adek lo bakal jadi ayang gue..." kata Rain membuat teman teman nya sontak bersorak heboh.

Sementara Axel yang mendengar itu langsung merasa malu dan salah tingkah, ia menyembunyikan wajah nya di lipatan tangan nya.

"Kayaknya lo bukan Rain deh! Soalnya Rain yang gue kenal beda. Fix sih lo bukan Rain, lo siapa? Lo setan yang merasuki tubuh Rain ya?" Bama mulai bersikap berlebihan, dia menunjuk Rain dengan jari telunjuk nya.

Rain mendorong jari telunjuk Bama agar tidak berada tepat di depan wajah nya."gila kali... Jangan bertingkah aneh deh bang, kalo gini lo yang di rasuki bukan gue." kata Rain membuat Bama mendengus kesal.

"RAIN!! LO SERIUS NGOMONG NYA GUE LO?" pekik Reina yang berdiri di ambang pintu kelas.

Ia berlari mendekat ke tempat Rain dan yang lain berada. dia mendorong Bama yang berada di hadapan Rain sehingga membuat pemuda itu oleng dan berakhir jatuh.

"Kak Reina gitu banget reaksinya.. Emang salah kalo gue ngomong nya gue lo?" tanya Rain dengan sebelah alis terangkat.

Reina menatap Rain cengo."dek... Lo gak lagi bercanda kan? Belasan tahun gue tinggal sama lo akhirnya gue bisa dengar lo ngomong gue lo." ujar Reina dengan raut wajah terharu.

Keenan yang melihat raut wajah Reina yang menurutnya sedikit berlebihan langsung menatapnya dengan wajah julid."dih... Kayak lihat adeknya lagi wisuda aja." cibir Keenan.

Zidan yang mendengar perkataan Keenan barusan langsung menyengol siku pemuda tersebut dan memberi kode untuk tidak julid pada Reina.

"Lo yang sopan dong! Gara gara lo gue nyungsep!" Bama yang baru bangun dari jatuh nya langsung berucap pada Reina dengan nada kesal.

Reina sendiri menatap Rain dengan wajah kaget."eh! Ada lo ternyata, gue kira yang gue dorong tadi cuman patung." ejek Reina.

Mengetahui bahwa Reina dan Bama akan berdebat cepat cepat Rain memangil nama keduanya.

"Kak reina! Bang bama!" pangil nya seakan ingin memberi kabar bahagia.

Sontak kedua human itu memberi atensi mereka kepada Rain.

"Gue punya ide! Gimana kalo pulang sekolah kita ngumpul!" tanya Rain dengan wajah semangat.

"Ngumpul dimana?" tanya Axel.

Rain tersenyum miring.
.........
"Rain sesat! Kok kerumah ini! Mana seram lagi."

"Gak apa apa Xel, ini cuman rumah bukan rumah hantu." kata Rain.

"Fix sih... Adek lo gila, masak di bawa nya kita semua kerumah gelap kayak gini." gumam Bama dan dapat di dengar oleh Reina.

Reina sendiri menganggukkan kepalanya menyetujui perkataan Bama.

"Kalian ini kenapa sih? Ini lampunya mati! Lampu mati bukan berarti seram." kata Rain, ia berjalan mendekati saklar dan menekan nya.

Seketika mereka dapat melihat dengan jelas rumah bernuansa ilegan yang di dominasi kan dengan warna putih di depan mata mereka.

"Anjir, ini rumah siapa?" tanya Reygan yang takjub melihat nya, bagaimana tidak? Ruangan nya sangat rapi dengan sofa serta lukisan di dinding nya.

"Rumah gue lah... Rumah siapa lagi emang nya?" tanya Rain dengan sebelah alis yang ia naik turunkan dengan cepat.

"Lah buset, kapan lo beli nya? Selama ini kan kita tinggal nya sama sama di rumah warisan ibu." heran Reina.

Rain tertawa hambar, ia mengajak yang lain untuk duduk di atas sofa.

"Jadi gini... Selama ini uang jajan pemberian kakek gak pernah gue habisin, setiap ada sisa gue tabung sampai uang nya cukup buat beli rumah ini... Rencananya rumah ini gue gunakan jika suatu hari gue di usir dari rumah..." jelas Rain dan Reina mengangguk paham

"Lo nabung berapa kali sehari buset... Sampai bisa beli rumah kayak gini." tanya Keenan dengan wajah kagum.

"Gue gak tau, tabungan gue setiap hari beda beda jumlah nya. Gue nabung selama tujuh tahun makanya bisa kebeli ni rumah." jawab Rain.

Axel menatap Rain dengan raut wajah tak habis pikir."gila... Lo serius? Tujuh tahun itu waktu yang lama."

Strong Man [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang