"Rumah kalian bagus ya, elegan dan nyaman." puji Rain saat menginjakkan kakinya di kediaman keluarga pradipta.
"Hehe iya... Nyaman tapi sayang nya selalu sepi." nada bicara Axel merendah. terkadang ia merasa kesepian karena kedua orang tuanya selalu sibuk dan abang nya yang terkadang mengacuhkanya.
"Tapi hari ini gak bakalan sepi kok... Ada kami buat ramein nya." ujar Reina. ia menghibur Axel karena mendadak wajah gadis itu berubah murung.
Rain mengangguk setuju. ia mengusap kepala Axel sejenak lalu tersenyum hangat."ya, ada kami kok." kata Rain. Perkataan dari Rain dan Reina berhasil menghangatkan hati Axel sehingga membuat kedua sudut bibir Axel terangkat membentuk senyuman.
"Makasih semuanya." gumam Axel yang masih dapat di dengar oleh Rain dan Reina, keduanya tersenyum tipis.
Bama datang dengan beberapa kantong kresek di tangan nya.
"Ayo mukbang guys..." ujarnya dengan wajah semangat. sepertinya ia baru saja memborong minimarket hari ini.
"Ayok! Kita makan sambil nobar lagi." ujar Axel dengan binar di wajah nya.
Reina bergidik ngerih."lo gak bakal nayangin film setan lagi kan?" tanya Reina dengan sebelah alisnya terangkat.
Axel tertawa kecil. ia menatap ketiga human itu dengan tatapan yang sulit di artikan."kali ini gak ada setan nya kok."ujar nya terdengar meyakinkan.
.....
"anjir kok cowok nya mati.." Reina berucap seraya menangis tersenduh senduh.Bayak tisu berserakan di lantai. Reina terus menangis begitu pula Axel, Rain dan Bama.
Mereka tak ada yang tak menangis.
"Gilak! Kenapa harus cowo sebaik dia..." Axel menangis tersenduh senduh. Tanpa ia sadari ia menyenderkan kepalanya di dada bidang milik Rain.
"Gak adil banget, kenapa pas impian nya terwujud dianya malah mokad?." tak peduli lagi ingin di bilang alay atau semacam nya yang kini Bama lakukan adalah menangis.
"Sakit banget denger pas tau dia meninggal. pasti ceweknya shok banget." ujar Rain. tangisan nya masih bisa di netral kan, namun tak urung dia mengambil tisu dan mengelap air matanya.
"Gila nyesek banget nonton nya, cowok kayak dia terlalu sempurna dan tak seharusnya menderita." gumam Reina di iringi dengan tangisan nya.
"Kalo gue jadi dia gue bakal bunuh diri mungkin, sekarang gue ngerti kenapa gue harus bersyukur..." Bama bergumam, ia menyembunyikan kepalanya di bahu milik Reina yang tampak masih sesegukan.
"Gue kira ini comedy ternyata bukan. Lo jahat Xel jahat banget lo ngasih film kek ginian ke gue, gue sekarang ini udah kayak sad boy aja." Bama berucap dengan kesal, ia tak menyangka cowo seperti dia akan menangis seperti ini hanya karena sebuah film .
"Ini kisah nyata atau bukan?" tanya Rain tiba tiba, Axel menggeleng tak tau. Dia hanya menonton nya tampa mencari latar belakang film itu.
"Film nya udah tamat kamu jangan nangis lagi... Nanti kamunya jadi jelek." ujar Rain, ia mengelap air mata Axel dengan tisu.
Axel menggelengkan kepalanya lagi."gak bisa... Kata kata cowo tadi masih tergiang giang di kepala." Axel berucap lirih.
Tangan Rain bergerak mengusap pucuk kepala Axel."gak apa apa. cuman film jangan nangis."
"Udah lah nangis nya, nanti ilang wajah ganteng gue." Bama mengelap seluruh wajah nya yang terkena air mata.
Kepala Bama sontak di pukul oleh Reina, ia menatap Bama dengan tatapan sinis namun matanya masih terlihat merah dan berair."tampa lo nangis juga wajah ganteng lo udah gak ada sebelum lo lahir."
"Jahat lo." ketus Bama.
Reina memutar bola matanya jengah, ia mengelap sisa sisa air matanya dengan tisu." film yang lo rekomendasi kan emang bagus tapi ga ada yang betul xel." kata Reina. Axel hanya diam. sesekali ia sesegukan, emang pada dasarnya gadis itu cengeng.
Tinn
Suara klakson mobil mengalihkan perhatian mereka, Axel dan Bama sontak saling tatap menatap."Mama!" sentak Axel. ia langsung berdiri dan membereskan seluruh kekacuan yang mereka buat.
Reina dan Rain masih diam di posisi dengan wajah bingung sementara Bama dan Axel sudah heboh sendiri .
"h-hah?." bingung Rain, ia memperhatikan Axel dan Bama. beberapa detik terdiam Rain pun baru mengerti, ia bangkit dari duduknya lalu membantu Axel dan Bama membereskan kekacuan tadi.
Reina masih diam di tempat, kening nya berkerut ia tak mengerti dengan apa yang terjadi."kalian kenapa woy?." tanya nya namun di kacangin oleh mereka.
Setelah beberapa menit membereskan kekacuan pintu kamar Bama terbuka dan memperlihatkan sesosok wanita bergaya elegan menatap mereka dengan wajah bingung.
"Axel Bama... Ada apa ini?." tanya Liliana, ia masih berdiri di ambang pintu.
"O-oh gini ma... Ini Rain dan Reina... Mereka teman teman aku, karena aku sama abang Bama bosan di rumah jadi aku ajak aja mereka main kerumah... Gak apa apa kan?" tanya Axel, ia menatap Liliana dengan sorot mata penuh harapan, ia berharap agar wanita itu tak marah.
Liliana tersenyum hangat, ia menatap Rain dan Reina secara bergantian lalu berjalan mendekati Rain.
seketika jantung Rain berdegup kencang, ia takut jika mama Axel akan marah padanya.
Namun perkiraan nya salah, Liliana malah tersenyum ramah kepadanya. tangan lentik wanita itu mengelus surai hitam nya.
"Jadi ini pemuda yang sudah menolong anak saya? Kamu sangat tampan nak, sama seperti hatimu." ujar Liliana dan berhasil membuat perasaan Rain menghangat.
"I-iya tante..." Rain berucap dengan suara kecil
"Kalian tadi lagi main ya? Maaf ya kalo tante ganggu. kalo kalian mau makan ayo ke bawah kita makan sama sama. Biar tante pesanin makanan." ujar Liliana dengan penuh kelembutan di setiap kalimatnya.
Rain menggelengkan kepalanya."tidak perlu tante, saya dan kakak saya akan pulang sebentar lagi. Kami makan di rumah saja." Rain menolak tawaran liliana sehalus mungkin.
Liliana menatap Rain kecewa, ia berdiri di hadapan Reina dan Rain."kenapa cepat sekali pulang nya? Ayo kita makan sama sama. Tante juga mau ngobrol ngobrol sama kalian."
Axel dan Bama saling menatap satu sama lain."Bang, Mama keknya gak nyadar deh kalo kamar abang berantakan." bisik Axel.
Siku Bama dengan sengaja menyengol tangan Axel."jangan keras keras. Nanti mama nyadar habis gue."
Mendengar itu Axel menyengir kuda.
"G-gimana ya tante... Aku gak mau merepotkan tante, lagi pula aku sama kakak aku akan pulang, iya kan kak?" kata Rain dan pemuda itu menatap Reina, Reina pun mengangguk kan kepalanya setuju dengan perkataan Rain.
"Makan dulu sebelum pulang biar gak masuk angin nanti di jalan. " ujar Liliana
KAMU SEDANG MEMBACA
Strong Man [End]
Novela Juvenil[Part lengkap] "Aku mungkin memang kuat tapi kali ini aku lebih milih buat nyerah." -Rain Alaska ambrata-