13 - INCIDENT

2.7K 207 4
                                    

Aku butuh vote dan jangan lupa follow akun wp aku ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku butuh vote dan jangan lupa follow akun wp aku ini. Tinggalin jejak dan jangan jadi hantu readers.

★★★

Semakin jatuh, semakin dalam. Riana tanpa sadar semakin jatuh ke dalam lubang penderitaan nya.

Riana menatap nanar pemandangan kota dari balkon apartemen gibran. Pikirnya tidakkah orang tuanya menyari keberadaan nya? Apakah orang tuanya sungguh sudah tidak menganggapnya anak.

Air mata penderitaan lagi lagi mengalir dipipi mulus wanita hamil itu. Riana menunduk menggenggam erat pembatas balkon.

Ia pikir bertemu gibran adalah sebuah keberuntungan dan kebahagiaan baru tapi justru adalah pintu baru menuju penderitaan selanjutnya.

Sampai sini saja mental riana sudah sangat down. Bagaimana jika gibran benar benar melakukan ancamannya. Menyebar luaskan berita kehamilannya. Riana rasa ia akan segera gantung diri.

Mendapatkan hinaan dari keluarganya sendiri dan keluarga raka saja sudah membuat riana bertekad bunuh diri dan bagaimana pula kalau orang orang tau bahwa dia hamil diluar nikah? Riana yang image bagus di sekolah. Murid sejuta prestasi tiba tiba di kabarkan hamil di luar nikah. Menjijikkan.

"Sayang."

Panggilan itu. Ingin rasanya riana merobek robek mulut munafik gibran.

Riana menghapus jejak air matanya dan menetralkan nafasnya. Perlahan ia berbalik menatap gibran yang baru saja memanggil nya.

"Kenapa?"

Gibran tersenyum dan mendekat. "Kita nikah besok."

Riana melotot terkejut. Yang benar saja? Nikah dalam waktu semalam?

"G-gibran. Tidakkah pernikahan ini kecepatan?" Tanya riana pelan.

Mata yang tadinya cerah kini menajam.

"Nolak?"

Riana spontan menggeleng ketakutan kemudian menunduk tak berani menatap tatapan maut itu.

"B-bukan gitu gibran... Sorry." Cicit riana.

Gibran menghela nafas kasar melayangkan tangannya yang membuat riana spontan menutup mata.

"Kenapa? Gue gak mungkin nampar lo riana.." bisik gibran yang ternyata hendak mengelus kepala riana.

Riana menghela nafas lega sekaligus menahan tangis dengan menunduk.

RIANA [ SEGERA TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang