VI. Let their game begin

48 16 0
                                    

Setelah pertemuannya dengan Erick, Dita segera pulang kerumah karena esok paginya ia berencana untuk ikut Car Free Day (CFD).

Ketika sampai di apartment, ternyata masih ada Radit dengan laptopnya di meja makan. Saking fokusnya, Radit sampai tidak menyadari kehadiran Dita sampai gadis itu membuka pintu kulkas yang mengeluarkan bunyi kencang.

"Santai dong. Mentang-mentang abis jadian."

Dita meliriknya dengan galak. "Apaansih."

Ia cepat-cepat menuangkan air ke dalam gelasnya. Malas rasanya berada dalam 1 tempat bersama dengan manusia seperti Radit. Dita langsung berjalan menuju kamarnya. Ia tidak berniat meladeni ejeken Radit malam ini.

Dita kemudian mandi dan bersiap untuk istirahat. Sebelum tidur, muncul sebuah notifikasi dari Erick. Ia mengabari bahwa dirinya sudah sampai di Karawang. Dita melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 2 pagi.

"Erick pasti capek banget deh." batinnya.

Ia merasa tidak enak sudah merepotkan Erick jauh-jauh kesini demi permainan childish dia. Ia membalas dengan sikat pesan tersebut karena ia sudah tidak ada energi untuk melakukan aktivitas lainnya saat ini.

***

Pagi-pagi setelah subuh, Dita sudah siap dengan pakaian jogging nya. Celana legging dengan jaket parasut berwarna hitam dan pink, disertai sepatu running berwarna putih hitam di kakinya yang jenjangnya. Rambut panjangnya ia kuncir kuda dan ditutupinya dengan sebuah topi hitam. Dari atas sampai bawah pakaiannya ia hari ini adalah pemberian cuma-cuma dari Radit. Radit sudah berjanji untuk bertanggung jawab membelikan baju-baju dan keperluan Dita selama di Bandung. Ia manfaatkan saja momen ini untuk membuat Radit tekor. Lumayan.

Tak lama, pintu kamar Radit terbuka. Disana muncul sosok Radit yang sudah siap dengan pakaian jogging nya. Keduanya saling tunjuk menatap satu sama lain.

"Ngapain lo?"

"Menurut lo gue pake baju ini mau balapan?"

"Lo mau olahraga dimana?"

"Dago." balas Radit singkat tanpa melirik kearah Data. Laki-laki itu sibuk memasang tali sepatunya.

"Ih sama lagi. Jangan deket-deket gue!"

"Oke." Radit beranjak dari duduknya dan melangkah keluar lebih dulu dibanding Dita. Meninggalkan Dita yang masih mengejek Radit dengan ekspresi mukanya.

Satu jam pertama Dita berolahraga dengan tenang dan semua berjalan lancar. Gadis itu kini sudah merasa sedikit lelah. Ia memutuskan untuk mengisi perutnya dengan semangkuk bubur ayam cirebon lengkap dengan teh manis hangat. Setelah perutnya sudah terisi dengan makanan berat, saatnya Dita beraksi mencoba setiap jajanan pasar yang berada disana. Mulai dari martabak, cilor, cilok, telur gulung, dan lainnya.

Hampir setengah jam Dita fokus memenuhi keinginan nafsu dirinya untuk menyicipi setiap jajanan pedang kaki lima tersebut. Hingga ketika Dita sedang asik mengunyah telur gulungnya, ia merasa ada sesuatu yang mengganjal di balik punggungnya.

Ia merasakan ada sesuatu yang terlepas dalam dirinya. Ia paham betul apa itu. Pengait sport bra yang ia pakai terlepas. Wanita pasti tau gimana rasanya jika pengait terlepas kan? Dita mulai merasa tidak nyaman. Masalahnya, saat ini ia sedang berada di tempat umum yang ramai. Terlebih, tidak ada toilet umum disekitar sini. Panik. Dia panik setengah mati.

Ia mencoba meraih pengait tersebut dengan tangannya namun sayang, tangan Dita tidak cukup panjang untuk meraihnya. Ia menyerah. Akhirnya ia meraih ponselnya untuk meminta bala bantuan. Satu-satunya manusia yang dapat menolongnya dari kondisi krisis saat ini.

30 Days of RunawayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang