XVI. Between them

95 19 0
                                    

"Ta gue mau ngomong." suara berat tersebut membuat Dita yang tengah mengaduk kopinya jadi berhenti. Tiba-tiba ia merasa merinding. Bagi dia suara Radit saat ini terdengar seperti suara seorang bapak yang akan mengomeli anaknya.

Setelah kepulangan Erick, suasana apartement menjadi sepi kembali. Baik Dita ataupun Radit tidak ada yang memulai pembicaraan. Hingga akhirnya Radit berkata demikian.

Gadis itu menurut. Ia turut serta membawa cangkir kopinya, berharap bisa mengurangi rasa gugupnya karena ada pegangan. Walaupun ternyata itu percuma.

Radit mengetuk-ngetuk jarinya pada sofa bagian kosong, memberi isyarat pada sang gadis untuk duduk disampingnya. Dita lagi-lagi menurut saja. Dia sudah keringat dingin. Dia sudah punya bayangan tentang apa yang akan ditanya Radit.

Pasti tentang semalam.

"Gue semalem mabok ya?" tanya Radit tanpa berbasa-basi namun mampu membuat kopi yang tengah diminum Dita menjadi tersedak.

"Bener kan." lanjutnya. Radit meraih selembar tissue untuk diberikan pada Dita. Gadis itu dengan cepat menerimanya dan membersihkan tumpahan kopi di kerah bajunya.

Ah, susah nih nyucinya! kesal Dita dalam hati.

Radit mengambil tissue lainnya untuk membantu Dita mengusap-usap sisa noda kopi yang masih menempel.

"Gue kan cuman mau lo ngomong jujur aja Ta. Jangan tegang gitu dong. Nah jadi tumpah kan?" katanya masih sambil fokus membersihkan bagian kerah Dita. Dita hanya diam saja. Radit tidak tahu alasan ia gugup adalah sesi cuddle dadakan yang dilakukan Radit semalam. Kalau Radit tahu juga dia pasti sama gugupnya dengan Dita.

"Rendem baju lo dulu gih pake deterjen. Kalo kelamaan nanti jadi susah ilang." perintah Radit. Dita masih terdiam. Matanya melirik Radit dengan ekspresi bingung.

Radit yang merasa kalau dirinya sedari tadi diperhatikan, balik memandang Dita. Kini kedua mata mereka bertemu. Namun keduanya tidak saling membuang muka.

"Kenapa? Mau gue yang bukain bajunya?"

Mendengar itu Dita langsung berdiri dari duduknya. Dilipatnya kedua tangannya menutupi bagian kerahnya. "JANGAN. DASAR MESUM!!!" teriaknya.

Radit tertawa puas karena berhasil menggoda Dita.

Aduh tunggu. Ini Radit beneran ketawa?

Dita jadi bangga sendiri bisa bikin Radit ketawa akhirnya. Tapi momennya gak pas banget! Masa pas dia digoda gini. Dasar pikiran Radit sama mesumnya kayak mas-mas belakang apartment!!

Dita menghentakan kakinya kesal. Ia melangkahkan kakinya menuju kamarnya untuk berganti baju sesuai perintah Radit.

"Ta."

Panggilnya lagi. Dita hanya melirik kearahnya tanpa mengatakan apapun. Ia menunggu laki-laki tersebut melanjutkan kalimatnya.

"Pas mabok...gue..." kalimat Radit terhenti. Ia bingung harus bagaimana mengutarakan pertanyaannya. Intinya ia ingin bertanya apakah semalam ia berbuat macam-macam? Seperti memperlakukan Dita dengan tidak pantas atau bagaimana. Tapi tidak mungkin kan dia bertanya, "Ta semalem gue ngapa-ngapain lo gak?" terkesan sangat ambigu.

Dita masih menunggu Radit untuk melanjutkan pertanyaannya. Sebenarnya ia sudah tahu kemana arah pembicaraan ini.

"Nggak Dit. Lo gak macem-macem. Cuman lo semalem tiba-tiba ke kamar gue terus tidur aja gitu di kasur gue. Jadi gue terpaksa tidur di kamar lo. Karena gue gak mampu angkat lo sendiri dan Erick udah tidur."

Radit mengangkat kedua alisnya. Oh dia takjub dengan kemampuan Dita membaca situasi. Gadis itu hebat. Ia bisa paham isi pikiran Radit.

"Itukan yang mau lo tanyain?" tanyanya.

30 Days of RunawayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang