Seperti janjinya kepada Nina semalam, hari ini Dita mencoba untuk sedikit "melunak" kepada Radit.
Apa salahnya dicoba terlebih dahulu, ya kan?
Beberapa hari belakangan ini Dita sering bangun lebih awal. Ia mau mulai memasak untuk sarapan dan juga bekal di kantor. Dulu waktu di Jakarta, Dita sering seperti ini. Untuk menghemat pengeluaran. Masakan Dita simple namun rasanya jangan diragukan lagi. Kalau kata Dito, "Mantap puol" rasanya.
Pagi ini Dita memutuskan untuk membuat nasi goreng untuk sarapan dan ia juga memasak beberapa jenis osengan sayur untuk bekal makan siangnya. Harum bumbu dapur yang ditumis memenuhi seluruh ruangan. Termasuk Radit yang masih tertidur. Ia terbangun karena mencium aroma masakan.
"Terasa seperti di rumah." katanya.
Radit keluar kamar dan menemukan Dita sedang sibuk mengoseng masakannya lengkap dengan baju kerjanya.
"Halo. Selamat pagi!" sapa Dita. Lidahnya masih kelu untuk mengeluarkan kata sapaan seperti itu untuk Radit. Namun ia teringat kata-kata Nina semalam.
"Dicoba aja dulu."
Oke, ayo dicoba dulu ya hari ini.
Radit menatap Dita heran. Tumben sekali ia disapa seperti ini.
"Pagi. Masak apa?" tanya Radit sambil mengambil sebuah gelas yang berada di samping Dita.
"Nasi goreng."
Radit mengangguk paham. Ia menuangkan segelas air putih penuh pada gelasnya dan dengan cepat meneguk air putih tersebut. Dari belakang, ia memperhatikan sosok Dita dari balik punggung wanita itu. Kalau dipikir-pikir, postur tubuh Dita cukup proposional. Dita cukup tinggi untuk ukuran wanita Indonesia. Bahkan Thalia saja kalah.
Semakin diperhatikan, suasana pagi ini lumayan hangat. Radit bangun tidur mencium bau masakan, Dita memasak untuk mereka, sarapan bersama, lalu berangkat kerja. Persis gambaran sebuah keluarga kecil.
Radit tersedak karena pikirannya sendiri. Keluarga kecil apanya?
"Eh Dit? Lo gak apa-apa?" Dita menghampiri Radit untuk membantu menepuk-nepuk punggung Radit.
Lagi lagi Radit dibuat heran dengan Dita. Ia ingin sekali bertanya ada apa dengan dirinya? Tumben gak ngegas? tapi ia urungkan karena pagi ini adalah pagi pertama kalinya mereka berdua tidak saling adu mulut. Sungguh damai sekali.
"Gakpapa. Masakan lo itu. Nanti gosong." Radit menunjuk ke arah masakan Dita yang masih berada diatas kompor yang menyala. Gadis itu berlari panik menghampiri dapur. Untungnya masakan belum gosong.
Dita meletakan nasi goreng yang sudah matang ke masing-masing piring mereka.
"Dit sarapan dulu." teriaknya.
Radit menurut. Ia segera berjalan menuju meja makan. Disana sudah tersedia 2 piring yang terisi nasi goreng lengkap dengan telor ceplok. Tidak lupa segelas susu coklat disampingnya. Sedangkan Dita masih sibuk menata bekalnya.
Bukannya mulai makan, Radit malah memperhatikan gadis yang sedang sibuk tersebut.
"Kok gak dimakan? gak gue racunin. Suer!"
Radit refleks terbangun dari lamunannya. Karena malu, ia langsung menyuap makanannya dengan cepat.
"Hmm. Enak juga."
Laki-laki itu makan dengan lahap. Selama berada di Bandung, ia selalu menyantap sarapannya di kantor. Selalu nitip OB kantor untuk beli sarapan. Entah itu bubur, batagor, atau apa saja yang sudah buka. Ia senang hari ini bisa makan sarapan rumahan.
![](https://img.wattpad.com/cover/327116338-288-k793291.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Days of Runaway
Roman d'amour"It's time to run, well, I hope you understand what I've done. Run away for you, I'm gonna count the days 'til you make it through." - Time to Run by Lord Huron.