XX. The Feels

8 3 0
                                    

Tidak terasa waktu Radit tersisa satu minggu lebih 3 hari untuk membatalkan rencana perjodohan kedua orang tua mereka. Namun hingga saat ini Radit pun sebenarnya belum punya rencana harus bagaimana. Sejak putusnya hubungan ia dan Thalia, laki-laki itu mendadak hilang fokus. Lupa dengan rencana awal. Ia hanya fokus bekerja selama beberapa hari belakangan. Belum lagi Radit jadi suka minum hingga pingsan. Bahkan ia lupa dengan janjinya pada Dito untuk mencari tahu awal mula mengapa perjodohannya bisa terjadi.

Untungnya hari ini dia sedikit senggang. Radit menyempatkan diri untuk menelepon adik satu-satunya untuk membantunya.

"Halo?"

"Ndah."

"DIHHH??? ELOOO??"

"Apa kabar?"

"Ish males banget deh lo Kak. Lo ngambek sih ngambek sama Mama Papa aja. Kenapa gue ikut lo diemin!???" omel sang adik dari seberang sana. Pasalnya sejak acara kabur Radit bersama Dita, Radit memang tidak memberi tahu siapapun keberadaannya dan nomor barunya termasuk pada Indah, adiknya sendiri.

"Sorry. Gue lagi pengen fokus aja Ndah."

Indah berdecak, "Alesan terus!"

"Ndah gue mau minta tolong—"

"Tuh tuh. Kebiasaan deh lo Kak. Dateng ke gue pasti ada maunya. Gue gak mau bantu ah!"

"Please? Cuman lo yang bisa bantu gue. Demi hidup dan mati gue nih."

Dibalas seperti itu, Indah jadi tertarik dengan permintaan kakaknya.

"Oke. Apaan?"

Radit menjelaskan secara singkat pertolongannya. Intinya, di waktu yang singkat ini, Radit meminta bantuan Indah untuk mengorek informasi dari sang Ibu tentang perjodohan kakaknya itu. Ibu Radit itu gampang bicara jujur, memang dari dulu mamanya ceplas ceplos kalau dipancing. Hal tersebut bisa jadi sasaran empuk untuk Radit.

Indah menyanggupi karena menurutnya ini merupakan hal yang mudah. Setelah bercerita singkat tentang kehidupan mereka 3 minggu terakhir, Radit mangakhiri perbincangan keduanya karena jam makan siang pun sudah selesai.

Sekarang tinggal cari cara supaya perjodohan ini batal.

Tinggal dan bekerja selama 2 minggu di Bandung membuat Dita nyaman dengan kesehariannya. Bahkan Dita sampai membujuk Tama agar dia tetap bisa bekerja disana walaupun nanti ia sudah pulang ke Jakarta.

"Gue ngekos disini deh Mas!" bujuknya. Tama sendiri setuju dengan Dita. Toh Dita kerja dengan bagus dan tekun. Namun Radit sudah menekankan bahwa Dita harus pulang ke Jakarta dalam 10 hari lagi bersamanya. Dita tidak bisa terus tinggal di Bandung.

10 hari bukan waktu yang panjang bagi Radit. Muncul banyak rencana yang sudah ia siapkan agar rencana perjodohan mereka dapat batal. Dari rencana yang menurut dia akan 0% berhasil bahkan sampai rencana nekat. Bukan, bukan rencana nekat dengan membawa Dita kabur lebih jauh lagi. Kali ini ia tidak akan melibatkan siapapun dalam rencana nekat nya.

Dalam 3 minggu terakhir banyak hal yang terjadi. Berawal dari kisah cintanya yang kandas, Radit yang akhirnya sering minum-minum, hingga perasaan aneh yang muncul dalam dirinya beberapa hari terakhir ini.

Setiap kali Radit melihat Dita, ada perasaan panas yang muncul dalam dirinya. Tubuhnya seketika membeku setiap bertemu Dita. Seperti ada sengatan yang menyerang. Awalnya, ia kira ini adalah efek samping karena sering minum berlebihan. Namun perasaan ini terus berlanjutnya bahkan setelah berhari-hari ia minum.

Saking penasarannya, Radit sampai melakukan MCU untuk mengecek kesehatan tubuhnya. Namun ia tidak juga mendapatkan jawaban karena hasil pemeriksaan menunjukan semuanya baik-baik saja. Ia merasa tidak berani pulang karena harus bertemu gadis itu. Beberapa kali ia sengaja menyibukan dirinya dengan pekerjaan, sampai rela ambil lembur agar ia punya alasan untuk menginap di kantor.

30 Days of RunawayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang