XIX. Everything's Crazy

8 3 0
                                    

Langit cerah Bandung menyambut kedatangan dua laki-laki kesayangan Dita siang ini.

Dani melangkah dengan semangat menuju pintu keluar kedatangan. Beratnya ransel yang ia kenakan saat ini sudah tidak terasa lagi saking senangnya.

Beberapa meter di depan mereka, berdiri Dita yang kini melambaikan tangannya heboh kearah saudaranya tersebut.

"Adek Dani!" pekiknya. Keduanya saling berlari menghampiri satu sama lain. Dita memeluk erat adiknya. Sudah hampir 7 bulan Dita tidak bertemu Dani. Dani baru saja menyelesaikan studi S1 nya di salah tau perguruan tinggi negeri di luar pulau. Saking sibuknya, Dani sampai jarang pulang ke rumah. Sekalinya pulang, Dita yang tidak berada di rumah.

Dita melepaskan pelukannya. Ia mengacak rambut adiknya gemas. Lalu keduanya saling tertawa sambil melepas rindu.

"Mba! Gue kangen banget loh!"

"Mba juga!" cubit Dita pada pipi adiknya.

Di belakang mereka, Dito hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah kedua adiknya itu.

"Oh gitu? Jadi yang disambut Dani doang nih?" ujarnya.

Pandangan Dita kini beralih kepada sang kakak. Ia berjalan kearahnya dan memeluknya.

"Ish! Kangen Mas Dito juga!"

Dito memeluk balik adiknya tersebut. Sebuah pemandangan yang hangat bukan? Jarang-jarang ada saudara yang akur seperti mereka. Oh tapi tentu saja mereka tidak selalu seperti ini. Apalagi Dito dan Dita. Keduanya yang paling sering berselisih. Kadang Dani sampai kehabisan ide untuk membuat kakak-kakaknya berbaikan.

"Yuk jalan!" ajak Dita sambil menggandeng Dani di tangan kanannya dan Dito di tangan kirinya.

Dito dan Dani berencana untuk bermalam 1 hari di Bandung. Butuh waktu panjang bagi mereka untuk saling melepas rindu satu sama lain. Rencana Dita adalah mengajak mereka mencoba seluruh kuliner viral di Bandung kepada adik dan kakaknya. Membayangkannya saja Dita sudah senang.

This gonna be fun!

First stop, ayam goreng kriuk langganan Dita yang tempatnya hanya berjarak beberapa meter saja dari stasiun. Dita memesan menu terbaik agar kedua saudaranya memiliki kesan pertama yang baik untuk Bandung.

Usai makan siang, Dita berencana untuk membawa Dani dan Dito berkeliling Bandung atau sekedar mencoba kedai-kedai aesthetic kekinian. Namun sayangnya, Dito tidak bisa bergabung dengan mereka. Dito sudah ada janji dengan seseorang.

Ingat janji Dito dengan Radit?

Untungnya sebelum bertemu Dita, Dito sudah meminta Dani untuk mengajak Dita berjalan-jalan agar ia tidak curiga dengan dirinya. Dhani cukup handal dalam hal mencuri perhatian. Buktinya setelah Dito pamit, tidak ada pertanyaan lanjutan dari Dita. Gadis itu hanya bertanya Dito hendak kemana, itu saja.

Selagi Dita dan Dani sibuk menyusuri kota Bandung, di sisi lain, terdapat Radit yang sudah menghabiskan gelas ketiga kopinya. Ia memang sengaja datang lebih awal dari Dito. Pertemuan terakhir mereka berujung kurang enak, ia membuat Dito menunggu. Maka dari itu saat ini ia menebusnya agar rada bersalahnya hilang. Setidaknya harus impas.

"Halo..Radit?" sapa seseorang. Radit mengangkat kepalanya dan mendapati seorang pria tinggi dengan penampilan bak pengusaha muda yang hobi traveling.

"Iya. Dito?" balasnya. Dito tersenyum senang mengetahui bahwa ia tidak salah orang. Ini adalah kali pertamanya Dito bertemu langsung dengan Radit, begitu juga sebaliknya.

Radit mempersilakan Dito untuk duduk pada bangku kosong didepannya. Iya menyingkirkan barang-barangnya yang bersebaran di meja kafe. Maklum, Radit memang sengaja mengerjakan pekerjaannya di kafe ini. Hitung-hitung sekalian coba kerja dengan suasana baru.

30 Days of RunawayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang