II. The Crazy Start

74 16 0
                                    

Hari pertama "pelarian" tidak berjalan mulus bagi Dita. Ia bangun dengan perasaan khawatir tentang pekerjaannya. Sejak pagi ia terus memutar otak mencari alasan tepat untuk resign.

"Lagi kok jodoh lo aneh banget. Kabur ke Bandung. Gak kurang deket tuh? Jakarta Bandung cuman 4 jam njir. Gue susul lo sekarang juga bisa." oceh Nina diseberang sambungan, bercanda tentu saja. Mana mungkin Nina beneran samperin Dita sekarang.

"Gue juga gak paham Nin. Lo tau sendiri kan bokap gue juga sering ke Bandung buat ketemu partner kerjanya."

"Terus lo yakin mau resign? Udah dapat kerja emang disana?"

Dita menggeleng, "Gue baru sehari disini ya. Gimana caranya tiba-tiba gue udah dapet kerjaan disini?"

Nina tertawa dengan pertanyaan konyolnya. Benar juga.

"Gue ada channel sih kalau lo urgent banget butuh kerjaan. Temen gue kerja di supply chain company gitu. Gue bisa bantu."

"Thanks Nin. Appreciate it. Gue coba cari sendiri dulu deh. Lo doain aja supaya resign gue di acc sama bos gue."

"Sayang banget ya padahal lo udah nyaman banget kerja disana."

"Semua emang gara-gara Radit sialan! Kesel gue!" umpat Dita kesal. Ia masih tidak terima kenapa harus dia yang mengorbankan pekerjaannya? Radit sih enak, disini ada kantor cabang kantor tempat kerja. Tidak adil!

Tok..tok..

Terdengar suara ketukan pintu dari luar kamar Dita.

"Dit. Keluar. Gue mau ngomong." ujar Radit dengan nada ketus khasnya dari luar sana.

Dita mendengus kasar. "Udahan dulu ya Nin. Nanti gue kasih life's update gue sebagai buronan keluarga gue."

Suara kekehan Nina menjadi penutup perbincangan mereka pagi itu. Setelah panggilan berakhir, Dita beranjak dari kasurnya dan menghampiri Radit yang sudah duduk di ruang tv. Dita mengambil posisi duduk di seberang laki-laki itu. Radit, seperti biasa, melempar pandangan dingin kearah Dita.

"Gue semalem udah ngomong sama orang tua gue. Kita..gak, gue, dikasih waktu 30 hari buat balikin lo ke rumah."

Dita menaikan alisnya, "Kenapa gak pulangin sekarang?"

"Kalau gue pulangin lo sekarang, orang tua kita bakal anggep kita nyerah dan pasrah sama perjodohan mereka."

Radit dan egonya. Ia benar-benar tidak akan berhenti sampai ia mendapatkan keinginannya.

"Terus lo mau apa selama sebulan? bikin orang tua lo benci sama gue?" Dita bertanya ketus.

"Selama sebulan gue mau mastiin orang tua gue kalau gue beneran mau serus sama Thalia.."

"Thalia?"

"Pacar gue."

Dita mengangguk paham.

"Jadi lo jangan ikut campur urusan gue. Pokoknya lo disini kerja aja, sama ngapain kek. Yang penting jangan diem-diem balik ke Jakarta. Cuman sebulan, gue minta kerjasama lo."

"Bentar. Kenapa disini cuman gue yang ngerasa diatur ya? Doesn't it should be a mutual deal? Lo juga harus ikutin mau gue dong."

Radit berdecak. Dia tidak menyangka kalau Dita adalah tipe wanita yang berani menantang dirinya.

"Apa mau lo?"

"Jangan sampai lo ikut campur urusan gue juga. Jangan ngomong sama gue kalau gak penting."

"Oke. It's a deal."

"Satu lagi."

"Apa?"

"Mana kerjaan gue di Bandung?"

30 Days of RunawayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang