XXIII. Enchanted

14 1 0
                                    

Setelah insiden mengejutkan itu, suasana diantara mereka menjadi sangat canggung.

Menurut Dita lebih baik mereka diam-diaman karena saling emosi daripada karena canggung. Sulit bagi Radit ataupun Dita untuk melupakan kejadian tersebut.

Masing-masing pikiran mereka menyimpan sebuah pertanyaan.

Kenapa Dita membalas ciuman Radit?

Kenapa Radit tiba-tiba mencium Dita?

Lagi, baik Radit ataupun Dita saling menahan diri untuk bertanya langsung.

Kecanggungan terus berlanjut hingga 2 hari sebelum kepulangan mereka ke Jakarta. Radit tidak banyak mengajak Dita bicara. Paling hanya sekedar mengingatkan Dita untuk mengurus berkas kerjanya di kantor agar nanti saat mendekati hari H sudah tidak repot.

"Cie yang mau pulang ke habitatnya!" goda Nina pada sambungan telepon.

Sudah lama Dita tidak menghubungi Nina. Banyak cerita yang belum sempat ia sampaikan kepada Nina termasuk insiden ciuman tersebut.

"Harus kah gue pulang ke Indonesia buat ngerayain batalnya perjodohan lo? Eh apa jadi?" lanjut gadis itu.

"Nin."

"Eh kenapa lo?"

"Kayaknya jadi.."

"Sumpah lo? Dia gak balikan sama mantannya?"

"He said it won't work. Lagian mantannya itu ternyata dijodohin juga Nin and she liked him."

"Dih gila!" umpat Nina. Entah umpatan itu ditujukan untuk siapa. Radit? Thalia? Atau Dita?

"Everything's been crazy for me from day one, Nin."

"Astaga temen gue. I'm sorry for you Dit. Pasti berat banget ya. Tapi lo sendiri gimana? Emang gak papa kalau lanjut? Lo katanya mau kerja dulu sampe tabungan lo bisa dipake keliling semua benua."

Dita tertawa mendengar ocehan Nina. Dita memang seringkali bilang sama Nina alasan ia tidak mau cepat nikah karena ia masih mau bekerja dan menabung dari hasil jerih payahnya. Ia bilang mau keliling semua benua dulu sebelum akhirnya mengabdi penuh untuk keluarga.

"Ya abis gimana lagi. Eh tapi, Radit kemarin bilang kalau dia punya rencana Nin.."

"Rencana apaan? Kabur lagi?"

"Gak tau tuh. Dia gak mau bilang. Kata dia pokoknya rencana kali ini pasti berhasil dan kali ini gak bakal ngerepotin siapa-siapa."

"Eh gue jadi takut Dit! Jangan-jangan lo mau diajak kawin lari."

"Heh! Kalo kawin lari mah hubungan tidak direstui. Ini kan gue direstuin cuman gue sama dia nya yang gak mau!"

"Oh? Lo gak mau emang?"

Pertanyaan simpel tersebut terdengar sulit buat Dita. Hal ini juga yang menjadi pertanyaan untuk perasaannya. Waktu awal mengetahui rencana perjodohan ini, Dita dengan mudah menolak mentah-mentah. Tapi sekarang kenapa Dita ragu?

Apa dia mulai memiliki perasaan untuk Radit?

"Jyah. Mau dia." lanjut Nina. Nina itu paling paham sama sifat Dita. Temannya itu kalau memberi jawaban diam pasti 80% menuju iya dan sisanya ia masih ragu iya atau tidak.

"Dit. Jujur sana!! Greget banget ih." tambah Nina sebal. Andai saja dirinya berada di negara yang sama pasti Nina udah nyamperin Dita buat maksa Dita ngomong jujur.

Nina heran, kenapa sih orang-orang pada gak punya nyali buat bicara jujur?

"Jujur apa Nin?"

"Astaga!! Ya jujur elo gak masalah dijodohin sama dia lah."

30 Days of RunawayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang