XII. Saturday (Dita's version)

50 11 0
                                    

Seperti biasanya, hari Sabtu dan Minggu adalah waktunya Dita berolahraga. Sejak dulu memang gadis itu rutin olahraga setidaknya sehari dalam seminggu.

Pagi ini, ia sempat berpapasan dengan Radit yang sudah rapih. Katanya Radit mau ke Jakarta, mengambil beberapa dokumen pekerjaan yang tertinggal. Sebenarnya Dita mau ikut. Tapi ia urungkan niatnya lagi, karena khawatir bertemu dengan keluarga mereka disana.

Dita memulai agenda olahraganya dari depan apartment hingga taman di belakang apartment nya. Kalau Sabtu, daerah tersebut memang selalu jadi jogging track Dita. Bahkan abang tukang bubur di sekitar taman kini sudah mengenal dirinya karena beberapa kali melihat Dita melintas sendiri.

Dita sangat suka jogging pagi hari karena satu, udara yang masih dingin dan sedikit bersih di pagi hari. Dua, ia akhirnya bisa merenggangkan otot-ototnya yang kaku karena pekerjaan selama weekdays. Ketiga, ia bisa bertemu dengan orang-orang banyak di jalan. Dita itu orangnya sksd. Pedagang kaki lima disekitar sana hampir seluruhnya mengenal Dita karena gadis itu beberapa kali mengajak mereka mengobrol.

Dita and her social butterfly skill.

Sudah hampir setengah jam ia berlari kecil tanpa henti. Sesampainya di taman, ia beristirahat sejenak di bangku taman. Belum lama ia duduk, terasa ada getaran dari dalam saku celananya.

Satu panggilan dari Erick. Melihat nama Erick terpampang di layar ponselnya, membuat dahi Dita mengerut penuh tanya. Ada urusan apa Erick menghubunginya sepagi ini?

"Halo?"

"Dit. Gue bentar lagi sampe Bandung nih. Jalan yuk."

Dita refleks berdiri dari duduknya. Ia terkejut karena tiba-tiba Erick datang. Diajak jalan lagi.

"Hah? Anjir. Mendadak banget. Ngapain lo?"

"Weekend Dit. Capek kali gue kerja mulu."

"Gue masih jogging Rick!!"

"Gue masih di tol kok. Lo siap-siap aja dulu. Nanti gue jemput kesana."

Setelah sambungan terputus, Dita langsung berlari pulang ke apartment. Butuh waktu lama bagi Dita untuk bersiap-siap. Apalagi jalannya sama Erick. Ia harus sesempurna mungkin.

Benar saja kan. Belum saja Dita selesai memoles wajahnya dengan berbagai macam make up, sudah terdengar suara bel dari pintu depan. Dita berlari kecil membukakan pintu untuk Erick. Di depan sana, hadir Erick dengan senyuman manisnya. Padahal Erick senyum doang, tapi Dita saltingnya kayak abis dipeluk.

"Masuk Rick. Duduk dulu ya. Gue belum selesaiii!!" ujar Dita panik sedangkan Erick tertawa karena melihat ekspresi Dita.

Erick duduk di sofa depan TV. Tempat biasa yang digunakan Radit jika bekerja di rumah. Mata laki-laki itu sibuk mengamati setiap sudut ruang di apartement tersebut. Maklum, ini pertama kalinya Erick mampir ke apartment Dita dan Radit.

"Radit kemana?" teriaknya dari ruang tv.

"Lagi ke Jakarta!" balas Dita dari dalam kamar. Tangannya tidak berhenti memoles bedak di pipinya.

"Lah? ngapain?"

"Ambil dokumen katanya."

Erick mengangguk mengerti. Ia kembali mengamati ruangan apartment tersebut. Kini ia berjalan ke dapur. Dapur mereka terlihat rapih dan bersih sekali. Erick menyimpulkan kalau kedua manusia disini pasti jarang masak.

Tidak lama kemudian, Dita keluar dari kamarnya. Penampilan gadis itu membuat Erick terdiam sesaat karena laki-laki itu sibuk mengagumi Dita.

"Aduh. Kayaknya gue kudu booking candle light dinner dulu deh." ujarnya.

30 Days of RunawayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang