12. Rumah Bunda

145 18 0
                                    

~happy reading y'all!~

.

.

.

12

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


12. Rumah Bunda

Terik matahari tepat berada di atas kepala manusia. Namun, hal itu tidak membuat para remaja yang sedang latihan futsal di lapangan merasa panas. Walaupun keringat sudah membasahi rambut serta baju.

"Anjirr panas bet cug," keluh Riyo seraya menyeka keringat di dahinya.

"Simulasi di neraka, Yo," sahut Jovan seraya mengipasi dirinya dengan tangan. Padahal gak berasa anginnya.

"Tuh mulut mending diem aja, bikin tambah panas!" balas Riyo, kemudian ia berlari untuk merebut bola.

Lima belas menit berlalu. Ener, sebagai kapten futsal menyudahi latihan futsal untuk hari ini. Segera disetujui oleh anggota lain yang langsung meninggalkan lapangan. Tersisa Althar ddk juga Ener.

"Ner, turnamennya kapan?" tanya Althar mendudukkan diri di pinggiran lapangan, seraya meneguk air mineral hingga tandas.

"Dua minggu lagi, sih, Bang, waktunya cukup lah buat anak-anak latihan dulu," jawab Ener, tangannya mengipasi wajahnya dengan kipas mini elektronik hasil pinjam dari penggemarnya.

"Tahun ini sekolah Tarsa gak jadi tuan rumah?" tanya Jovan.

"Kayaknya, sih, jadi, cuma buat turnamen voli."

"Turnamennya di mana?" giliran Algi yang bertanya, sedari tadi ia hanya diam.

Ener menoleh ke arah Algi, "Di Bandung, kita bakal nginep di asrama selama empat hari."

"Tapi sayangnya, murid selain suporter gak biasa ikut dan udah dipilih juga siapa aja yang bakal jadi suporter dari SMA kita." lanjut Ener.

"Kelas 10 sama 11 bukan, sih, yang diambil jadi suporter?" ujar Jovan.

Ener menganggukkan kepalanya, membenarkan ucapan Jovan.

"Yah, Rani gak bisa ikut dong, gak semangat gue," ujar Riyo dengan raut wajah yang lesu, sebab gebetannya tidak bisa menyemangatinya.

"Halah, kalo Rani ikut juga yang disemangatin bukan lo, tapi anak sebelah," sahut Jovan agak ngejulid.

"Lo bisa gak, sih, sehari aja ngedukung gue sama Rani," ujar Riyo seraya menatap Jovan sinis.

"Li bisi gik, sih, sihiri iji ngidiking gii simi Rini," ledek Jovan dengan bibir dimaju-majukan.

"Babi," umpat Riyo.

Sedangkan orang yang diumpati tertawa, melihat ekspresi sohibnya yang pundungan.

Althar dan Algi hanya menggelengkan kepalanya, biasa mereka berdua seperti Tom and Jerry yang damai.

ILY Too || A L T H A RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang