27. Sebuah Awal atau Akhir?

203 16 3
                                    

Hehe😃

Jangan lupa ramaikeun guys🤗




•~Happy Reading All✨~

••••~Happy Reading All✨~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

27.  Sebuah Awal atau Akhir?

"Jadi gini," jeda.

"Tentang pasiennya Om Irwan."

Mampu membuat Althar tercekat sempurna.

Satu buah cilok kecil berhasil lolos dari kunyahannya, meluncur begitu saja ke kerongkongan membuatnya tersedak. "Uhuk!" Althar menepuk-nepuk punggung tangan Lyana seraya memejam. Sungguh mengenaskan. Untungnya hanya cilok sebesar mata kucing.

"Eh, nih, minum! Lo yang bilang jangan cepet-cepet makan malah lo yang keselek, huu!" omel Lyana seraya menyodorkan satu botol air putih yang segera Althar tenggak hingga setengah. Sementara itu, tangannya membantu menepuk-nepuk kecil punggung atas Althar, entah berguna atau tidak, tangannya hanya reflek melakukannya.

"Udah?" tanya Lyana memperhatikan cowok itu yang masih batuk-batuk kecil.

"Aman, Na." Althar mengatur napasnya sejenak, baru seumur hidupnya ia keselek cilok bulat-bulat. Untungnya bulatannya tidak terlalu besar. Sungguh, tidak enak sekali.

"Kenapa sama pasiennya Om Irwan?" Althar menatap kedua mata Lyana cermat. Menebak-nebak cerita apa kiranya yang Lyana dapat dari dokter yang sangat sering ia jumpai setidaknya seminggu dua kali itu.

"Dia, tuh, sakit—"

"Yang namanya pasien ya sakit, Na."

"Ih, dengerin dulu!" Lyana menggeplak pelan lengan Althar karena cowok itu memutus ucapannya begitu saja.

"Iya, iyaaa."

"Dia sakit serius, tapi gak bilang sama orang-orang di sekitar dia, terutama pacarnya."

Althar mendadak seperti patung.

"Menurut lo, kenapa hal sebesar itu dia bohong?"

"S-siapa, Na?"

"Gak tau, Bunda waktu cerita gak sebut nama. Seumuran kita, sih." 

Kebekuan yang menyelimuti Althar seakan mendadak lenyap perlahan. Ia menghadap Lyana sepenuhnya, menatap lekat. Jemari Althar perlahan terangkat, entah dorongan dari mana, tangannya mengusap pipi Lyana lembut. Menghilangkan noda cokelat samar yang masih bersemayam di sudut bibir gadis itu. Seolah memberi pengertian sepenuhnya, "Mungkin dia gak mau ceweknya sedih kalo tau dirinya sakit? Mungkin dia gak mau ceweknya kepikiran tentang penyakit cowoknya? Atau.. mungkin dia takut kalo ceweknya tau, terus bakal ninggalin dia?"

Lyana mengerjap satu kali.

"Ada banyak sekali alasan yang mungkin sulit di pahami dari sudut pandang orang lain, mungkin bukan bohong, tapi belum siap aja ngasih tau bahwa dia penyakitan?"

ILY Too || A L T H A RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang