22. Kecewa

101 14 0
                                    


Ekspektasiku saja yang terlalu tinggi tentangmu.❞-Brilian Azelyana Gravena

.
.
.

~Happy Reading All✨~

~Happy Reading All✨~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

22. Kecewa


"Woi lo sengaja, ya?!" Jovan berseru, tanpa aba-aba meraih kerah kaos Vano hingga cowok itu mengerang emosi.

"Maksud lo apa?!" Vano balas membentak. Sementara itu tangannya menghentak cengkeraman Jovan di kaosnya dengan kasar.

"Van, udah, Van." Algi datang menahan Jovan sebelum cowok itu kebablasan.

"Al, lo gapapa?" tanya Riyo menatap Althar serius. Althar menjawab seraya berusaha untuk berdiri. "Gue gapapa, Yo."

"Bang Al istirahat aja, biar anak lain gantiin," ucap Ener menyadari warna bibir cowok itu memudar.

Althar menggeleng. "Gue gapapa, lagian ini pertandingan besar sekaligus pertandingan terakhir gue," ujarnya kukuh.

"Bener kata Ener. Yang ada gak maksimal, lo ke UKS aja biar anak lain yang gantiin," sahut Algi pengertian, tidak lupa nada sarkasnya yang khas.

Althar bimbang, ia menatap Ener lama.

"Gue bakal buktiin tim kita bakal menang," timpal Ener menyakinkan.

"Ayo, Al." Algi mengambil lengan Althar, memapahnya menuju UKS. Untuk sejenak, sorakan terdengar jelas, sesekali hela napas yang menyayangkan mantan kapten tidak bisa bermain turut mengudara. Tidak sedikit juga yang menyerukan kekhawatiran.

"Ngeyel," omel Algi dengan nada kelewat datar. Memapah dengan telaten menuju pintu keluar gimnasium sebelah barat yang terbebas dari lautan penonton.

Althar terkekeh kecil, hanya beberapa detik sebab rasa sakitnya bertambah jika ia tertawa. "Ampun, Ndoro."

Di sisi lain, seorang gadis berusaha menembus sorak sorai yang membuat telinganya nyaris berdenging. Ia berkali-kali kena senggol hanya untuk sampai pada kursi depan. Memenuhi ucapannya untuk datang ke sini setelah ulangannya selesai. Lyana menghela napas lega saat dirinya sampai di depan seraya mengembangkan senyum. Matanya menyapu sepenjuru lapangan, mencari sosok lelaki dengan nomor punggung nol lima.

Namun nihil.

Lyana tak menemukan Althar.

Sedetik kemudian keriuhan benar-benar pecah. Warga SMA TARSA melompat serentak kala timnya sendiri berhasil mencetak gol.

"Keren banget! Sumpah, nih, kalo Althar main bakal lebih keren!"

"Iya, sayang banget dia berhenti main di tengah pertandingan..."

Lyana mengerutkan dahinya sewaktu mendengar argumen dua perempuan di sebelah kanannya, bahkan ia sampai menoleh dua kali dengan tak yakin mereka tengah membicarakan Althar.

ILY Too || A L T H A RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang