17. Pundungan

118 13 12
                                    

~happy reading y'all!~
.

.

.

17

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


17. Pundungan

Hari minggu telah tiba di mana Lyana yang biasanya pada hari minggu akan bangun siang dan memulai pekerjaan rumah di siang hari.

Namun, kali ini ia sudah bangun pagi-pagi sekali untuk membantu bundanya membereskan rumah dan pergi ke pasar untuk membeli kebutuhan dapur yang sudah habis atas perintah bunda Nita.

Setelah selesai berganti pakaian yang santai, Lyana menuruni anak tangga. Jika ditanya apa yang Lyana lakukan setelah membantu Nita membersihkan rumah, ia tidak langsung mandi, hanya mencuci muka dan menggosok gigi saja.

Bukan karena ia malas mandi tetapi Lyana akan pergi ke pasar dan pasti akan berdesak-desakan dengan orang-orang, ia akan berkringat lagi jadi sekalian saja pikirnya.

Lyana mengenakan hoodie dan training panjang dengan rambut yang ia gulung asalan, tidak lupa ia menyemprotkan minyak wangi. Lyana berjalan ke arah dapur di mana bundanya berada.

"Bunda, mau beli apa aja di pasar?" tanya Lyana sesampainya di dapur.

"Banyak ini yang Bunda mau beli," jawab Nita seraya menulis list keperluan dapur yang sudah habis.

"Bun, hari ini masak opor ayam aja gimana?" saran Lyana, sudah lama ia tidak mencicipi opor ayam buatan bundanya ini.

"Boleh juga tuh, kebetulan juga Bunda lagi di rumah," setuju Nita menambahkan daging ayam pada list belanjaannya.

"Nah ini, belanjaan yang udah habis," ujar Nita menyerahkan selembar kertas, berisi list belanjaan yang sudah habis.

Lyana menerima selembar kertas yang berisi list belanjaan yang diperlukan bundanya. Terdapat dua belas macam yang perlu ia beli, seperti sayuran, bumbu dapur, daging-dagingan, telur dll.

"Daging ayamnya yang kampung apa yang negeri, Bun?" tanya Lyana.

"Yang kampung aja lebih enak buat opor ayam," jawab Nita.

"Tapi kalo gak ada ayam kampungnya, pakek ayam negeri juga gak papa," lanjutnya, seraya memberikan tiga lembar uang berwarna merah kepada Lyana.

"Oke, deh, Bun, Lyana berangkat sekarang aja keburu siang," ujar Lyana beranjak dari kursinya.

"Oh ya, kamu ke pasarnya sama siapa? pake ojek?" tanya Nita mengingat ia memiliki belanjaan yang banyak.

"Sama Althar, Bun," balas Lyana. Mengingat Althar dan timnya baru kemarin pulang dari turnamennya setelah tiga hari di Bandung, dengan membawa nama harum lagi bagi SMA TARSA.

"Ooh, sama Althar nanti sekalian suruh dia makan bareng di sini aja," perintah Nita, ia lega jika putrinya pergi bersama Althar.

Entahlah, semenjak pertama kali ia bertemu dengan anak laki-laki itu, Nita merasa bahwa Althar anak yang baik dan dapat menjaga putrinya. Bahkan ia sudah menganggapnya Althar sebagai putranya sendiri.

ILY Too || A L T H A RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang