26. Mas Jawa Abal-abal

138 12 9
                                    

We back guyss!🤗 Semoga suka sama part ini🥰 sorry lama🙏




Happy Reading All ✨

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


26. Mas Jawa Abal-abal

"Bunda hari ini gak lembur, kan?"

Pertanyaan dari gadis dengan muka bantal itu terdengar ke telinga paruh baya yang tengah menyiram bunga. Setelah tetes terakhir mendarat pada tanaman aster ungu itu Nita beralih menuju teras, duduk pada sofa yang sudah membentuk cekungan di bagian tengah, kelihatan seperti sofa yang terlalu sering disinggahi.

Teko penyiram bunga Nita letakkan di atas meja, tangannya beralih merapikan rambut putrinya yang sedikit berantakan. "Iya, Bunda gak lembur, di butik udah ada yang handle. Kamu baru bangun? Anak perawan, kok, bangunnya sorean, sih?" ujar Nita sedikit memperingati.

Lyana yang masih mengumpulkan nyawa itu hanya mengangguk. Matanya fokus pada kalkulator dan sebuah buku kecil yang ia ambil sehabis bangun tidur tadi. Nita melirik anaknya yang tengah menghitung laporan penjualannya minggu ini. "Gimana, usaha kamu? Ada kesulitan gak?" tanya wanita itu pengertian.

"Aman, Bun. Lyana bisa atasin."

Nita menghela napas, "Na, Bunda seneng kamu usaha sendiri gini, buat belajar kamu juga. Tapi apa kamu gak kewalahan? Kalo mau, Bunda bisa, kok, kasih uang jajan lebih buat Nana."

Lyana mendongak, menatap bunda cantiknya itu untuk kemudian beralih pada bunga-bunga yang baru ia sadari ternyata sudah bermekaran. Bundanya sangat baik dalam merawat bunga-bunga cantik itu. "Enggak, Bun. Lagian, ini hobi. Nana suka kue, Nana suka buat kue, dan Nana bisa buat kue. Bedanya, kali ini Nana melibatkan pihak ketiga biar hobi ini bermanfaat alias ngehasilin cuan," balas Lyana panjang, meletakkan pulpen dan notebook di meja.

Nita mengamati anak bungsunya dengan lamat. Rasa-rasanya, momen duduk berdua seperti saat ini sangat jarang mereka lakukan. Membicarakan tentang hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas anaknya, mendengar apa yang mereka lakukan dan inginkan. Sejak dua belas tahun silam dirinya berjuang sendirian. Dan sekarang, ternyata ia bisa membesarkan anak-anaknya hingga saat ini. Saat hatinya sudah mulai terbiasa dan lebih tenang. Dan semenjak... kedatangan seseorang dari masa lalu.

Apa Lyana dan Bian tidak apa-apa jika ia bersama... Irwan?

Nita tersenyum seraya mengusap rambut halus Lyana, "Pinter banget, sih, kamu kayak Bunda pas muda dulu."

"Iya, Bun? Cerita, dong, Bun!" Binar di mata Lyana muncul, terlihat antusias untuk mengetahui bagaimana kisah bundanya di masa muda dulu.

"Panjang ceritanya, ibaratkan sebuah buku tebal, gak bisa cerita sekali duduk, hihihi!" Bunda mencubit hidung mancung Lyana dengan gemas. Sementara itu Lyana memberenggut kesal, kalau nenek masih ada, mungkin ia akan meminta diceritakan kisah bunda pas masih muda dulu. Sayangnya, terakhir kali ia bertemu nenek sewaktu umurnya 15 tahun, datang pada peristirahatan terakhirnya.

ILY Too || A L T H A RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang