13. Halte Bus

134 15 9
                                    

~happy reading y'all!~
.
.
.

13. Halte Bus

Lyana tengah menata buku paket dengan judul Biologi itu ke rak di depannya setelah tadi mendapat perintah untuk mengembalikan buku ini. Langit di sampingnya melakukan hal yang sama seperti Lyana.

Perpustakaan sedang sepi, membuat gemeletak buku terdengar agak nyaring.

"Na,"

"Ya, Lang?" Lyana menoleh.

Langit berdehem sejenak sebelum akhirnya bersuara, "Lo pernah gak bingung sama perasaan sendiri?" tanya Langit tiba-tiba. Mendengar itu Lyana menoleh dengan tatapan julid, "Tumben nanya yang berbobot, lo lagi suka sama seseorang ya?" tuding Lyana kemudian detik berikutnya ia tertawa.

"Ya... gitu, Na. Kayak suka, tapi gak juga, dibilang gak tapi gue deg-degan kalo deket sama dia."

Lyana geli sendiri mendengar pengakuan panjang itu. Bisa-bisanya seorang Langit bingung tentang perasaan, padahal Lyana hafal betul Langit itu tipikal yang kalo suka mesti diungkapkan. Lyana menoleh sepenuhnya pada lelaki yang memiliki nama depan Sabiru itu. Dan untuk detik itu Langit mengalihkan pandang ke buku-buku yang sedang ia tata.

"Udah putus emang sama yang kemarin?" tanya Lyana retoris.

Langit menggeleng sangsi. "Yang itu bukan cewek gue."

Mendengar itu Lyana mendecih, dasar buaya. Apa semua cowok SMA TARSA memang buaya?

"Menurut lo kalo gue ungkapin perasaan padahal dia udah milik orang gimana, Na?" Lelaki itu bertanya seolah-olah orang di depannya adalah seorang pakar dalam percintaan.

"Kalo menurut gue..." Lyana terlihat berpikir.

"Kalo itu bikin lo lega, ya ungkapin aja, setidaknya dia tau perasaan lo."

"Kalo setelah itu dia ngejauh?"

"Haduh, Lang, emangnya siapa, sih, ceweknya? Kelas mana? Seangkatan sama kita?"

Dihujami pertanyaan seperti itu Langit malah membisu.

"DOR!"

"Anjeng!" Langit spontan mengumpat.

Sedangkan Lyana menabok lengan teman sebangkunya itu karena telah membuatnya berjingkat kaget. "Kampret lo, Ran!"

"Shuttt...!"

Penjaga perpustakaan dengan kacamata yang bertengger di hidungnya, menatap galak mereka bertiga. Sebab mengganggu murid yang sedang berada di sana, walaupun beberapa saja.

Rani menyengir seraya meletakan kedua telapak tangannya di depan dada, memohon maaf kepada penjaga perpus. Diikuti dengan Lyana dan Langit yang juga merasa tidak enak karena ulah Rani.

ILY Too || A L T H A RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang