Pengakuan 17
"Maukah kamu membantuku menjaga perasaan yang selama ini kosong, terasa hampa?"
»»——♡——>
Setelah selesai, aku keluar dari kamar Jungkook untuk merapikan sisa peralatan makannya. Benar, Jungkook menghabiskan buburnya tanpa sisa. Aku senang, itu tandanya dia menyukai masakanku. Aku mencuci piring sisa peralatan masak yang tadi kupakai, karena kasihan dengan ibu. Kutahu dia lelah mengurus bayi besarnya yang manja. Iya, Jeon Jungkook anak lelakinya.Kalau saja aku yang jadi ibunya, sudah kubiarkan saja dia mengurung di kamar seperti tadi. Toh, dia juga punya perut dan kaki. Kalau lapar, pasti langsung cari makanan. Buat apa susah-susah memikirkan anak bujang yang manja begitu? Tapi, sebentar. Apa ini tiba-tiba?
Aku menghentikan acara cuci piringnya setelah merasakan sebuah tangan yang melingkar di pinggangku. Ketika menoleh, ternyata si bayi besar ini memeluk tubuhku dari belakang. Jungkook semakin mengeratkan pelukannya ketika aku melepas tautan itu secara paksa.
Dia cemberut dan dagunya menempel di pundakku. Sehingga, aku bisa merasakan hembusan napasnya yang tenang. Wajahnya menelusup sampai ke leherku, mencium aroma tubuhku. Serius, napas beratnya membuatku sampai merinding. Saat ingin melepas tautannya lagi, Jungkook justru semakin merapatkan tubuh kami.
"Ah, noona...biarkan dulu seperti ini," ujarnya manja. Tak lupa, kepalanya masih dibiarkan tidur di punggungku.
Aku mengusap kepalanya, sampai Jungkook sangat menikmati. "Bagaimana jika ibu lihat?"
"Tidak apa. Aku hanya ingin peluk noona saja, masa ibu tidak mengizinkan?"
"Tapi, Kook, ini terlalu intim. Lepas dulu sebentar." Jungkook masih saja menggeleng, bahkan semakin memelukku.
"Kook, aku mau cuci piring dulu. Sabar, ya."
Kepalanya mendongak, "Tapi, setelah ini janji boleh lagi, ya. Aku mau peluk noona sampai puas."
"Eh?"
Dia merengek, "Masa tidak boleh?"
Matanya menyipit, dia mencoba merayuku dengan suara manjanya.
"Noona, peluk jusseyo?"
Suaranya kini perlahan merendah, terdengar semakin imut dan menggemaskan. Tak lupa bibir kecilnya yang berwarna peach mengerucut ke depan. Ah, sial! Mana bisa jika sudah dikasih yang seperti ini?
Karena gemas, aku membelai wajah Jungkook, "Bisa sekali merayuku, ya?"
Dia ikut terkekeh. "Hehe, aku ingin noona selalu mengusap wajahku seperti ini."
Serius, aku jengah. Kemudian, kusentil keningnya tiba-tiba. Dia terkejut, dan aku tertawa. Senang saja melihat ekspresinya yang kaget begitu.
"Koo, wajah kagetmu lucu. Boleh sentil sekali lagi?"
"Andwaeee!"
Tawaku pecah, namun Jungkook masih cemberut. Tak lama, kuusap wajahnya lagi. "Jangan cemberut lagi makanya."
"Aku sudah senyum, noona."
Kuanggukan kepala. "Ya sudah, kamu istirahat saja supaya besok bisa masuk sekolah lagi. Coba, sini cek dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lil Boy [TAMAT]
Fanfiction"Terkadang, cinta datang seperti halnya menunggu sebuah bus. Meskipun kita telah menemukan seseorang yang tepat, bukan berarti mendapat perjalanan yang mulus." ©My Lil Boy