Pengakuan 10
"Kadang, aku berpikir. Apakah kamu adalah salah satunya atau satu-satunya?"
»»——♡——>
"Sudahi berpura-puranya. Apa Tidak lelah?""Berpura-pura bagaimana? Aku terlihat bercanda?"
"Jangan bertingkah seolah-olah kamu tidak pernah membutuhkanku."
"Jika waktu lebih memilih kita untuk berpisah, maaf. Sebaiknya, kamu mencari wanita lain yang dapat membalut dan menyembuhkan luka di masa lalumu."
"Jangan menyebut kata maaf, sungguh aku membencinya."
"Terkadang hanya maaf, tidak akan menyembuhkan sebuah luka."
"Kalau begitu, segeralah lupakan aku."
🦋🦋
Prok, prok, prok...
Bunyi tepukan tangan sudah terdengar bergemuruh seisi ruangan yang menggema ini. Menikmati penampilan sang calon aktor dan aktris sekolah yang sedang berlatih pementasan drama tiap minggunya. Mereka sangat menjiwai para tokohnya. Tak salah jika Seokjin sonsaengnim memilih mereka sebagai raja dan ratu drama di sekolah. Ini terlihat sangat mengharukan.
Skenario dalam cerita yang dibuat sangat cocok dengan kondisi dan ekspresi setiap pemainnya. Ya, mereka telah berjuang keras menampilkan yang terbaik. Kuharap, sekolah kami akan berhasil dan memenangkan juara dalam pementasan drama setiap tahun, seperti di tahun sebelumnya. Jika tahun-tahun ke marin selalu berhasil meraih juara, kenapa sekarang tidak?
🦋🦋
Aku langsung mencari benda persegi panjang setelah bergetar di dalam saku bajuku. Kulihat, ada beberapa notifikasi pesan chatt di sana. Dengan segera, aku segera membukanya.
🦋🦋
Anak Kelinci🐰
Noona, aku sudah di depan kelas noona. Tapi, kenapa kelasnya sepi?
Aku ada di kelas drama, Kook. Mau ke sini atau aku yang menyusulmu?
Anak Kelinci🐰
Oke, aku saja yang menyusul noona.
🦋🦋Tanpa sadar, senyumku merekah. Aku bahkan selalu ingin berteriak setelah mendapat notifikasi pesan chatt atau panggilan suara maupun video darinya. Jeon Jungkook, dia selalu membuat mood-ku membaik. Ketika aku merasa sedih, bahagia, kesal, bosan, rasanya semua ingin kuceritakan pada Jungkook. Hatiku merasa lebih baik setelah bercerita padanya.
Dia satu-satunya yang bisa membuatku nyaman untuk selalu berada di sisinya, selain bunda. Bahkan, aku pernah merasa... semakin kami dekat, semakin aku takut kehilangannya. Jika ada pertanyaan kalau aku menyayangi Jungkook atau tidak, jawabanku sudah pasti sangat menyayanginya. Saking sayangnya, justru membuatku egois untuk memilikinya.
Memiliki dalam arti... hm, mungkin aku belum begitu mengerti sampai di jejak ini. Aku masih tidak tahu, bagaimana perasaanku sesungguhnya pada pria itu. Tapi, yang jelas untuk saat ini aku hanya ingin terus bersamanya. Urusan perasaan, itu menjadi urusan belakangan. Kami hanya ingin saling memahami dan mencoba memperbaiki kekurangan masing-masing.
Aku keluar dari kelas drama. Tiba-tiba, kulihat sudah ada Jungkook yang menunggu di kursi yang tak jauh dari ruangan. Kemudian, aku menghampiri Jungkook yang tengah serius bermain ponsel.
"Jungkook-ah!"
Dia menoleh. "Oh, noona? Kukira tadi masih belajar. Baru saja aku ingin kirim pesan lagi."
"Hari ini tidak terlalu banyak latihan, hanya menikmati pertunjukkan si actor dan actress sekolah saja."
"Maksudnya, Eun Woo hyung dan Yeorum noona?"
Aku mengangguk antusias. "Kau tahu, Kook? Penampilan mereka sangat bagus. Rasanya, kalau aku menikmati drama mereka sudah seperti menonton drama sesungguhan."
"Oh, ya? Kalau begitu, kapan-kapan ajak aku nonton juga ya, noona."
Kuusak kepalanya, "Iya. Nanti, aku akan mengajakmu nonton pertunjukkan teman sekelasku juga. Sekarang, kita makan siang dulu, yuk?"
"Baiklah, ayo."
Kami segera bangkit dari kursi itu dan meninggalkan kelas drama. Tapi, tiba-tiba Jungkook mengajakku bukan ke taman sekolah, melainkan menuju ke kafetaria.
"Kenapa ke sini? Kamu ingin membeli sesuatu?" aku bertanya heran.
Jungkook terkekeh, "Hari ini kita makan di sini saja ya, noona. Soalnya, tadi pagi aku kesiangan dan ibu juga tidak sempat memasak."
"Oh, ya sudah. Kita pesan saja makanannya sekarang. Kajja!"
🦋🦋
Selesai.
Setelah makanan sudah kami pesan, aku dan Jungkook segera mencari tempat duduk yang masih kosong. Dilihat, sebagian sudah terisi penuh. Tinggal satu meja yang terletak di paling belakang masih kosong. Kami berjalan dengan hati-hati. Takut jika makan siang kami tumpah, lalu tidak ada lagi harapan untuk bisa menikmati makan siang.
Kami segera menikmati jatah makan siang masing-masing. Makan dengan menu yang sederhana dan murah, tak masalah bagiku jika itu menikmatinya bersama Jungkook. Semua terasa istimewa dan menyenangkan jika menyantap berdua dengannya. Karena, aku dan Jungkook tidak terlalu ribet dalam memilih makanan.
Siang ini, kami hanya menikmati Naengmyeon dan sayur Kimchi sebagai pelengkap. Tak lupa, susu pisang yang selalu dicari Jungkook. Kalian tahu? Aku jadi ikut-ikut menyukai susu pisang karena Jungkook. Awalnya, aku tak begitu suka buah pisang. Namun, karena sering ikut-ikutan bocah ini, susu pisang menjadi pelengkapku setelah menikmati makanan berat.
Iya, aku jadi menyukai sesuatu yang disukai Jungkook. Aneh, kan? Aku jadi terbawa olehnya. Begitu pun dengan Jungkook. Dia yang awalnya tidak begitu menyukai makanan pedas, sekarang sangat suka apapun jenisnya.
"Tahu tidak, aku jadi suka pedas karena noona."
Aku menoleh, masih dengan mulut yang terisi. "Bagus, dong. Makanan pedas itu baik untuk suaramu juga, loh."
"Benarkah?"
"Iya," sahutku tanpa menoleh padanya. "Kalau kamu lebih banyak mengonsumsi biji cabai, suaramu akan bagus dan bisa tinggi."
Kulihat, Jungkook yang awalnya masih ragu-ragu menambahkan sambal, tiba-tiba mengambil lebih banyak ke mangkuk.
Aku terkekeh, "Nggak gitu juga, Jungkook! Perhatikan kondisi perutmu, astaga."
"Habisnya, sebentar lagi aku akan ambil nilai untuk kelas bernyanyi. Jadi, aku ingin suaraku bagus juga, noona."
"Tapi, jangan berlebihan."
Aku mengembalikan beberapa sendok sambal yang awalnya dituang Jungkook ke mangkuk asalnya.
"Kalau kau makan sepedas itu, mungkin besoknya ususmu hancur, Kook." Aku tertawa.
"Astaga, noona seram sekali."
🦋🦋
Makan siang kami jadi sedikit terganggu. Pasalnya, teman sekelasku, Park Jimin tiba-tiba datang menghampiriku.
Aku dan Jungkook sedikit kaget. Padahal, kami sedang asyik membicarakan hal random sambil bercanda.
"Yoon Sonhwa, bisa kita bicara sebentar?".
[ ]
Apalagi ini, astaga 😭😭
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lil Boy [TAMAT]
Fanfic"Terkadang, cinta datang seperti halnya menunggu sebuah bus. Meskipun kita telah menemukan seseorang yang tepat, bukan berarti mendapat perjalanan yang mulus." ©My Lil Boy