Ini sudah pukul tiga sore, dan kami masih bergeming pada playstation serta sisa camilan. Iya, setelah selesai menonton drama, Jungkook menagih janji yang katanya ingin mengajakku bermain game seharian. Aku dan Jungkook masih asyik bermain game di karpet yang digelar, tepatnya di bawah ranjang. Kami bermain sejak pukul sebelas tadi. Hingga sore ini, Jungkook terus mengajakku bermain lagi dan lagi.
Dia tidak mengizinkanku setidaknya keluar kamar dan membuat makan siang. Katanya, dia tidak lapar. Tapi, camilanku habis tak tersisa di piring. Wajahnya selalu senang ketika diajak main. Entah, ini sudah ke berapa kalinya dia memenangi permainan. Jungkook begitu lihai memainkannya. Aku sampai kualahan, tapi lumayan seru.
Sedikit menantang bermain dengan Jungkook. Heran sih, kenapa aku masih saja meladeninya bermain sampai sekarang. Padahal, aku lapar. Tapi, terlalu asyik bermain sampai tak ingat masih ada perut yang harusnya sudah diisi makan sore. Sedangkan, kami makan siang saja belum.
"Ah, Kook! Aku lupa tadi bunda memasak sup Jjamppong dan Samgyetang. Kau mau makan?" aku tanya ke Jungkook. Tapi, justru dia tidak menoleh sama sekali. Matanya masih asyik dengan game.
Aku menggerutu kesal. "Kook, sudah dulu! Boleh main, tapi makan juga jangan dilewatkan. Ayo, berhenti dulu!"
"Tanggung, noona. Sedikit lagi menang."
Aku segera bangkit dari ranjang, menyudahi permainannya. Kemudian, keluar dan beranjak ke dapur. "Ya sudah, kalau begitu aku marah."
"Eh, noona tunggu! Iya, iya. Aku makan. Jangan marah ya, noona."
Jungkook menyusul keluar. Meninggalkan game-nya begitu saja, hanya karena takut aku marah. Lucu, sih. Kasihan juga. Tapi, ini demi kebaikannya, kan?
🦋🦋
Aku dan Jungkook menyantap makan sore sekaligus makan siang yang tertinggal. Kami duduk berhadapan. Kulihat, Jungkook begitu lahap menikmati makanannya.
"Katanya tidak lapar? Sambung bermain game-mu lagi, gih!" ujarku mengejek.
Jungkook terkekeh, "Hehe. Maaf, noona. Ternyata, makanannya seenak ini. Rasanya aku sedang makan di restoran mahal."
"Siapa dulu yang masak? Bundaku."
Kulihat Jungkook melotot, "Bunda? Kenapa tidak noona saja?"
"Aku baru saja belajar masakan ini kemarin sama bunda. Bagaimana bisa aku memasaknya sendiri? Kuyakin, pasti kau tidak mau makan di sini lagi setelah mencobanya."
Senyumnya melebar. Jungkook kembali memperlihatkan gigi kelincinya, "Apapun masakan noona, pasti aku akan menyukainya."
"Iya deh, Kook." Aku dan Jungkook sama-sama terkekeh.
Entah, anak ini niatnya memuji atau bahkan sebaliknya. Tapi, kenapa membuatku merona seperti ini? Dia pria yang sangat romantis. Kalau begini ceritanya, aku akan luluh dan mulai...
Ah! Apa, sih?
Setelah selesai makan, kami melanjutkan bermain yang tertunda lagi. Iya, Jungkook kembali mengajakku bermain game sampai larut. Bahkan, ini sudah pukul tujuh malam. Jungkook sama sekali tidak merasa bosan seharian berada di dalam kamarku. Huft, aku sih, bosan! Jadi, aku memutuskan keluar kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lil Boy [TAMAT]
Fanfic"Terkadang, cinta datang seperti halnya menunggu sebuah bus. Meskipun kita telah menemukan seseorang yang tepat, bukan berarti mendapat perjalanan yang mulus." ©My Lil Boy