Pengakuan 6
"Aku harus berterima kasih pada Yoongi ssaem, karena dia sering menghukumku dengan noona. Dan itu justru membuatku sadar, mengapa guru disebut pahlawan tanpa tanda jasa."
»»——♡——>
Suasana makan siangku rutin ditemani oleh Jungkook. Bahkan, berbagi bekal dengannya adalah hal yang paling biasa. Kami banyak menghabiskan waktu untuk berdua. Semenjak aku mengundurkan diri sebagai sekretaris kelas dan berhenti mengikuti privat dengan Yoongi ssaem, guru itu semakin menghindariku. Entah aku yang merasa ini agak aneh, atau memang itu kenyataannya. Sesekali kutanya Jungkook soal masalah itu, dan jawabannya sama.
Jungkook bilang, Yoongi ssaem semakin membatasi komunikasi denganku. Berusaha tak memiliki urusan diantara kami, dan bahkan aku tidak pernah lagi mendapat hukuman darinya. Bukankah itu aneh? Jika aku yang biasanya jarang mengerjakan tugas lalu dihukum, sudah dua minggu ini Yoongi ssaem tak lagi menyebut namaku. Apa dia menghindariku? Aku juga tidak tahu. Tapi, Jungkook bilang, mungkin ia patah hati dan berusaha mengasingkan diri untuk melupakanku.
Patah hati? Yoongi ssaem patah hati dengan muridnya yang masih bersekolah menengah? Serius? Astaga, aku tidak habis pikir! Konyol bukan, jika guru itu benar-benar sedang menghindariku? Ayolah, ini sudah seperti di drama-drama saja. Bagaimana bisa sikapnya sangat terlihat seperti bocah yang baru mengenal cinta? Dia itu sudah bapak-bapak. Bahkan, usianya tujuh tahun lebih tua dariku.
Di mana sisi dewasanya seorang Yoongi sonsaengnim yang ditakuti semua murid itu? Apa tidak malu dengan nama baiknya di sekolah ini? Guru killer yang dikenal paling cuek, menyeramkan, misterius, dingin, dan pendiam itu bisa-bisanya jadi seperti bocah labil hanya karena patah hati menghindari muridnya sendiri?
Itu tidak lucu.
Oke, baiklah. Aku tidak ingin lagi membahas banyak tentang guru labil dan tak jelas itu. Faktanya, hidup di kenyataanku masih terlihat lebih menyenangkan daripada berusaha mengerti alur hidupnya. Aku masih muda, dan aku akan mendapatkan semua kebebasan ini dengan melakukan apapun yang kumau. Termasuk belajar dan menggapai impianku, bermain, dan merasakan gelora asmara anak remaja.
Aku akan menikmati masa mudaku sebelum waktu yang mengambil semuanya. Ya, aku tidak akan menyia-nyiakannya sebelum terlambat. Jika hidupku hanya diisi dengan masalah dan memikirkan tekanan hidup, bukankah itu terlalu menyedihkan? Hari ini dan seterusnya, aku akan menikmati hidupku sendiri. Bersenang-senang dengan Jungkook. Iya, merasakan indahnya masa-masa remaja kami.
Apa itu salah?
🦋🦋
"Noona, kembalikan es krim punyaku! Jangan dihabiskan. Aku juga masih mau, noona."
Melihatnya merengek begini, aku senang saja rasanya. Jungkook semakin lucu.
"Tidak mau! Aku habiskan ya, Kook. Suka coklat soalnya."
"Noona!"
Dia mengambil sesuatu untuk dijadikan pilihan. Ah, ya! Jungkook kemudian mengambil susu pisangku yang belum dibuka sama sekali.
Ia melambaikan susunya ke arahku, tersenyum mengejek. "Hei, noona! Aku juga punya ini. Lihat, kuhabiskan, ya?"
"Koo! Ih, pendendam sekali, sih?! Balikin jatah susuku."
Jungkook menggeleng, "Tidak mau. Suka pisang soalnya."
Aku berlari mengejar pria kekanakan itu.
Berakhir, kami bermain kejar-kejaran seperti anak kecil, tanpa peduli kalau dibilang aneh dan gila dengan orang sekitar. Toh, ini kebahagiaan kami?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lil Boy [TAMAT]
أدب الهواة"Terkadang, cinta datang seperti halnya menunggu sebuah bus. Meskipun kita telah menemukan seseorang yang tepat, bukan berarti mendapat perjalanan yang mulus." ©My Lil Boy