Tiga bulan berlalu.
Aku dan Jungkook sudah sangat jarang bertemu. Sengaja, sebab kami tengah sibuk mempersiapkan ujian semester tingkat awal. Sedangkan, aku juga disibukkan dengan urusan tugas, latihan soal, kerja kelompok, bahkan les dan pelajaran tambahan di sekolah. Sejak aku berangkat ke sekolah, sampai akhirnya aku harus pulang hingga pukul sembilan atau sepuluh malam.
Iya, itu belajar. Setiap hari kami disungguhi beberapa latihan dan materi pembelajaran. Waktu di rumah saja, kami jarang ada.
Lalu, bagaimana para murid yang berstatus pacaran? Kupikir, mereka akan jarang bertemu atau sekiranya tidak ada waktu untuk bersama. Apalagi aku? Aku dan Jungkook bukanlah siapa-siapa. Bagaimana dia ingin memprioritaskan bertemu denganku? Itu tidak mungkin. Aku tahu, dia juga punya kesibukan. Dan ini adalah hari yang paling menegangkan. Tepatnya hari Senin pagi, aku sudah ada di ruang ujianku. Semua meja sudah ditempelkan nomor ujiannya masing-masing.
Ini bukan kelasku. Tiga hari sebelumnya, aku dan siswa lain mendapat kartu peserta ujian dan ruangannya masing-masing. Kami tidak akan diberi kesempatan duduk per kelas. Justru semua dicampur antara kelas satu, dua, dan tiga. Iya, dipindahkan secara acak. Itu sudah menjadi tradisi di sekolahku atau di sekolah-sekolah lain, mungkin.
Sudah ada beberapa siswa yang datang dan kembali membuka buku pelajarannya. Aku tidak begitu kenal mereka semua. Kulihat, tidak ada teman sekelasku yang masuk ruang ini. Hah, menyedihkan sekali. Aku sendirian? Jadi penasaran, siapa yang akan duduk denganku? Laki-laki atau perempuan?
Sedangkan, kursi yang ada di sampingku masih kosong. Masih ada setengah jam lagi bel akan dibunyikan. Ini karena memang mereka yang malas atau aku yang terlalu rajin? Aku bosan sekali. Kutunggu beberapa murid yang datang lagi, ternyata belum ada murid sekelasku yang masuk ruangan ini. Bingung, aku ingin melakukan apa, ya?
Ponselku disita ibu, dan itu akan dikembalikan setelah ujianku berakhir. Aku sama sekali tidak diizinkan memegang benda persegi panjang itu. Kesal, sih. Cuma, mau bagaimana lagi? Itu juga untuk kebaikanku.
Aku masih sendirian di sini.Kuperhatikan, ada beberapa murid yang sudah bertemu dan berkumpul dengan teman sekelasnya. Ada juga beberapa murid yang tengah belajar, mendengar musik, dan bergosip. Sedangkan aku? Masih sendirian. Seperti anak yang dijauhi teman-temannya.
Miris sekali.
Untuk menghilangkan bosan, aku memutuskan untuk membuka buku paket pelajaran Kimia yang hafalannya sungguh luar biasa. Banyak materi yang kucatat dan rumus-rumus sampai beberapa teori di sini. Lebih sulit dipahami dari teori BTS. Aku akan belajar sekarang. Meskipun semalam sudah, tidak salahnya mencerdaskan otakku yang bodoh dan lambat ini, kan?
Aku mulai fokus pada buku pelajaranku.
🦋🦋
Di sudut mataku, sepertinya aku melihat seseorang yang berdiri di samping kursi tempat duduk yang kutempati. Ada bayangan juga dari buku pelajaranku. Aku sadar itu. Oh, dia pasti yang akan duduk di sampingku. Siapa dia? Tapi, aku memutuskan untuk tetap fokus pada buku.
"Noona!"
Tunggu.
Sepertinya, suara ini tidak asing lagi. Suara yang beberapa bulan ini sudah lama tidak kudengar.
Rindu?
Entahlah, aku masih tidak tahu. Apa perasaan seperti ini bisa dibilang rindu? Aku memilih berhenti membaca, menoleh ke sumber suara itu.
"Jeon Jungkook?"
Kulihat dia tersenyum, wajahnya begitu gembira layaknya anak kecil yang diberi permen warna-warni. Aku Justru kaget. Kita bertemu lagi di saat seperti ini? Wah, kuanggap ini sebuah takdir yang tidak bisa diprediksi sama sekali. Bagaimana ini bisa terjadi? Oke, aku lupa jika ini ujian dan posisi duduk tidak ada yang bisa memprediksi, kecuali orang-orang tertentu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lil Boy [TAMAT]
Fanfiction"Terkadang, cinta datang seperti halnya menunggu sebuah bus. Meskipun kita telah menemukan seseorang yang tepat, bukan berarti mendapat perjalanan yang mulus." ©My Lil Boy