33

1.4K 247 5
                                    

Pukul sudah menunjukan jam 11 pagi, mata pelajaran bahasa inggris telah selesai. Kini baran dan temen sekelasnya menunggu kedatangan bu deva guru matapelajaran SBK.

"Chika, nanti kita makan siang bareng yuk di taman belakang sekolah. Aran bawa bekal dari bunda, satu buat kamu satu buat aku"ajak baran.

Chika menganggukan kepalanya."boleh, makasih ya"

Tak berapa lama, bu deva masuk kedalam kelas. Semua murid menjadi diam.

"Kenapa papan tulis belum di hapus?"

Semua murid menatap satu sama lain. Sedangkan bu deva menghela nafsanya.

"Chika. Hapus papan tulis"ucap bu deva.

Chika menatap ke arah baran, baran hanya menganggukan kepalanya saja.

Chika berdiri dari duduknya, ia berjalan kedepan.

Bhug!

"Eh maaf ya chik, gak sengaja. Kaki gw panjang soalnya"ucap katrin.

Chika meringis, luka di lututnya baruh saja sembuh, sekarang kebali terluka lagi.

Semua murid yang berada di kelas tertawa kecuali baran. Pria itu hanya diam sambil menatap ke arah chika yang terduduk di lantai.

Bu deva berjalan mendekati chika sambil tersenyum. Ia mengelurkan taganya ke arah chika.

Chika yang melihat hal itu seakan tak percaya. Saat chika ingin menerima uluran tangan dari bu deva. Bu deva langsung menarik tanganya kembali.

"Berdiri sendiri, jangan manja!"desi bu deva.

Bu deva berjalan kembali kemejanya, dengan sengaja ia menginjak telapak tangan milik chika, membuat sang empu lerings kesakitan.

"Awss"ringis chika.

Baran yang melihat hal itu ia berdiri dari tempat duduknya, membuat seluruh murid dan juga bu deva menatap ke arahnya.

"Ada apa baran?"tanya bu deva.

Baran berjalan melawati chika, kemudian ia menghampiri bu deva yang duduk di meja guru.

Baran membungkukkan tubuhnya.

"Ibu keren kalau lagi bully anak murid"bisik baran, membuat bu deva tersenyum tipis.

"Tapi lebih keren lagi kalau yayasan tau"bisik baran lagi, hal itu membuat tubuh bu deva menenggang.

Ia menatap ke arah baran yang tengah tersenyum remeh kepadanya.

"Jangan macam macam kamu baran, atau enggak nilai kamu saya kasih merah"desis pelan bu deva.

Wajahnya sudah memucat, tubuhnya sedikit bergetar. Baran yang mendengar penuturan dari bu deva hanya terkekeh kecil.

"Saya tidak takut"ucap baran.

Ia berjalan menuju ke arah chika, ia menggedong chika di punggung belakngnya.

"Mau kemana baran?"tanya chika pelan.

"Kita ke uks ya"sahut baran.

Chika tak menjawab ucapan dari baran, ia mendenggelamkan wajahnya di sela leher baran.

Baran berjalan membuka pintu kelas, sebelum benar benar keluar dari kelas, baran menatap ke arah bu deva yang masih terdiam.

"Jangan takut, kan ibu merasa keren melakukan hal itu"ucap baran lalu meninggalkan kelas.

Sedangkan katrin dan fiony masih saling pandang. Mereka berdua masih memikirkan apa yang baran ucapkan kepada bu deva, sampai sampai bu deva terdiam memucat begitu.

"Gw takut deh jadinya bully si chika"ucap katrin.

Fiony memutar kedua bola matanya malas."kemaren kemaren kagak"

***

"Ssst aduh"ringis chika saat bran meneteskan betadin pada lututnya yang terluka.

"Maaf ya, ini memeng sedikit perih"ucap baran.

Baran meniup niup pelan luka chika, hal itu tak luput dari perhatian chika. Chika tersenyum melihat baran yang sangat perhatian denganya.

Kenapa harus dengan kak anin. Batin chika.

"Kamu bisa jalan? Ini sudah waktunya jam istirahat. Mau ke taman belakang atau aku bawa kesini makananya?"tanya baran.

"Bawa kesini aja"sahut chika.

"Ya udah, chika tunggu di sini, aran mau ambil bekalnya di kelas"ucap baran.

"Jangan lama lama"

"Siap tuan putri"ucap baran lalu keluar dari ruang uks.












Tbc...

Sang DewiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang