60 S2

1.5K 230 5
                                    

Baran keluar dari kamarnya dengan pakaian dinasnya. Ia berjalan dengan gagahnya menuju meja makan dimana ayah bunda dan juga freya sudah menunggunya untuk sarapan bersama.

Freya menatap lekat lekat ke arah abangnya itu. Hal itu membuat baran menatap balik ke arah freya.

"Kenapa?"tanya baran mengerutkan keningnya.

Pasalnya sebelum keluar dari kamar baran sudah berkaca, dan hasilnya dirinya sudah rapi dan tak ada yang aneh.

"Dari segi penampilan dah oke, ganteng juga iya. Tapi kok punya pasangan sangat syulit ya?"ucap freya.

Baran mendengus, ia ingin sekali dirinya menggantung adiknya di depan pintu rumah.

Baran menghimpit leher freya di sela ketiaknya."pinter banget kalau ngomong ya"

Freya tertawa sambil meronta ronta agar terlepas dari baran.

"Abang abang udah sesak nih freya"ucap freya.

Baran melepas kan freya dari ketiaknya."sotoy banget sama urusan orang dewasa"cibir baran.

"Dih! Biarin"ucap freya sewot.

"Udah udah, kalain masih pagi udah barantem aja. Abang ayo makan nanti kamu telat lagi berangkat kerjanya"ucap bunda.

"Iya bunda"sahut baran.

Baran mengambil sehelai roti lalu mengoleskan selai kacang di rotinya.

"Kapan ayah liat kamu dengan shani akan menikah?"tanya bobby tiba tiba.

Baran tersedak ludahnya. Mengapa pria tua ini selalu saja mendesaknya untuk menikah dengan shai secepatnya.

"Belum tau ayah, lagian aran lagi sibuk kerja"elak baran.

Bobby menganggukan kepalanya."jangan lama lama, soalnya ayah ibgin segera menimang cucu"ucap ayanya di selah kunyahannya.

Lagi lagi baran kembali tersedak akan ludahnya sendiri. Baran mengerutu kesal, menikahi sahni saja tidak mau, apa lagi punya anak.











***










Baran memarkirkan mobilnya dengan rapi, setelahnya ia keluar lalu langsung berjalan memasuki kantor.

"Arraaaannnnn!!!"

Baran menutup kedua matanya saat suara cempreng itu memasuki indra pendengaranya.

Gadis itu memegang kedua bahu baran."sebagai letnan baran yang baik dan gagah perkasa tidap pernah som~"

"Mau apa dey ngomong aja ga usah muji"ucap baran sedikit kesal.

Dey terkekeh kecil. Temenin gue ke kantin ya. Bentar aja ran gw belum sarapan tadi"ucap dey dengan memelas.

Baran terdiam memikirkan apakah dirinya harus menemani dey atau tidak.

Sedangkan dey, ia menatap wajah tampan baran sambil menaik turun kan alisnya."ya ya ya, ayo baran bentaran doang"ucap dey.

"Iya iya"sahut baran pasrah.

"Asek, ayok"ucap dey menggenggam pergelangan tangan baran.

Mereka berdua berjalan menuju kantin. Tanpa mereka sadari, chika, gadis itu sedari awal memperhatikan interaksi antara baran dan juga dey.

"Tak perlu kahwatir"ucap zee.

Chika hanya menghela nafasnya saja."gw pergi dulu. Ada syuting"ucap chika.

"Hati hati chik"


















Tbc

Sang DewiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang