82 S2

1.1K 219 3
                                    

"Dua tiga kapal belayar di samudera
Ayoh sahabatku kita bergembira
Bermain bernyanyi bersama menikmati indahnya dunia
Kerna
Sahabat untuk selamanya
Bersama untuk selamanya
Kau dan aku sahabat
Untuk selamanya setia"

"Cuaks keren!!! Entar kita pas ngelati Anak akademi nanyi ini kali ya di kapal, seru bet"ujar aldo.

Mirza menganggukan kepalanya setuju."gw setuju"

Ara hanya tersenyum tipis ia menaruh gitarnya di atas meja kantin. Mereka bertiga lagi istirrahat makan siang.

"Em... gw liat liat lo makin hari sibuk mulu ran"ujar mirza. Ia menyuapkan sesendok nasi goreng kedalam mulutnya.

"Wajarlah, Laksamana TNI Nih ges... kapten kita"ujar aldo.

Aran tersenyum tipis, baru seminggu yang lalu aran naik jabatan tertinggi TNI AL. Bahkan aran mengalahkan zee yang dulunya atasanya.

Baran sangat berprestasi, makanya tak heran aran sangat cepat untuk naik kepangkat tertinggi.

"Ngelamun! Kesambet entar!"ujar aldo meraup wajah aran.

Aran mendengusa, ia menatap sinis ke arah aldo.

"Apa?! Gw ga takut kayak bawahan lo yang lain"ujar aldo sewot.

Aran berdecak, ia mengambil es teh manisnya lalu ia minum hingga setengah.

"Bini lo ga marah kalau lo kerja di panggil pas tengah malem, atau subuh..."ujar mirza.

Aran diam, bahkan berbicara dengan chika saat di rumah saja sudah jarang.

Entah lah, aran juga bingung dengan istrinya. Sudah dua bulan ini chika seperti itu padanya.

Mungkin bawaan hamil?

Berfikiran Positif  saja.

"Chika ga pernah protes dengan itu"ucap aran.

"Ya iya lah, pasti chika tau kalau aran itu anak negara... aran sibuk dengan kerjaanya yang di kasih sama negara. Chika juga harus ngertiin itu"ujar aldo.

"Iya juga"sahut mirza.

***

Chika melipat kedua tanganya di dadanya, ia menatap jam yang menunjukan jam 10 malam.

"Kemana lagi sih ga pulang pulang"desis chika.

Ia mendudukan dirinya di sofa. Chika mengelus perutnya yang sudah mulai membuncit.

Bulan ini usia kandunganya genap 3 bulan.

"Istri lagi hamil gini kok pulang malem malem banget. Emang ga peka banget jadi suami"omel chika.

Lima menit kemudian, pintu utama terbuka, menampilkan aran yang berjalan masuk dengan wajah yang lelah.

"Bagus banget kamu pulang jam segini?!"ucap chika dengan nada bicaranya sedikit meninggi.

Aran mentap ke arah chika yang duduk di sofa ruang tamu.

"Aku kan kerja, semalem aku dah bilang sama kamu kan?"ucap aran lembut.

"Cih! Alesan"desis chika pelan.

Aran mendengar ucapan chika, namun dirinya diam. aran tak ingin berdebat dengan istrinya.

Apalagi chika sedang mengandung anaknya. Aran tak mau terjadi apa apa dengan anaknya dan juga istrinya.

"Mungkin efek hamil"batin aran.

"Apa liat liat!"ketus chika.

"Kenapa? Kan liat istri sendiri"sahut aran.

"Nyenye"cibir chika.

Ia berjalan masuk menuju kamar mereka. Meninggalkan aran di sana.

Aran menghela nafasnya, dulu bisanya saat dirinya pulang, chika akan dengan senang hati menyambutnya.

Tapi sekarang, entahlah istrinya itu sekan tak senang jika dirinya pulang ke rumah.








Tbc

Sang DewiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang